Curhatan Pilu Wanita yang Ditinggal Sang Ibu Wafat Usai Umrah, Awalnya Mengira Kelelahan Biasa Ternyata Sakit Paru Berbahaya
Dinda merasa begitu kehilangan akan sosok sang ibundanya yang sudah pergi untuk selama-lamanya.
Dinda merasa begitu kehilangan akan sosok sang ibundanya yang sudah pergi untuk selama-lamanya.
Curhatan Pilu Wanita yang Ditinggal Sang Ibu Wafat Usai Umrah, Awalnya Mengira Kelelahan Biasa Ternyata Sakit Paru Berbahaya
Kehilangan seorang ibu adalah pengalaman yang sangat mendalam dan menyedihkan bagi siapa pun. Kehilangan ibu berarti kehilangan sosok yang biasanya menjadi sumber kasih sayang, dukungan, dan kehangatan. Oleh karena itu, banyak orang kembali mengenang saat-saat ketika ibu mereka masih hidup.
Hal itu lah yang dialami oleh wanita pemilik akun TikTok @zonangeluh ini. Pasalnya, ia ditinggal oleh sang ibu untuk selama-lamanya. Curhatan pilu yang dibagikannya itu menjadi sorotan hingga viral di media sosial TikTok.
Berikut simak ulasan selengkapnya.
Pemilik akun bernama Dinda membagikan kisah pilu dalam beberapa slide. Pada slide pertama, ia ingin menceritakan momen terindah yang dirasakan dalam hidupnya.
"Aku mau berbagi cerita tentang titik paling hancur dalam hidupku, supaya kalian tahu kalu kalian gak sendirian"
tulisnya dalam keterangan foto.
TikTok.com
Kisah tersebut bermula pada awal tahun, tepatnya tanggal 20 Februari, ketika ayah, ibu, dan kakaknya umrah. Di sana, Dinda merasa gelisah atas keberangkatan sang ibu ke Tanah Suci, mengingat ibunya yang berusia 65 tahun mengalami sakit kaki dan mata rabun.
Dinda melarang ibunya untuk pergi umrah, mengingat sang ibu sudah pernah melakukan ibadah tersebut. Hal ini sempat membuat sang ibu ragu dengan kepergiannya.
Takut Ibu Meninggal
Dinda mengaku melarang karena takut ibunya meninggal saat menjalani ibadah. Ia sampai menangis karena pikirannya tersebut. Sang ibu pun mencoba menenangkan dan meyakinkan Dinda bahwa hal tersebut tidak akan terjadi.
Diketahui, Dinda merupakan anak terakhir yang begitu dekat dengan ibunya. Bahkan, ia tumbuh dan besar bersama dengan ayah dan ibunya, mengingat kakak-kakaknya yang sudah tua dan merantau ke luar kota."Aku memang sangat dekat sama mama. Aku anak bungsu, dengan kakak-kakak yang sudah jauh lebih tua. Jadi, aku tumbuh seperti anak tunggal, selalu tinggal sama mama dan papa" ujarnya.
Dinda menjelaskan bahwa ia dan ibunya memiliki ikatan kuat ketika terjadi hal-hal yang tidak terduga. Meski senang karena mendapat hadiah umrah dari kakaknya, Dinda tidak menyangka momen tersebut menjadi momen terakhir bersama ibunya.
Saat ibunya menjalani ibadah umrah, Dinda sempat berkomunikasi beberapa kali. Ia merindukan ibunya karena merasa kesepian di rumah dan berpikir tentang hidup tanpa orang tua.
Pada tanggal 5 Maret 2024, ibunya pulang dari umrah. Namun, Dinda kaget saat mengetahui ibu dan ayahnya sakit. Ia menganggap hal tersebut karena kecapean setelah umrah, tetapi merasa takut melihat kondisi terbaru ibunya.
Bagaimana tidak, ibunya mengalami muntah-muntah dan tidak mau makan sepulang umrah. Kondisinya lemas dan hanya ingin beristirahat saja.
