Hilal Merger XL-Smartfren Kian Terlihat, tapi Masih Ada yang Mengganjal
Proses merger antara XL dan Smartfren semakin mendekati tahap akhir.
Proses penggabungan antara dua operator seluler, XL Axiata dan Smartfren, semakin mendekati realisasi. Menurut Dian Siswarini, CEO dan Presiden Direktur XL Axiata, tahap due diligence antara kedua perusahaan kini sudah berada di penghujung.
"Sekarang hilal sudah kelihatan sedikit, jadi proses due diligence-nya sudah memasuki tahap akhir. Jadi, diharapkan kita bisa memasuki proses selanjutnya," ungkap Dian Siswarini dalam acara Media Gathering XL Axiata di Yogyakarta pada Rabu, (23/10), dikutip dari Liputan6.
-
Bagaimana Menkominfo berpendapat tentang merger XL dan Smartfren? 'Saya sudah bilang, ‘kami mendukung. Soal yang lain-lain, komersialnya, silakan kalian omongin sendiri,' Ia mengungkapkan bahwa Kominfo tidak akan ikut campur mengenai urusan bisnis ke bisnis (B2B) dalam upaya merger tersebut.
-
Apa rencana XL dan Smartfren setelah merger? Dalam presentasi yang kami sampaikan, terdapat rencana bisnis yang mencakup langkah-langkah yang akan kami ambil dalam jangka waktu satu, tiga, hingga lima tahun ke depan. 'Ketika tim evaluasi Komdigi mulai melakukan penilaian, kami tentu akan melakukan diskusi untuk membahas hasil evaluasi tersebut,' ujar Merza.
-
Bagaimana XL Axiata dan Smartfren mengurus proses merger? Selanjutnya, pada tanggal 11 Desember 2024, dokumen kesepakatan mengenai merger operator seluler tersebut telah diserahkan kepada OJK serta Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).
-
Siapa yang menyatakan dukungan terhadap merger XL dan Smartfren? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi, menyatakan Pemerintah Indonesia mendukung dilakukannya merger atau penyatuan usaha antara dua operator seluler di Indonesia, yaitu XL Axiata dan Smartfren.
-
Kenapa XL Axiata ingin merger dengan Smartfren? Pasalnya, pihak XL Axiata menyadari bahwa persaingan di industri seluler akan berat jika mereka berdiri sendiri dan tidak melakukan merger.
-
Mengapa XL Axiata dan Smartfren bergabung? Kehadiran dari entitas hasil merger XL Axiata-Smartfren ini diharapkan dapat memberikan kekuatan baru dalam industri telekomunikasi, berkat penggabungan sumber daya spektrum dari kedua perusahaan tersebut.
Dian juga menekankan bahwa para pemegang saham dari kedua perusahaan, yaitu XL Axiata dan Smartfren, berharap agar proses merger ini dapat segera terlaksana.
"Kami harapkan nanti proses untuk persetujuan dari institusi pemerintah juga bisa didapat dengan cepat," tambah Dian.
Sebelumnya, Komisaris XL Axiata dari Axiata Group Berhad, Vivek Sood, menyatakan bahwa target penyelesaian merger diharapkan bisa tercapai pada akhir tahun 2024.
Namun, Dian mengingatkan bahwa penutupan merger ini sangat bergantung pada dua institusi yang memiliki pengaruh besar, yaitu Kementerian Komunikasi dan Digital (dahulu Kominfo) serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Kami belum tahu apakah ada perkembangan baru, tetapi kami berharap menteri baru bisa memberikan dukungan dan persetujuan (atas merger kedua perusahaan)," tuturnya, merujuk pada perubahan kepemimpinan di Kementerian Komunikasi dan Digital.
Mempengaruhi Positif untuk Sektor Industri
Dian mengungkapkan bahwa konsolidasi atau penggabungan dua operator tidak hanya menguntungkan bagi perusahaan yang terlibat, tetapi juga berkontribusi pada kesehatan industri secara keseluruhan.
"Di XL, kami selalu menekankan bahwa bisnis kami tidak hanya berfokus pada profit, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat, pelanggan, dan negara," ujarnya.
Ia berharap jika merger tersebut terlaksana, XL Axiata dapat terus berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia.
Tantangan Merger dan Spektrum yang Bisa Didapatkan
Saat ditanya tentang proses panjang yang diperlukan untuk mendapatkan persetujuan pemerintah terkait merger, Dian mengingat pengalaman akuisisi XL Axiata terhadap Axis beberapa tahun lalu.
Menurutnya, tantangan terbesar adalah menyelesaikan isu mengenai spektrum frekuensi yang dimiliki oleh kedua perusahaan yang akan bergabung.
"Seberapa banyak spektrum yang dapat dipertahankan dan berapa yang harus dikembalikan, saya yakin isu ini juga menjadi perhatian utama saat merger IOH (Indosat Ooredoo dengan Hutchison 3 Indonesia) yang lalu, terutama dari sisi izin Menkominfo terkait spektrum," jelas Dian.
Proses merger antara XL dan Smartfren dapat dilaksanakan
Menurut Dian, pengaturan mengenai spektrum frekuensi yang akan dimiliki oleh perusahaan hasil merger menjadi faktor utama yang menentukan kelancaran proses ini.
"Karena kalau kita lihat, sinergi terbesar itu kan datang dari spektrum, kalau nanti spektrum yang harus dikembalikannya terlalu banyak itu akan mengurangi sinergi yang nanti kita dapatkan," jelasnya.
Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan merger antara XL Axiata dan Smartfren sangat tergantung pada pengaturan spektrum yang tepat. Jika spektrum yang harus dikembalikan terlalu besar, maka potensi sinergi yang diharapkan akan berkurang secara signifikan.