Hacker Ini Berhasil Rebut Akses Komputer dan Ubah Harga Barang di Toko Penjara
Para peretas memanipulasi daftar harga di toko penjara, menurunkan harga barang menjadi jauh di bawah nilai normalnya.
Para peretas memanipulasi daftar harga di toko penjara, menurunkan harga barang menjadi jauh di bawah nilai normalnya.
Hacker Ini Berhasil Rebut Akses Komputer dan Ubah Harga Barang di Toko Penjara
-
Bagaimana pekerja IT tawarkan jasa hacker? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
-
Bagaimana hacker mencuri uang? “Para penjahat mendapatkan akses dengan mengeksploitasi jaringan telekomunikasi dan mengkompromikan ID pengguna dan kata sandi yang valid,“ Profil perampok bank pertama kali di dunia tanpa darah sedikitpun.
-
Apa saja jasa hacker yang ditawarkan? Seorang pengembang dengan pengalaman hampir satu dekade menawarkan layanan pembuatan halaman phishing, kloning bank, kloning pasar, penguras kripto, spoofing SMS, dan spoofing email.
-
Apa saja tebusan terbesar hacker? Serangan ransomware WannaCry, Nilai Tebusan USD 4 Miliar Salah satu permintaan tebusan terbesar terjadi pada Serangan ransomware WannaCry pada Mei 2017 silam yang menyebar secara global melalui komputer dengan sistem windows. Serangan ini mengakibatkan 230.000 pengguna computer Windows di 150 negara tidak mengakses beberapa dokumen penting karena data dikunci peretas. Padahal, Windows telah memberikan informasi ke penggunanya untuk melakukan pembaruan perangkat keamanan bernama EternalBlue. Saat itu, permintaan tebusan yang dilayangkan kelompok WannaCry mencapai USD4 miliar.
-
Siapa yang merampok toko? Polisi menangkap tiga pelaku yang terlibat dalam perampokan jam tangan mewah di PIK. Ketiga pelaku berinisial MAH, DK, dan TFZ yang berhasil ditangkap di lokasi yang berbeda-beda.
-
Bagaimana hacker menyerang? Mereka menggunakan aktor-aktor yang berpura-pura menjadi diplomat Barat dan pejabat Ukraina untuk mengakses akun, memahami kebijakan luar negeri Barat terhadap Ukraina, serta merencanakan serangan terhadap organisasi pemerintah Ukraina dan sektor-sektor penting di NATO.
Sebuah serangan siber yang terjadi setelah kematian mendiang Alexei Navalny di penjara telah mengungkapkan dampak yang mengejutkan.
Para peretas yang mendukung Navalny mengakses database narapidana Rusia, melakukan tindakan yang mengubah harga barang di toko penjara dan menyebarkan pesan-pesan yang mendukung tokoh oposisi tersebut.
Dilansir dari Business Insider, Kamis (4/4), dii bulan Februari, hanya beberapa jam setelah kematian Navalny diumumkan, serangan siber terjadi.
Para peretas memanipulasi daftar harga di toko penjara, menurunkan harga barang menjadi jauh di bawah nilai normalnya.
Selain itu, mereka juga memasukkan pesan-pesan yang mendukung Navalny ke dalam situs tersebut dengan harapan menyebarkan dukungan terhadap perjuangan politik yang dijalankan oleh Navalny dan para pendukungnya.
Para peretas ini mengklaim sebagai ekspatriat Rusia yang menentang rezim Putin, berbagi data yang mereka curi dengan harapan agar orang lain dapat membantu memahami apa yang sebenarnya terjadi terhadap Navalny.
Mereka mengklaim telah mengakses rincian kontak lebih dari 800.000 tahanan, termasuk yang berada di koloni hukuman Arktik di mana Navalny terakhir kali tinggal.
Selain memanipulasi harga barang di toko penjara, para peretas juga dilaporkan telah mengambil aksi dalam mengakses sistem komputer penjara. Mereka mengurangi harga beberapa produk makanan menjadi seperseribu dari harga normalnya.
Keberanian para peretas menunjukkan serangan siber bukan hanya sekadar tindakan kriminal biasa, tetapi juga dapat digunakan sebagai bentuk protes atau perlawanan terhadap rezim yang mereka anggap otoriter. Namun, hal tersebut juga menimbulkan kekhawatiran atas keamanan data dan infrastruktur siber yang semakin rentan terhadap serangan-serangan semacam ini.
Kematian Navalny di penjara masih menimbulkan banyak pertanyaan dan kontroversi. Meskipun Rusia dengan cepat menyangkal keterlibatannya, para pemimpin dunia, termasuk Presiden Joe Biden, menuntut klarifikasi dan keadilan atas kematian Navalny. Sementara itu, istrinya, Yulia Navalnaya, telah menuduh bahwa tubuh Navalny telah dianiaya sebelum pemakamannya.