Rangkuman Pagi

Pemerintah memutuskan untuk membeli aset Lapindo untuk menalangi ganti rugi korban lumpur senilai Rp 781 miliar. Pemerintah kesal karena masalah itu sudah berlarut-larut.

Bakrie pun sudah menyerah dan mengaku tak mampu lagi membayar sisa ganti rugi. Pemerintah membayar Rp 781 miliar, lalu aset Rp 3,03 triliun yang sudah diganti Lapindo diberikan kepada pemerintah sebagai jaminan.

Lapindo diberikan waktu empat tahun untuk melunasi Rp 781 miliar tersebut dan jika tidak dilunasi maka asetnya akan menjadi milik negara.

Presiden Jokowi sudah menganggarkan dana pembelian itu tahun 2015 mendatang. Diharapkan tak ada lagi jeritan korban lumpur setelah ini.

Para korban lumpur mengaku sangat gembira saat mendengar berita itu. Juwito (65), salah satu warga yang rumahnya terendam lumpur bersyukur akhirnya pemerintah mengambil langkah tegas.

"Kami sudah dengar kabar ini. Sudah ramai, terima kasih sekali mau membantu korban lumpur," kata Juwito saat berbincang dengan merdeka.com, Sabtu (20/12).

Juwito menambahkan selama ini ganti rugi yang diberikan baru 20 persen. Dulu dia mendapat Rp 185 juta tahun 2007. Uang itu sudah lama habis.

"Sekarang saya menganggur. Masih ngontrak," akunya.

Juwito meminta Jokowi benar-benar menepati janji. Warga korban lumpur sudah sering makan angin makan janji-janji palsu pemerintah terdahulu.

"Dulu pemerintah sering bohongi korban. Sekarang saya berharap ini bisa benar-benar dibantu. Terima kasih. Warga sampai mau gelar syukuran," kata Juwito.

Sementara itu, Partai Demokrat berwacana akan menaikkan kembali sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai ketua umum, dalam kongres 2015. Bahkan, ada yang menyebut bahwa pemilihan kembali SBY itu akan dilakukan secara aklamasi.

Pengamat politik Arya Fernandes mengatakan bahwa hal tersebut adalah keniscayaan yang sangat mungkin terjadi di internal Partai Demokrat. Dirinya menjelaskan bahwa saat ini, sosok SBY masih sangat dominan di internal partai berlambang Mercy itu.

"Di internal Demokrat sendiri, sosok SBY sampai saat ini memang masih dominan dan kuat. Kalau mau dilihat secara faktual, saat ini tingkat kepercayaan diri Partai Demokrat memang sedang berada dalam posisi rendah, di mana perolehan suara mereka pada pemilu lalu mengalami penurunan yang cukup drastis dari pemilu-pemilu sebelumnya," kata Arya saat dihubungi merdeka.com, Sabtu (20/12).

"Maka dari hal itulah para elit di Partai Demokrat seakan mencari jalan pintas, di mana mereka butuh sosok yang bisa merekatkan kembali hubungan di internal partai agar bisa berjaya lagi ke depannya," tambahnya.

Arya mengatakan bahwa turunnya jumlah perolehan suara Partai Demokrat pada pemilu 2014 lalu, dapat dikatakan sangat drastis. Hal ini lah yang dinilai menjadi salah satu penyebab dari meningkatnya ketidakpercayaan diri di internal Partai Demokrat, sehingga mereka butuh sosok avant-garde yang bisa menstimulus kembali semangat mereka.

Di sisi lain, Di tengah polemik boleh tidaknya seorang muslim mengucapkan Selamat Natal dan memakai topi Sinterklas, media sosial sedikit disejukkan oleh sebuah foto yang menampilkan dua pimpinan umat Islam-Kristen sedang bergandengan tangan.

Dia adalah Ketua Umum DPP Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab dan Pemimpin Gereja Bethel Indonesia (GBI) Glow Fellowship Center, Pendeta Gilbert Lumoindong. Foto itu disebar lewat Twitter oleh akun @PastorGilbertL dan @DPP_FPI pada 15 Desember lalu.

Tidak jelas di mana foto yang menampilkan latar rak buku itu diambil. Namun yang jelas, Habib Rizieq yang mengenakan peci dan gamis putih bergandengan erat dengan Gilbert yang memakai kemeja kotak-kotak warna cerah. Keduanya pun saling melempar senyum ke hadapan kamera.

"Bersama Habib ?@Syihabrizieq ?@DPP_FPI perbedaan bukan alasan tdk bergandeng tangan, damai itu indah," demikian kicau akun ?@PastorGilbertL?.



KOMENTAR ANDA