Mengulas Strategi Hajime Moriyasu yang Bikin Jepang Superior di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Jepang menunjukkan keunggulan dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, berkat strategi cemerlang yang diterapkan oleh pelatih Hajime Moriyasu.
Timnas Indonesia akan menghadapi tantangan besar saat menjamu tim kuat Asia, Timnas Jepang, pada matchday kelima Grup C putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Pertandingan ini akan berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Jumat (15/11/2024).
Dalam laga ini, Timnas Indonesia harus berjuang keras untuk meraih kemenangan di hadapan puluhan ribu pendukung setia mereka. Saat ini, Tim Garuda berada di posisi kelima Grup C dengan poin tiga, sementara Jepang memiliki peluang besar untuk lolos otomatis ke Piala Dunia 2026, karena mereka memimpin klasemen dengan poin 10.
Perjuangan Timnas Indonesia diprediksi akan sangat berat, mengingat Jepang memiliki kedalaman skuad yang mumpuni serta sejarah yang panjang dalam kompetisi internasional.
Statistik yang ditunjukkan oleh Samurai Biru dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia sangat mengesankan. Keberhasilan dan ketajaman Timnas Jepang tidak terlepas dari arahan pelatih Hajime Moriyasu, yang telah membawa timnya tampil luar biasa di Piala Dunia 2022.
Di bawah kepemimpinannya, Jepang telah menjadi salah satu tim terkuat di Asia. Selanjutnya, akan dibahas profil singkat dan strategi yang diterapkan oleh Hajime Moriyasu, yang menjadikan Timnas Jepang sangat menakutkan bagi lawan-lawan mereka.
Berada di dekat pemain muda
Hajime Moriyasu, yang lahir di Nagasaki pada 23 Agustus 1968, bukanlah wajah asing dalam dunia sepak bola Jepang. Sebelum menduduki posisi sebagai pelatih kepala Timnas Jepang senior, ia terlebih dahulu melatih Timnas Jepang U-23.
Di ranah klub, Moriyasu pernah menjabat sebagai pelatih di Sanfrecce Hiroshima dan Albirex Niigata. Selama lima musim melatih Sanfrecce Hiroshima, ia meraih prestasi yang mengesankan dengan berhasil membawa klub tersebut meraih tiga gelar J1 League serta tiga gelar Piala Super Jepang.
Keberhasilan Moriyasu di Sanfrecce Hiroshima membuat Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) tidak ragu untuk menunjuknya sebagai pelatih Timnas Jepang. Ia memulai kariernya di Timnas Jepang dengan melatih Samurai Biru U-23 yang dipersiapkan untuk Olimpiade Tokyo 2020.
Selanjutnya, ia menjadi asisten pelatih Akira Nishino yang saat itu menjabat sebagai pelatih Timnas Jepang. Moriyasu kemudian diangkat sebagai pelatih kepala pada 26 Juli 2018 setelah Nishino mengundurkan diri. Proyek pertamanya di level senior adalah Piala Dunia 2022 di Qatar, di mana Moriyasu telah memimpin tim dalam 86 pertandingan dengan rata-rata perolehan poin 2,21 per laga.
Hajime Moriyasu memimpin Timnas Jepang dalam Piala Dunia 2022 di Qatar, di mana mereka berhasil menjadi juara Grup E, mengungguli tim-tim besar seperti Spanyol, Jerman, dan kuda hitam Kosta Rika.
Namun, perjalanan timnya terhenti di babak 16 besar setelah mengalami kekalahan dalam adu penalti melawan Kroasia. Kesuksesan Moriyasu di Qatar membuatnya kembali dipercaya untuk melatih Samurai Biru dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Harapannya adalah ia dapat membawa Wataru Endo dan rekan-rekannya ke putaran final.
Moriyasu dikenal sebagai pelatih yang cerdas dengan konsep permainan yang jelas. Dalam empat pertandingan di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Jepang menggunakan formasi 3-4-2-1.