Melihat kondisi kedua orang tuanya yang menurun, Dinda memutuskan membawa mereka ke rumah sakit. Di perjalanan, ia merasa tidak tenang melihat ibunya dengan mata cekung dan tatapan kosong. Nafas ibunya sesak dan tidurnya tidak tenang saat dirawat.
Sakit Paru Berbahaya
Setelah itu, sang ibu pun langsung di pindahkan ke ruang ICU untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Setelah diperiksa, sang ibu ternyata mengalami penyakit pneumonia. Hal itu membuat Dinda merasa sedih dan hancur.
Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang serius dan berpotensi berbahaya jika tidak diobati dengan tepat.
Penyakit ini bisa mengganggu kemampuan paru-paru untuk berfungsi, memicu komplikasi seperti sepsis atau abses paru-paru, dan dapat menyebabkan kematian pada orang dengan kondisi kesehatan yang lemah.
Gejalanya termasuk demam tinggi, batuk berdahak, kesulitan bernapas, dan nyeri dada.
Dinda juga sempat mengalami maag saat mengurus perawatan orang tuanya, tetapi ia tidak terlalu memikirkan kondisinya sendiri, hanya berharap ibunya sembuh dan kembali beraktivitas.
Keesokan harinya, Dinda merasa senang karena kondisi sang ibunya sudah mulai membaik. Dinda pun seharian menemani ibunya untuk membaca yasin dan Dinda pun memberikan semangat untuk ibunya agar bisa sembuh dari penyakitnya itu.
Pada malam terakhir di ruang inap, Dinda sempat izin keluar agar ibunya bisa beristirahat dengan tenang, tetapi sang ibu meminta Dinda untuk terus menemaninya hingga jam kunjungan habis. Dinda terus menyemangati ibunya yang berjuang melawan penyakit.
Pada malam harinya, Dinda terbangun karena ibunya kembali ke ruang ICU. Ia kebingungan dan menanyakan kondisi ibunya kepada dokter.
Ternyata, ibunya tidak sadarkan diri selama beberapa jam, mengalami demam tinggi, detak jantung tidak normal, dan gula darah naik. Melihat kondisi ibunya yang memburuk, Dinda menghubungi seluruh keluarganya untuk datang ke rumah sakit.
Dinda diminta untuk menemani ibunya yang terbaring di rumah sakit. Sambil menggenggam tangan ibunya, Dinda tidak henti berdoa untuk kesembuhan ibunya. Air matanya tak terbendung, begitu juga dengan ibunya yang tampaknya mendengarkan doanya.
Dinda kaget melihat detak jantung ibu yang semakin menurun. Saat ditanya kepada dokter, ia mengatakan kondisi tersebut normal. Dokter kemudian menyarankan menambah dosis obat ibu.
Meninggal Dunia
Saat kembali ke ruang tunggu, Dinda kaget ketika kakaknya memanggil, mengabarkan kondisi ibu yang semakin menurun. Di ruang ICU, Dinda sangat terpukul melihat kondisi ibu yang memburuk. Detak jantungnya naik turun, dada sesak, hingga akhirnya sang ibu menghembuskan napas terakhirnya pada malam itu.
Sosok yang Begitu Dekat Dengannya
Selama hidup, ibu adalah sosok yang sangat dekat dengan Dinda. Seperti sahabat, mereka sering menghabiskan waktu bersama, mulai dari menonton bioskop, nonton di pinggir jalan, hingga nongkrong di warkop. Menurutnya, ibu adalah sosok yang membuatnya nyaman berbagi kebahagiaan.
Setelah ibunya pergi, Dinda merasa sangat kesepian dan terpukul. Ia merasa kehilangan sosok ibunda tercinta.
Beri Pesan Bijak
Di akhir curhatannya, Dinda berpesan untuk menjaga orang tua selama masih hidup. Ia juga mengingatkan untuk memaksimalkan waktu bersama orang tua karena momen tersebut akan menjadi berharga saat mereka sudah tiada.