Ilmuwan Temukan Bahan Baru Energi Surya yang Lebih Murah
Material baru dari Universitas Oxford mengubah cara pemanfaatan energi surya, lebih efisien dan fleksibel, tanpa memerlukan ladang surya besar.
Sebuah material baru yang dikembangkan oleh para peneliti dari Universitas Oxford akan segera merevolusi pemanfaatan energi surya. Menggunakan pendekatan "multi-junction", material ini terbukti lebih efisien dibandingkan banyak panel surya tradisional. Yang menarik, material ini juga sangat tipis dan fleksibel, sehingga bisa diaplikasikan pada berbagai objek sehari-hari.
Matahari, seperti dijelaskan oleh para ilmuwan Flansburgh dan Linnell, adalah sumber energi luar biasa yang memberikan sekitar 44 kuadriliun watt energi ke permukaan bumi setiap tahun. Namun, memanfaatkan energi ini tidaklah mudah. Ladang surya besar mungkin baik untuk iklim, tetapi seringkali merusak ekosistem alam.
Sementara itu, opsi lain seperti panel surya di atap masih kurang efisien dan mahal. Dengan inovasi baru dari Universitas Oxford, melihat perubahan besar dalam cara mengumpulkan energi surya.
“Dengan menggunakan bahan baru yang dapat diaplikasikan sebagai lapisan, kami dapat meniru dan melampaui kinerja silikon, sambil mendapatkan fleksibilitas lebih,” kata Junke Wang, Peneliti Pascadoktoral di Oxford University Physics dikutip dari IFLScience, Sabtu (31/8).
Material ini menggabungkan tiga sifat penting dalam pemanenan energi surya: murah, efisien, dan sangat bisa digunakan. Terbuat dari beberapa lapisan yang menyerap cahaya, material ini mampu memanfaatkan spektrum cahaya yang lebih luas, menghasilkan efisiensi energi lebih dari 27 persen – mendekati batas maksimum yang dapat dicapai oleh fotovoltaik berlapis tunggal saat ini.
Shuaifeng Hu, Peneliti Pascadoktoral di Oxford, optimis bahwa ini baru permulaan. “Dalam lima tahun eksperimen, efisiensi konversi daya meningkat dari sekitar 6 persen menjadi lebih dari 27 persen,” ujarnya.
Ia percaya pendekatan ini bisa mencapai efisiensi lebih dari 45 persen di masa depan. Material ini juga sangat tipis – hanya setebal satu mikron, hampir 150 kali lebih tipis dari wafer silikon – dan fleksibel, sehingga bisa diaplikasikan pada hampir semua permukaan, mulai dari bangunan hingga ponsel.
“Inovasi ini bisa menjadi platform industri baru,” kata Henry Snaith, Profesor Energi Terbarukan di Oxford. “Kami dapat memproduksi material yang menghasilkan energi surya dengan lebih berkelanjutan dan murah menggunakan bangunan, kendaraan, dan objek yang sudah ada.”
Dengan solar power yang semakin efisien dan murah, beberapa ahli percaya bahwa masa depan bertenaga surya kini semakin mendekati kenyataan.
“Sejauh ini, Inggris hanya berpikir tentang energi surya dalam hal pembangunan ladang surya baru, namun pertumbuhan nyata akan datang dari komersialisasi inovasi ini,” tambah Snaith.