8 Penyakit Akibat Obesitas yang Umum Terjadi, Waspadai Perkembangannya
Obesitas dapat memicu banyak penyakit penyerta yang berbahaya dan patut diketahui.
Obesitas dapat memicu banyak penyakit penyerta yang berbahaya dan patut diketahui.
8 Penyakit Akibat Obesitas yang Umum Terjadi, Waspadai Perkembangannya
Obesitas telah menjadi masalah kesehatan global yang signifikan, memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Obesitas tidak hanya terkait dengan masalah penampilan fisik, tetapi juga dapat menyebabkan berbagai penyakit serius. Salah satu akibat serius dari obesitas adalah peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung dan stroke
Secara umum, obesitas didefinisikan sebagai penumpukan berlebihan jaringan lemak dalam tubuh, yang dapat terjadi akibat ketidakseimbangan antara asupan kalori dan pengeluaran energi. Para ahli kesehatan memahami bahwa obesitas dapat menjadi pemicu utama sejumlah penyakit yang mengancam jiwa.
Lemak yang berlebihan dapat mengakumulasi di sekitar organ vital, termasuk jantung, dan menyebabkan tekanan darah tinggi serta peningkatan kadar kolesterol.
-
Mengapa obesitas bisa meningkatkan risiko penyakit? Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, hipertensi, dan kanker.
-
Apa itu obesitas? Obesitas atau kegemukan menjadi penyebab munculnya sejumlah penyakit berbahaya.
-
Siapa yang berisiko terkena kanker akibat obesitas? Beberapa jenis kanker, seperti kanker payudara, kanker usus besar, kanker rahim, dan kanker prostat, memiliki hubungan yang kuat dengan obesitas.
-
Siapa yang berisiko mengalami obesitas? Jika orang tua memiliki riwayat obesitas, maka bayi mereka lebih berisiko untuk mengalami obesitas juga.
-
Mengapa obesitas meningkatkan risiko kanker? 'Obesitas itu menjadi risiko terjadinya kanker, misalnya kanker payudara, kanker endometrium, kanker esofagus. Kalau berat badan tidak dipantau, ini bisa meningkatkan risiko kanker-kanker tertentu,' kata Wiji.
-
Siapa yang berisiko obesitas? Bayi dengan riwayat keluarga obesitas memiliki risiko lebih tinggi karena faktor genetik yang memengaruhi metabolisme dan hormon.
Selain itu, obesitas juga erat kaitannya dengan diabetes tipe 2, di mana sel-sel tubuh kehilangan kemampuan mereka untuk merespons insulin dengan baik. Kombinasi diabetes dan obesitas dapat memicu komplikasi serius, seperti kerusakan organ dan penyakit mata.
Dengan memahami dampak serius obesitas terhadap kesehatan, penting bagi individu untuk mengadopsi gaya hidup sehat. Berikut ini merdeka.com rangkum dari berbagai sumber apa saja penyakit akibat obesitas yang umum terjadi dan patut untuk diwaspadai.
Jenis-Jenis Penyakit Akibat Obesitas
1. Penyakit Kardiovaskular
Penyakit akibat obesitas yang pertama adalah penyakit kardiovaskular. Obesitas telah terbukti menjadi faktor risiko utama dalam pengembangan penyakit kardiovaskular, yang mencakup sejumlah kondisi serius seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan hipertensi.
Ketidakseimbangan antara asupan kalori yang berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan penumpukan lemak, terutama lemak visceral, di sekitar organ-organ internal. Lemak visceral ini dapat melepaskan zat kimia inflamasi yang merusak pembuluh darah dan jantung.
Selain itu, kelebihan lemak dalam tubuh dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, yang kemudian dapat menyebabkan pembentukan plak di dinding arteri, meningkatkan risiko aterosklerosis.
Penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh obesitas dapat memiliki konsekuensi yang serius. Penyakit jantung koroner, misalnya, dapat terjadi ketika suplai darah ke otot jantung terhambat oleh plak arteri, yang akhirnya dapat menyebabkan serangan jantung.
Stroke, yang disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah dalam otak, juga lebih mungkin terjadi pada individu obesitas. Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, seringkali menjadi dampak langsung dari obesitas dan dapat memperburuk kondisi kardiovaskular.
Oleh karena itu, pencegahan dan manajemen obesitas melalui perubahan gaya hidup yang sehat memegang peran kunci dalam mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular.
2. Diabetes Tipe 2
Penyakit akibat obesitas yang kedua adalah diabetes tipe 2. Lemak berlebih dalam tubuh, terutama di sekitar perut, dapat mengganggu fungsi normal insulin dan menyebabkan resistensi insulin. Akibatnya, kadar glukosa darah naik, memicu kondisi diabetes tipe 2.
Lebih lanjut, obesitas dapat memicu peradangan kronis dan pelepasan zat kimia tertentu oleh sel lemak, yang dapat merusak sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Diabetes tipe 2 yang terkait dengan obesitas dapat menyebabkan sejumlah komplikasi kesehatan yang serius.
Pankreas yang berjuang untuk memproduksi cukup insulin dapat menyebabkan kenaikan berat badan lebih lanjut, menciptakan lingkaran setan yang memperburuk kondisi diabetes.
Pencegahan obesitas dan pengelolaan berat badan melalui gaya hidup sehat, termasuk diet yang seimbang dan rutin olahraga, menjadi langkah kritis dalam mencegah dan mengatasi diabetes tipe 2 yang disebabkan oleh obesitas.
3. Gangguan Pernapasan
Obesitas memiliki dampak signifikan pada sistem pernapasan, menyebabkan sejumlah gangguan yang dapat mengurangi kualitas hidup dan meningkatkan risiko kesehatan.
