AS Was-was, Korea Utara Pamer Foto Gedung Putih dan Pentagon dari Satelit Sendiri?
Satelit mata-mata pertama dari Korea Utara diklaim telah memotret Gedung Putih, Pentagon, dan kapal induk Amerika Serikat.
Satelit mata-mata pertama dari Korea Utara diklaim telah memotret Gedung Putih, Pentagon, dan kapal induk Amerika Serikat.
AS Was-was, Korea Utara Pamer Foto Gedung Putih dan Pentagon dari Satelit Sendiri?
Satelit mata-mata pertama dari Korea Utara diklaim telah memotret Gedung Putih, Pentagon, dan kapal induk Amerika Serikat di pangkalan angkatan laut Norfolk.
Pemimpin Kim Jong Un juga dikabarkan telah meninjau foto-foto satelit itu.
Korea Utara (DPRK) memang telah berhasil meluncurkan satelit mata-mata pertamanya, Malligyong-1, pada tanggal 21 November lalu.
Satelit ini diluncurkan oleh roket pendorong Chollima-1 dan bertujuan untuk memantau pergerakan militer Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Menurut laporan Reuters dan The Guardian, Rabu (29/11), media Korea Utara juga mengklaim bahwa satelit tersebut telah mengambil foto instalasi militer di Korea Selatan serta wilayah Guam di Pasifik Amerika Serikat dan negara bagian Hawaii.
Namun, tidak ada foto apapun yang dirilis. Oleh karena itu, muncul perdebatan di antara para analis dan pemerintah asing soal seberapa bagus kemampuan satelit baru tersebut sebenarnya.
Sementara itu, Pentagon mengonfirmasi bahwa satelit Korea Utara memang memasuki orbit, tetapi tidak mengomentari klaim Pyongyang mengenai gambar yang berhasil diambilnya.
“Saya katakan ada banyak gambar Pentagon dan Gedung Putih di internet,” ucap juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder.
Tidak diragukan bahwa satelit itu dapat menangkap wilayah luas dan kapal perang yang diklaim Korea Utara, tetapi satu satelit mata-mata tidak cukup untuk dicap berguna dalam suatu konflik.
Menurut pakar citra satelit di Pusat Studi Nonproliferasi James Martin, Dave Schmerler, peluncuran satelit-satelit lainnya perlu dilakukan agar satelit tersebut dapat lebih sering melintasi lokasi-lokasi yang penting.
Sementara itu, peluncuran satelit mata-mata ini memicu gelombang kemarahan di dewan keamanan PBB serta meningkatkan ketegangan yang telah terjadi di sepanjang perbatasan antar-Korea yang dipersenjatai dengan ketat.
PBB menyatakan bahwa sanksinya berlaku bagi satelit Korea Utara, karena mereka memasukkan teknologi yang dilarang yang digunakan dalam program misil balistik rezim tersebut.
“DPRK tanpa malu-malu mencoba memajukan sistem pengiriman senjata nuklirnya dengan menguji teknologi rudal balistik yang jelas-jelas melanggar resolusi dewan ini. Perilaku melanggar hukum yang sembrono ini mengancam seluruh negara tetangga DPRK dan seluruh negara anggota,” tandas Duta Besar Washington untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield.
Tuduhan ini ditampik Duta Besar Korea Utara untuk PBB, Kim Song. Kim menuduh para pengkritiknya sebagai munafik, dan menyatakan bahwa tidak ada negara lain di dunia yang lingkungan keamanannya sepenting Korea Utara.
Hal ini karena salah satu pihak yang berperang dengan Korea Utara, Amerika Serikat, telah mengancam Korea Utara dengan senjata nuklir.
“Merupakan hak yang sah bagi DPRK sebagai pihak yang berperang untuk mengembangkan, menguji, memproduksi dan memiliki sistem senjata yang setara dengan yang dimiliki atau sedang dikembangkan oleh Amerika Serikat,”
Duta Besar Korea Utara untuk PBB, Kim Song.
Selain itu, pejabat intelijen Korea Selatan juga menyatakan bahwa mereka yakin Rusia telah membantu Korea Utara untuk meluncurkan Malligyong-1, dengan imbalan amunisi untuk perang di Ukraina. Hal ini ditampik oleh Kim Jong Un dan Vladimir Putin.