Terjadinya Kekerasan pada Anak Bisa Sebabkan Dampak yang Tak Bisa Disepelekan
Sekali anak mengalami kekerasan, hal ini akan menempel di otak mereka dan menimbulkan dampak yang tak bisa disepelekan.
Kekerasan pada anak bukanlah masalah yang dapat dianggap remeh. Dampaknya terhadap psikologis anak bisa sangat serius dan berkepanjangan. Psikolog anak dan keluarga, Sani B. Hermawan dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa anak yang menjadi korban kekerasan sering kali menunjukkan berbagai dampak psikologis yang mengganggu kesejahteraan mereka.
"Ketika anak sudah mengalami kekerasan dan ada dampak psikologis, biasanya anak menjadi sensitif, mudah menangis, tidak percaya pada orang baru, atau takut bertemu orang dewasa. Di sinilah perlunya kita hadir untuk menenangkan dan mendampinginya," kata Sani, yang juga merupakan Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani, dilansir dari Antara.
-
Apa dampak kekerasan pada anak? Menurut American Psychological Association (APA), anak-anak yang mengalami kekerasan lebih rentan terhadap depresi, kecemasan, agresi, dan perilaku antisosial di kemudian hari.
-
Kenapa kekerasan bisa merugikan anak? Mereka berisiko mengalami masalah fisik dan mental, penyalahgunaan narkoba, serta penurunan kualitas hidup yang dapat berlangsung hingga dewasa, bahkan seumur hidup.
-
Apa dampak kekerasan pada otak anak? Anak-anak yang mengalami kekerasan tidak hanya menanggung luka fisik, tetapi juga menderita luka emosional, perilaku menyimpang, dan penurunan fungsi otak.
-
Apa dampak pukul anak? Mereka juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan mental dan harga diri yang lebih rendah. Jadi, pemukulan tidak hanya tidak efektif dalam mengubah perilaku anak, tetapi juga dapat merusak kesejahteraan mental dan emosional mereka.
-
Apa saja dampak trauma pada anak? Trauma dapat menyebabkan anak mengalami berbagai masalah, seperti kecemasan, depresi, gangguan tidur, dan kesulitan berkonsentrasi.
-
Bagaimana kekerasan mempengaruhi fungsi otak anak? Rasa takut dan nyeri akibat kekerasan dapat menghambat perkembangan serta fungsi otak, dan menghalangi kemampuan mereka untuk tumbuh dan berinisiatif.
Trauma yang dialami oleh anak-anak korban kekerasan tidak mudah hilang. Mereka akan membawa bekas luka emosional yang dalam, dan proses pemulihannya memerlukan waktu serta perhatian khusus. Kasus dugaan penganiayaan balita di sebuah daycare di Depok, Jawa Barat, menjadi contoh nyata betapa seriusnya masalah ini.
Untuk membantu anak-anak yang mengalami trauma akibat kekerasan, Sani menyarankan agar mereka diberikan banyak kegiatan yang disukai. Ini bisa membantu anak perlahan-lahan melupakan dampak kekerasan yang dialami. Bermain bersama teman-teman dengan didampingi oleh orang dewasa juga merupakan langkah yang baik.
"Secara perlahan, anak bisa dikenalkan kepada komunitas dan orang baru. Saat anak mulai merasa nyaman dan kepercayaannya terhadap orang dewasa telah pulih, orang tua dapat mempertimbangkan memasukkan anak ke daycare yang lebih kredibel," ungkap Sani.
Langkah-langkah ini tidak hanya penting untuk pemulihan anak, tetapi juga untuk memastikan keamanan dan kesejahteraan anak-anak di masa depan. Adapun langkah pertama yang bisa diambil saat anak mengalami kekerasan di daycare, menurut Sani, adalah segera mengeluarkan anak dari tempat tersebut. Orang tua juga perlu memberikan testimoni agar publik mengetahui kejadian itu, serta mencegah adanya korban baru.
Selain itu, anak yang mengalami kekerasan memerlukan dukungan penuh dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Memberikan perhatian khusus, mendengarkan keluh kesah mereka, dan mengajarkan cara menghadapi rasa takut adalah beberapa langkah penting yang dapat diambil. Orang tua harus berperan aktif dalam memantau kondisi emosional anak dan memberikan rasa aman yang mereka butuhkan.
Kekerasan pada anak tidak hanya berdampak pada aspek emosional, tetapi juga dapat mempengaruhi perkembangan sosial dan akademis mereka. Anak yang mengalami kekerasan sering kali mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya, merasa cemas, dan tidak bisa berkonsentrasi dengan baik di sekolah. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa anak mendapatkan bantuan profesional, seperti psikolog anak, untuk mendukung proses pemulihan mereka.