Bagaimana Otak Anak Bereaksi Saat Dimarahi? Ini Dampak Langsungnya
Memarahi anak dapat memicu dampak negatif signifikan pada perkembangan otak dan emosional mereka, penting bagi orang tua untuk memahami hal ini.

Memarahi anak adalah tindakan yang sering dilakukan oleh orang tua saat menghadapi perilaku yang tidak diinginkan. Namun, tahukah Anda bahwa tindakan ini dapat berdampak negatif bagi perkembangan otak dan emosional anak? Ketika anak dimarahi, beberapa proses biologis terjadi di dalam otak mereka, yang dapat berpengaruh jangka panjang terhadap kesehatan mental dan kemampuan belajar.
Salah satu reaksi pertama yang terjadi saat anak dimarahi adalah lonjakan hormon kortisol, hormon yang berhubungan dengan stres. Kadar kortisol yang tinggi secara berkelanjutan dapat mengganggu perkembangan otak, terutama di area yang berkaitan dengan pembelajaran dan regulasi emosi. Selain itu, korteks prefrontal, bagian otak yang berperan dalam pengambilan keputusan dan pengendalian impuls, juga terpengaruh. Hal ini membuat anak sulit berpikir jernih dan mengendalikan emosinya.
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang sering dimarahi dapat mengalami hambatan dalam perkembangan otak. Terutama di area yang memproses suara dan bahasa, ukuran area otak ini bisa lebih kecil dibandingkan rata-rata anak seusianya. Dampak ini dapat memengaruhi kemampuan bicara, pemahaman bahasa, dan kemampuan belajar anak.
Lonjakan Hormon Stres dan Dampaknya
Ketika anak dimarahi, pelepasan hormon kortisol terjadi secara signifikan. Hormon ini berfungsi sebagai respons tubuh terhadap stres. Jika anak mengalami lonjakan kortisol secara terus-menerus, maka dapat mengganggu perkembangan otak mereka. Beberapa dampak yang mungkin terjadi adalah:
- Gangguan Korteks Prefrontal: Stres yang dihasilkan dari kemarahan orang tua dapat mengurangi aktivitas korteks prefrontal, membuat anak kesulitan dalam mengambil keputusan dan berpikir rasional.
- Masalah Memori dan Konsentrasi: Stres kronis akibat sering dimarahi dapat mengganggu konsentrasi dan kemampuan mengingat, yang berdampak pada prestasi akademik anak.
- Gangguan Emosi dan Mental: Anak yang sering dimarahi lebih berisiko mengalami gangguan emosi seperti kecemasan dan depresi.
Perubahan Perilaku dan Dampak Fisik
Selain dampak pada perkembangan otak, memarahi anak juga dapat menyebabkan perubahan perilaku yang signifikan. Anak mungkin menjadi lebih pemarah, agresif, atau bahkan sebaliknya, menjadi pendiam dan tertutup. Mereka bisa menjadi keras kepala atau kurang inisiatif dalam berinteraksi dengan orang lain.
Stres yang berkepanjangan akibat sering dimarahi juga dapat memengaruhi kesehatan fisik anak. Beberapa masalah kesehatan yang mungkin muncul adalah:
- Gangguan tidur, seperti kesulitan tidur atau mimpi buruk.
- Sakit kepala dan sakit perut yang tidak dapat dijelaskan.
- Masalah kesehatan lainnya yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pentingnya Komunikasi yang Efektif
Meskipun menegur anak adalah hal yang penting, cara yang lebih baik adalah dengan berkomunikasi secara efektif. Memberikan penjelasan yang jelas dan tenang, serta menunjukkan kasih sayang dan dukungan, dapat membantu anak memahami kesalahan mereka tanpa merasa tertekan. Orang tua perlu mengelola emosi mereka sendiri dan mencari cara yang lebih konstruktif untuk mendisiplinkan anak.
Jika orang tua merasa kesulitan mengendalikan emosi, mencari bantuan dari profesional seperti konselor atau terapis keluarga dapat sangat membantu. Menghindari kebiasaan membentak atau memarahi anak adalah langkah krusial untuk mendukung perkembangan mereka secara positif.