Ia sangat menyadari keberadaan dua gelandang dan dua penyerang sayap yang memiliki kecepatan luar biasa. Hidemasa Morita dan Wataru Endo berperan sebagai duo playmaker yang tidak hanya menjadi penggerak serangan, tetapi juga mampu mengganggu permainan lawan di lini tengah.
Selama kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran ketiga, pertahanan Jepang menunjukkan ketangguhan yang luar biasa, hanya kebobolan satu gol dari empat pertandingan. Trio bek Ko Itakura, Koki Machida, dan Shogo Taniguchi menjadi pilar utama di jantung pertahanan mereka.
Jepang memiliki ketajaman yang luar biasa
Jepang tidak hanya unggul dalam pertahanan, tetapi juga sangat efektif dalam menyerang. Tim Samurai Biru telah mencetak 15 gol dalam empat pertandingan, yang menunjukkan produktivitas tinggi dengan rata-rata 3,75 gol per laga. Penyerang seperti Ayase Ueda dan Koki Ogawa memang dikenal sebagai pencetak gol, namun lini kedua mereka juga sangat produktif.
Pemain seperti Takefusa Kubo, Takumi Minamino, Junya Ito, Daizen Maeda, dan Hidemasa Morita sering kali mencatatkan namanya di papan skor. Hal ini menandakan bahwa Jepang memiliki kedalaman skuad yang sangat baik, di mana kemampuan mencetak gol tidak bergantung pada satu atau dua pemain saja, melainkan tersebar merata di seluruh tim.
Di bawah arahan pelatih Hajime Moriyasu, Jepang memanfaatkan kecepatan di kedua sisi sayap, dengan Takefusa Kubo di kanan dan Mitoma di kiri. Selain itu, strategi pelatih juga mencakup pemanfaatan umpan silang dan set piece untuk mencetak gol ke gawang lawan.
Peran lini kedua, seperti yang dimainkan oleh Takumi Minamino dan Wataru Endo, juga sangat penting dalam memecah kebuntuan saat tim mengalami kesulitan mencetak gol. Dengan kombinasi strategi yang cerdas dan pemain yang berbakat, Jepang menunjukkan potensi besar dalam setiap pertandingan.
Karier seorang pemain sepak bola bisa sangat beragam dan menarik. Salah satu contoh adalah perjalanan karier yang dimulai di Mazda SC pada tahun 1987. Kemudian, ia melanjutkan kariernya di Sanfrecce Hiroshima dari tahun 1998 hingga 1999, sebelum bermain untuk Kyoto Purple Sanga pada tahun yang sama.
Setelah itu, ia kembali ke Sanfrecce Hiroshima dan bermain hingga tahun 2002, sebelum bergabung dengan Vegalta Sendai pada tahun 2002 hingga 2003.
Setelah menyelesaikan karier bermainnya, ia beralih ke dunia kepelatihan. Ia mulai melatih Sanfrecce Hiroshima pada tahun 2004 dan kemudian melanjutkan kariernya di Albirex Niigata pada tahun 2010.
Ia kembali ke Sanfrecce Hiroshima sebagai pelatih pada tahun 2012 dan kemudian dipercaya untuk melatih Timnas Jepang pada tahun 2018. Dalam perjalanan kariernya, ia berhasil meraih berbagai prestasi, termasuk tiga trofi juara J1 League pada tahun 2012, 2013, dan 2015 bersama Sanfrecce Hiroshima.
Selain itu, ia juga mendapatkan penghargaan J.League Manager of the Year pada tahun 2012, 2013, dan 2015, serta dinobatkan sebagai Asian Coach of the Year pada tahun 2022.
"Karier Pemain: Mazda SC (1987), Sanfrecce Hiroshima (1998-1999), Kyoto Purple Sanga (1998-1999), Sanfrecce Hiroshima (1999-2002), Vegalta Sendai (2002-2003)." Ini menunjukkan bahwa dedikasi dan kerja kerasnya dalam dunia sepak bola telah membuahkan hasil yang sangat memuaskan, baik sebagai pemain maupun pelatih.