Di Balik Perut Buncit Pria Ini, Ada Kesalahan Diagnosa Dokter yang Fatal
Pria ini memiliki perut yang tergolong berlemak. Namun bukan gemuk.
Thomas Kraut, seorang pria berusia 59 tahun asal Jerman, telah menanggung beban yang tidak terduga selama lebih dari sepuluh tahun. Ia awalnya didiagnosis dengan obesitas dan diabetes, di mana perutnya yang terus membesar diduga disebabkan oleh penumpukan lemak.
Namun, pada bulan September 2023, dokter menemukan bahwa masalah pada perut Kraut bukan hanya lemak, melainkan tumor ganas seberat 27 kilogram. Selama lebih dari satu dekade, pria yang tinggal di Oslo, Norwegia ini telah mengikuti program diet dan terapi diabetes yang direkomendasikan oleh dokter, termasuk penggunaan obat Ozempic untuk mengontrol kadar gula darah.
-
Kenapa perut buncit jadi masalah? Perut yang buncit tidak hanya mengganggu penampilan, tetapi juga dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan secara keseluruhan.
-
Kenapa perut buncit berbahaya? Perut buncit sering kali disebabkan oleh penumpukan lemak di sekitar organ perut, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Lemak visceral yang terkumpul di sekitar organ-organ tersebut dapat menyebabkan peradangan dan mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh.
-
Apa saja penyebab perut buncit? Beberapa kebiasaan dan faktor tertentu dapat menyebabkan perut buncit, di antaranya: 1. Pertambahan Usia Proses penuaan menyebabkan metabolisme tubuh melambat. Pada pria di atas usia 40 tahun, penurunan kadar testosteron meningkatkan penumpukan lemak visceral. Akibatnya, kelebihan lemak lebih sulit dibakar dan cenderung terkumpul di area perut. 2. Fase Menopause Pada wanita, perubahan hormonal selama menopause dapat menyebabkan lemak yang sebelumnya terdistribusi di pinggul dan paha bergeser ke area perut. Studi menunjukkan wanita yang mengalami menopause dini cenderung memiliki lemak perut lebih banyak. 3. Kurang Aktivitas Fisik Gaya hidup malas bergerak menjadi salah satu penyebab utama perut buncit. Lemak dari makanan yang tidak terbakar akan menumpuk, terutama di perut. Latihan aerobik seperti jalan cepat, zumba, atau jogging dapat membantu membakar lemak visceral secara efektif. 4. Stres Berlebih Stres dapat memicu peningkatan hormon kortisol, yang berkontribusi pada nafsu makan tinggi, terutama makanan manis dan berlemak. 'Tingginya kadar hormon kortisol erat kaitannya dengan meningkatnya lemak perut,' menurut sebuah studi dalam jurnal Obesity. Selain itu, kortisol juga dapat memperbesar ukuran sel lemak, sehingga perut terlihat semakin buncit. 5. Kurang Tidur Kurangnya waktu tidur memengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa tidur kurang dari enam jam per malam meningkatkan risiko penumpukan lemak perut. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya hormon ghrelin yang merangsang rasa lapar, sementara hormon leptin yang mengontrol nafsu makan menurun. 6. Pengaruh Hormon Seks Hormon seks berperan besar dalam distribusi lemak tubuh. Pada wanita, hormon estrogen cenderung menyebarkan lemak di area pinggul, bokong, dan paha. Sebaliknya, pria dengan hormon testosteron memiliki kecenderungan menumpuk lemak di sekitar organ dalam perut atau dikenal sebagai lemak visceral. Lemak visceral inilah yang membuat pria lebih rentan mengalami perut buncit. 7. Konsumsi Alkohol Alkohol memiliki efek buruk terhadap metabolisme tubuh. Selain meningkatkan asupan kalori, alkohol juga menurunkan hormon GLP-1 dan leptin, yang membuat tubuh lebih cepat lapar dan memicu penumpukan lemak di perut. 8. Postur Tubuh yang Buruk Kebiasaan duduk atau berdiri dengan postur yang tidak benar dapat menciptakan ilusi perut buncit. Postur tubuh yang membungkuk membuat panggul menonjol ke depan, sehingga perut terlihat lebih besar dari sebenarnya.
-
Apa yang menyebabkan perut buncit? Kelebihan lemak di area perut dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi.
Meskipun berat badannya mengalami penurunan, perutnya malah semakin membesar dan mengeras. Hal ini membuat dokter memutuskan untuk melakukan pemindaian CT scan. Hasil pemindaian tersebut sangat mengejutkan, karena Kraut ternyata memiliki kelainan medis yang berupa tumor terbesar yang pernah mereka temui dalam praktik klinis.
