Pria ini Kaget, Saat Interview Kerja yang Wawancara Bukan Manusia Tapi Avatar
Jack Ryan, seorang pencari kerja, mengkritik wawancara dengan avatar AI yang dinilainya kurang manusiawi.
Jack Ryan, seorang atlet penyandang disabilitas bercerita mengenai pengalamannya saat mengikuti proses rekrutmen sebuah perusahaan. Saat proses interview akan berlangsung, ia dihadapkan dengan wawancara kerja yang tidak biasa.
Bukan seorang manusia yang berhadapan saat interview online, namun sebuah avatar yang berbasis artificial intelligence (AI) yang akan melakukan wawancara dengannya. Sayangnya, pengalaman ini jauh dari kesan baik buatnya.
-
Apa yang digambarkan AI? Berikut adalah penggambaran capres menggunakan teknologi artificial intelligence (AI).
-
Siapa yang digambarkan AI? Berikut adalah penggambaran capres menggunakan teknologi artificial intelligence (AI).
-
Siapa yang menjadi korban penipuan interview? Kesaksian Korban Belum lama ini, terungkap modus kejahatan baru yang menyasar para pencari kerja. Diungkap sejumlah korban yang baru saja melakukan interview di salah satu lokasi berkedok perusahaan di Duren Sawit, pelaku membujuk agar sejumlah uang diserahkan. Bukan tanpa alasan, para korban turut dijanjikan segera mendapat pekerjaan impian. Sontak, uang tersebut diminta pelaku.
-
Siapa yang melakukan survei mengenai AI di dunia kerja? Microsoft dan LinkedIn merilis data di Indonesia dari hasil survei laporan global Work Trend Index 2024.
-
Siapa yang pernah diajukan pertanyaan aneh di wawancara? Intel mengajukan pertanyaan itu untuk posisi teknisi perangkat kerasnya.
-
Mengapa gambar AI tentang alien kocak? Awalnya memang terlihat menyeramkan, tetapi jika diamati, unggahan ini memiliki kesan kocak. Kedua tokoh ini adalah tokoh ikonik yang memiliki banyak penggemar di Amerika Serikat, sehingga mengundang banyak komentar lucu pada postingan ini.
“Saya tidak bisa membayangkan AI atau model bahasa besar lainnya mampu benar-benar memahami emosi dan reaksi manusia untuk menciptakan wawancara yang menyeluruh dan bermakna,” jelasnya dikutip dari Futurism, Rabu (2/10).
Ryan memahami bahwa tujuan digunakannya AI agar tercipta proses wawancara yang adil dan setara. Namun kenyataannya tidak seperti itu. Ia merasa interaksi manusia adalah aspek paling penting untuk melihat bagaimana tim akan bekerja sama dengan baik. Bukan robot yang tak punya emosi.
"Sebagai individu penyandang disabilitas yang bergantung pada pekerjaan jarak jauh, saya sudah khawatir mengungkapkan bahwa saya penyandang disabilitas di formulir aplikasi pekerjaan. Menambahkan komponen AI ke dalam proses ini, saya pikir, justru akan mengurangi upaya keberagaman, kesetaraan, dan inklusi," ungkap dia.
Dalam sebuah klip yang ia unggah di LinkedIn pekan lalu, Ryan, yang berbasis di Silicon Valley, Amerika Serikat (AS) terlihat tersenyum ketika avatar berambut merah itu menanyakan pengalaman kerjanya dan memintanya untuk lebih kreatif dalam menjawab.
Pada akhirnya, menurut Ryan, penggunaan layanan seperti Fairgo menunjukkan bagaimana perusahaan terus berupaya memangkas biaya dengan mengurangi elemen manusia dalam bisnis.
Pernyataan Ryan itu justru berbanding terbalik dengan klaim perusahaan yang menciptakan avatar itu. Perusahaan pencipta avatar itu adalah startup bernama Fairgo. Dalam website resminya, mereka mengklaim para kandidat sangat menyukai pengalaman wawancara dengan avatar AI miliknya.
Bahkan dalam situs tersebut, dikatakan CEO Fairgo, Julian Bright, dibuatkannya avatar AI sebagai proses interview pekerjaan semata-mata-mata untuk mengurangi bias manusia. Bright juga menegaskan bahwa AI tersebut tidak terlibat dalam proses seleksi kandidat dan tidak menggunakan video atau audio dari wawancara untuk mengevaluasi kandidat.