Unsur dari Bahan Kuno Ini Ternyata Bisa Simpan Energi untuk Menyalakan Lampu
Ilmuwan pun tak menyadari apa yang dilakukannya ini berhasil.
Ilmuwan pun tak menyadari apa yang dilakukannya ini berhasil.
Unsur dari Bahan Kuno Ini Ternyata Bisa Simpan Energi untuk Menyalakan Lampu
Sebuah tim dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) telah menemukan cara baru penyimpanan energi. Menariknya mereka menggunakan unsur material ‘kuno’ yang kerap dilihat tetapi tak pernah diduga. Dilaporkan ZMEScience, Sabtu (5/9), tim berhasil menghubungkan tiga superkapasitor untuk menyalakan dioda pemancar cahaya (LED) 3 volt. Dengan bukti konsep ini, mereka sekarang memiliki rencana untuk membangun versi yang lebih besar.
-
Apa fungsi lampu minyak kuno? Tim peneliti dari Badan Kepurbakalaan Israel mengungkap temuan ini dalam sebuah pernyataan resmi. Mereka meyakini lampu perunggu ini digunakan sebagai bagian dari deposito dasar, suatu bentuk penguburan ritual persembahan, yang bertujuan membawa keberuntungan bagi penduduk sebuah bangunan pada masa Romawi.
-
Bagaimana bentuk lampu minyak kuno? Lampu ini memiliki ciri yang tak biasa, bentuknya menyerupai wajah aneh yang dipotong menjadi dua bagian, memberikan penampilan yang mengesankan.
-
Dimana lampu minyak kuno ditemukan? Lampu minyak kuno yang sangat langka berusia 2.000 tahun ditemukan di situs bersejarah Kota Daud, Yerusalem.
-
Bagaimana lampu minyak ditemukan? Natanel Melchior dan Alon Segev, prajurit cadangan dari Batalyon 404 Brigade Artileri 282, sedang berkeliaran di lapangan ketika mereka menemukan sepotong tembikar yang terbalik dan berbentuk bulat yang menarik perhatian mereka.
-
Bagaimana memanfaatkan cahaya alami untuk menghemat listrik? Pemanfaatan cahaya alami di siang hari juga menjadi solusi cerdas untuk mengurangi pemakaian lampu. Anda bisa membuka jendela atau menggunakan tirai tipis agar sinar matahari masuk ke dalam rumah. Dengan begitu, kebutuhan akan lampu di siang hari bisa diminimalkan.
-
Di mana energi listrik disimpan? Umumnya, energi listrik ditemukan dalam wujud energi potensial dan energi kinetik. Namun biasanya energi listrik yang banyak digunakan adalah energi potensial karena memiliki posisi realtif partikel bermuatan atau medan listrik.
Lalu, bahan kuno apa yang mereka gunakan?
Mereka melakukan uji coba ini dengan menggunakan material beton. Ya, beton yang lazimnya digunakan untuk fondasi rumah dan struktur dasar jalan raya. Mereka telah membuktikan bahwa unsur material kuno ini bisa menciptakan kapasitor super yang dapat merevolusi cara menyimpan energi.
Menurut Professor Franz-Josef Ulm, salah satu pemimpin dalam riset ini mengatakan, semen, bahan konstruksi kuno, dan karbon hitam, serupa dengan arang halus, yang dapat membentuk dasar sistem penyimpanan energi yang inovatif.
Bagaimana Caranya?
Bahan berbasis semen yang mereka buat memiliki jaringan bahan konduktif yang padat dan saling berhubungan, menghasilkan luas permukaan internal yang tinggi. Dengan memasukkan karbon hitam ke dalam campuran semen-air dan membiarkannya mengering, air bereaksi dengan semen untuk membentuk jaringan bukaan yang bercabang. Karbon hitam menyusup ke ruang-ruang ini, menciptakan struktur seperti kawat di dalam semen yang mengeras, yang pada dasarnya mengubah material menjadi superkapasitor.
"Bahannya menarik karena Anda memiliki bahan buatan manusia yang paling banyak digunakan di dunia, semen, yang dikombinasikan dengan karbon hitam, yang merupakan bahan sejarah terkenal,"
Admir Masic, ahli kimia di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan MIT yang juga ikut melakukan penelitian.
Solusi penyimpanan baru semacam ini dapat berdampak signifikan terhadap cara menggunakan energi terbarukan. Saat-saat ini seringkali tidak sejalan dengan puncak penggunaan listrik, sehingga diperlukan pengembangan sistem penyimpanan energi yang efisien.