Gara-Gara Ronaldinho Bawa 20 Orang, MU Gagal Rekrut di 2003
Mantan CEO Manchester United, Peter Kenyon, menjelaskan penyebab klub tidak berhasil mendapatkan Ronaldinho pada musim panas tahun 2003.
Mantan CEO Manchester United, Peter Kenyon, akhirnya menjelaskan alasan di balik gagalnya klub dalam merekrut Ronaldinho pada tahun 2003. Saat itu, Manchester United berencana untuk mendatangkan Ronaldinho dari Paris Saint-Germain (PSG) setelah melepaskan David Beckham ke Real Madrid.
Namun, Barcelona berhasil mendapatkan tanda tangan bintang Brasil tersebut. Selama membela klub Spanyol itu, Ronaldinho meraih dua penghargaan bergengsi, yaitu Pemain Terbaik Dunia FIFA dan Ballon d'Or.
Kegagalan Manchester United untuk mendapatkan Ronaldinho telah menjadi perbincangan selama dua dekade, dengan banyak spekulasi yang menyebutkan bahwa Kenyon mengubah tawaran awal klub kepada PSG.
Namun, dalam acara Rio Ferdinand Presents, Kenyon membantah klaim tersebut. Ia menjelaskan bahwa masalah yang muncul dengan pihak Ronaldinho-lah yang menyebabkan kesepakatan itu tidak terwujud. Dengan demikian, faktor eksternal dan komunikasi yang kurang efektif menjadi penyebab utama kegagalan transfer ini.
Bawa 20 orang
Kenyon menekankan bahwa pada masa itu, Manchester United merupakan institusi yang memiliki standar yang konsisten untuk semua pemainnya. Menurut Kenyon, perbedaan budaya dan dinamika tim yang dibawa oleh Ronaldinho mulai menjadi isu yang lebih kompleks daripada sekadar masalah finansial.
"Biasanya, dalam kasus-kasus seperti ini, Anda berurusan dengan pemain dan agennya. Di sini, kami berurusan dengan sang pemain, beberapa agen, dan sekitar 20 orang lainnya di dalam ruangan," kenang Kenyon.
"Dia adalah pemain yang hebat, tetapi tiba-tiba kami terlibat dalam hal yang sama sekali berbeda. Menyuntikkan budaya semacam itu di sekitar latihan, tidak biasanya tepat waktu, yang berbeda. Budaya kesehatan di Brasil juga berbeda."
Lebih lanjut, Kenyon menambahkan, "Pemain yang fantastis, tetapi ada berbagai macam hal lain yang mulai diperkenalkan ke dalam semua ini, dan dia jelas datang dengan membawa banyak orang."
"Anda tahu seperti apa United saat itu. Itu adalah sebuah institusi, tidak ada yang diperlakukan berbeda dari yang lain." Dengan demikian, Kenyon menunjukkan betapa pentingnya menjaga keseragaman budaya di dalam tim, terutama ketika menghadapi pemain dengan latar belakang yang berbeda.