Suka Kesetrum saat Pegangan Tangan, Begini Arus Listrik di Tubuh Manusia
Tubuh manusia menghasilkan listrik, namun voltase-nya rendah.

Tubuh manusia menghasilkan energi listrik, sebuah fakta yang mungkin mengejutkan banyak orang. Namun, berbeda dengan listrik yang kita gunakan sehari-hari, tegangan listrik dalam tubuh manusia sangat rendah dan bervariasi tergantung pada bagian tubuh dan aktivitasnya.
Tidak ada satu angka pasti untuk menyatakan voltase listrik dalam tubuh manusia, tetapi kita dapat melihatnya dari beberapa aktivitas tubuh.
Dikumpulkan dari beberapa sumber, aktivitas otak menghasilkan aktivitas listrik dengan tegangan yang berkisar antara -90 milivolt hingga +40 milivolt. Sementara itu, pada saat istirahat, sel saraf memiliki tegangan sekitar -70 milivolt. Rangsangan pada sel saraf dapat menghasilkan tegangan aksi, berupa lonjakan listrik yang menjalar sepanjang neuron, dengan besar rangsangan sekitar 10-15 milivolt. Perlu diingat bahwa tegangan ini jauh lebih rendah daripada tegangan yang dihasilkan oleh baterai rumah tangga.
Meskipun demikian, beredar klaim yang menyebutkan potensi tegangan hingga 35.000 Volt dalam tubuh manusia. Namun, klaim ini membutuhkan konteks dan penjelasan lebih lanjut. Kemungkinan besar, ini merujuk pada potensi energi listrik yang ada di dalam tubuh, bukan tegangan yang secara langsung dapat diukur dengan alat ukur standar. Untuk keamanan, tegangan aman yang dapat disentuh manusia bervariasi; sekitar 36V dalam kondisi kering dan 12V dalam kondisi lembap. Tegangan yang lebih tinggi dapat sangat berbahaya.
Arus Listrik: Penggerak Fungsi Biologis
Arus listrik dalam tubuh manusia memainkan peran krusial dalam berbagai fungsi biologis. Mulai dari sistem saraf hingga jantung, listrik mengatur gerakan, detak jantung, dan pikiran. Sistem saraf, misalnya, bekerja menggunakan impuls listrik yang disebut potensial aksi.
Impuls ini, berupa sinyal listrik yang merambat melalui neuron dengan mengatur pergerakan ion-ion bermuatan seperti natrium (Na⁺) dan kalium (K⁺), memungkinkan komunikasi antar sel saraf sehingga tubuh dapat merespons rangsangan dengan cepat.
Hal ini dijelaskan dalam buku Neuroscience: Exploring the Brain karya Bear, Connors, & Paradiso (2020).Fungsi jantung juga dipengaruhi oleh listrik. Simpul sinoatrial (SA node) di jantung bertindak sebagai 'pemicu listrik alami' yang mengontrol ritme detak jantung, seperti yang dijelaskan dalam Textbook of Medical Physiology oleh Guyton & Hall (2021).
Sementara itu, dalam buku yang ditulis Principles of Neural Science, Kandel, Schwartz, & Jessell, gangguan pada sistem listrik jantung dapat menyebabkan aritmia. Listrik juga mengendalikan aktivitas otot; sinyal listrik dari saraf memicu pergerakan ion dalam sel otot, memungkinkan kontraksi dan relaksasi otot (
Teknologi medis telah memanfaatkan pemahaman tentang listrik dalam tubuh. Elektrokardiografi (EKG/ECG) mengukur aktivitas listrik jantung, sementara elektroensefalografi (EEG) memantau gelombang listrik otak. Penelitian bioelektrik terus berkembang, menjanjikan terobosan baru dalam pengobatan penyakit saraf, jantung, dan gangguan motorik.