Salah satu masalah utama adalah sleep apnea, di mana individu mengalami berhenti napas sementara saat tidur. Kelebihan lemak di sekitar leher dapat menyebabkan penyempitan saluran napas dan menghambat aliran udara, memicu episode sleep apnea.
Selain itu, obesitas juga dapat menyebabkan sindrom napas singkat, di mana kapasitas paru-paru menurun karena tekanan ekstra dari berat badan yang meningkat. Sindrom napas singkat dapat membatasi aktivitas fisik dan mengurangi kemampuan seseorang untuk menjalani gaya hidup yang aktif.
Lebih lanjut, obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), yang merusak fungsi paru-paru seiring waktu.
4. Penyakit Hati
Penyakit akibat obesitas yang selanjutnya adalah penyakit yang menjangkiti organ hati. Salah satu komplikasi umum yang terkait dengan obesitas adalah steatosis hati atau hati berlemak, di mana lemak berlebihan menumpuk dalam sel-sel hati. Proses ini dapat merusak hati dan memengaruhi fungsinya secara negatif.
Selain itu, obesitas juga berkontribusi pada perkembangan hepatitis nonalkoholik, suatu kondisi di mana hati mengalami peradangan yang dapat menyebabkan fibrosis dan bahkan sirosis hati.
Penyakit hati yang disebabkan oleh obesitas dapat memiliki konsekuensi yang serius. Steatosis hati, jika tidak diatasi, dapat berkembang menjadi steatohepatitis nonalkoholik (NASH), yang melibatkan peradangan hati yang lebih parah.
NASH dapat menjadi pintu masuk untuk fibrosis hati dan pada akhirnya sirosis hati, yang merupakan kerusakan hati permanen yang dapat menyebabkan kegagalan hati. Selain itu, obesitas juga meningkatkan risiko terjadinya kanker hati (hepatocellular carcinoma).
5. Gangguan Muskuloskeletal
Obesitas memiliki dampak yang signifikan pada sistem muskuloskeletal, yang melibatkan tulang, otot, dan persendian. Beban berlebihan pada struktur muskuloskeletal akibat kelebihan berat badan dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan.
Tulang dan persendian harus menanggung tekanan tambahan, yang dapat menyebabkan pergeseran posisi normal, peningkatan keausan, dan risiko cedera. Selain itu, otot juga dapat mengalami tekanan ekstra untuk mendukung dan bergerak tubuh yang berat, yang dapat menyebabkan kelelahan otot dan ketidakseimbangan postur.
Gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh obesitas dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup individu. Osteoarthritis, misalnya, adalah suatu kondisi yang umum terjadi pada orang obesitas, di mana tulang rawan sendi mengalami keausan dan peradangan.
Hal ini dapat menyebabkan nyeri sendi yang signifikan dan membatasi gerakan, memengaruhi kemampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik dan kehidupan sehari-hari.
6. Gangguan Ginjal
Gangguan ginjal adalah penyakit akibat obesitas yang berikutnya. Beban kerja tambahan pada ginjal akibat kelebihan berat badan dapat menyebabkan sejumlah komplikasi. Individu obesitas cenderung mengalami peningkatan tekanan darah dan resistensi insulin, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan ginjal.
Selain itu, lemak berlebih dalam tubuh dapat memicu peradangan sistemik, yang juga dapat memengaruhi fungsi ginjal.
Penyakit ginjal kronis adalah salah satu komplikasi yang mungkin timbul, di mana fungsi ginjal secara bertahap menurun. Peningkatan kadar gula darah dan tekanan darah tinggi yang sering terjadi pada individu obesitas dapat merusak pembuluh darah kecil dalam ginjal, menghambat kemampuannya untuk menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah.
Akhirnya, kondisi ini dapat mengarah pada gagal ginjal, yang memerlukan perawatan medis serius seperti cuci darah atau transplantasi ginjal.
7. Varises
Obesitas juga dapat memicu perkembangan varises, suatu kondisi yang ditandai dengan pembengkakan dan perluasan pembuluh darah di bawah permukaan kulit, khususnya pada kaki dan tungkai.
Kelebihan berat badan menempatkan tekanan tambahan pada pembuluh darah, terutama pada pembuluh darah di bagian bawah tubuh. Tekanan tambahan ini dapat menyebabkan pembuluh darah melebar dan berkelok-kelok, membentuk varises. Selain itu, obesitas dapat meningkatkan risiko pembentukan bekuan darah, yang dapat memperburuk kondisi varises.
Varises dapat menyebabkan nyeri, pembengkakan, dan rasa berat pada kaki, serta meningkatkan risiko perdarahan jika pembuluh darah pecah. Komplikasi serius termasuk pembentukan bekuan darah (trombosis), yang dapat berpindah ke paru-paru dan menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa.
Oleh karena itu, pengelolaan berat badan melalui diet seimbang dan olahraga teratur dapat membantu mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan mencegah perkembangan varises.
8. Prostat
Obesitas ternyata juga dapat memiliki dampak signifikan pada kesehatan prostat pada pria. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit prostat, termasuk pembesaran prostat atau kondisi yang dikenal sebagai hiperplasia prostat jinak (BPH).
Obesitas diyakini dapat memengaruhi kadar hormon dalam tubuh, termasuk hormon seks pria (testosteron), yang dapat berkontribusi pada perkembangan masalah prostat.
Peningkatan risiko BPH pada pria obesitas dapat menyebabkan gejala seperti kesulitan buang air kecil, peningkatan frekuensi buang air kecil, dan perasaan bahwa kandung kemih belum sepenuhnya kosong. Selain itu, obesitas juga telah terkait dengan peningkatan risiko kanker prostat, salah satu jenis kanker yang paling umum pada pria.