Pada 26 September 2023, Kraut menjalani operasi selama sepuluh jam di sebuah rumah sakit di Oslo untuk mengangkat tumor tersebut, yang telah menggerogoti beberapa organ dalamnya dan harus diangkat demi menyelamatkan nyawanya.
Penemuan ini menjadi viral, mengingat perjuangan Kraut yang selama ini dianggap hanya disebabkan oleh obesitas. Penanganan tumor yang sangat besar ini menarik perhatian publik, terutama setelah Kraut dan istrinya memutuskan untuk menggugat para dokter atas kegagalan diagnosis yang dialaminya selama bertahun-tahun. Berikut kisahnya yang dikutip dari New York Post pada Rabu (6/11).
Salah Diagnosis selama 12 tahun
Selama 12 tahun, Thomas Kraut hanya dipandang sebagai penderita obesitas dan diabetes. Ia secara teratur mengikuti program kesehatan dan bahkan mengonsumsi Ozempic. Namun, tidak ada yang menyadari bahwa ada masalah medis serius yang berkembang di dalam perutnya.
Sejak didiagnosis dengan obesitas pada tahun 2012, Kraut dengan tekun mengikuti kursus nutrisi dan kebugaran yang direkomendasikan oleh dokter. Meskipun demikian, perutnya terus membesar, sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya.
"Dokter hanya mengatakan bahwa saya perlu menurunkan berat badan untuk kesehatan saya," kata Kraut.
Puncaknya terjadi pada tahun 2023, ketika Kraut bersiap untuk menjalani operasi selongsong lambung sebagai solusi untuk obesitasnya. Pada saat itulah dokter menemukan bahwa pembesaran perut Kraut bukan disebabkan oleh lemak, melainkan oleh tumor ganas. Penemuan ini membuatnya segera dijadwalkan untuk menjalani operasi pengangkatan tumor besar tersebut.
10 Jam Operasi
Operasi pengangkatan tumor yang dialami oleh Kraut berlangsung selama 10 jam pada tanggal 26 September 2023. Tumor seberat 27 kilogram yang telah berkembang selama bertahun-tahun ini berdampak pada beberapa organ vital dalam tubuhnya.
Proses pembedahan ini menjadi tantangan yang signifikan bagi tim medis, terutama karena ukuran tumor yang besar dan dampaknya pada organ-organ internal Kraut. Tumor tersebut telah merusak ginjal kanan dan sebagian usus halus Kraut.
Oleh karena itu, tim dokter terpaksa melakukan pengangkatan organ-organ yang mengalami kerusakan agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
Kraut menyatakan, "Tumor itu tidak hanya besar, tapi juga menekan organ dalam saya hingga mengganggu fungsi tubuh."
Setelah menjalani operasi, Kraut harus menjalani pemulihan yang intensif di rumah sakit. Kehadiran tumor besar tersebut meninggalkan kerusakan yang tidak dapat sepenuhnya diperbaiki, sehingga ia kini harus rutin menjalani terapi untuk memastikan tidak ada jaringan kanker yang tersisa. Proses pemulihan ini memerlukan waktu dan perhatian khusus agar kesehatan Kraut dapat kembali optimal.
Tuntutan karena Kesalahan Diagnosis
Kasus Kraut menarik perhatian masyarakat setelah ia mengajukan tuntutan hukum terhadap tim medis yang bertanggung jawab atas perawatan kesehatannya. Bersama istrinya, Ines, ia merasa sangat kecewa akibat diagnosa yang keliru selama bertahun-tahun.
Ternyata, kondisi medis yang dialaminya jauh lebih serius daripada sekadar obesitas biasa. Tuntutan hukum ini diajukan karena Kraut berpendapat bahwa diagnosa obesitas mengakibatkan penundaan dalam penanganan kanker yang telah berkembang di dalam tubuhnya. Pengacara Kraut juga telah mengajukan keberatan terhadap argumen yang diajukan oleh pihak medis.
"Saya merasa dibiarkan tanpa solusi tepat, padahal tumor ini sudah ada selama bertahun-tahun," ungkap Kraut.
Kasus ini menjadi perhatian khusus karena jenis tumor yang diderita oleh Kraut tergolong langka. Meskipun pihak rumah sakit beralasan bahwa tumor langka tersebut sulit untuk dideteksi, Kraut tetap meyakini bahwa ada kelalaian dalam penanganan medis yang harus diakui dan dipertanggungjawabkan.
Dengan meningkatnya perhatian publik terhadap kasus ini, diharapkan akan ada perubahan dalam cara diagnosis dan penanganan kondisi medis yang kompleks.