Ilmuwan China Ciptakan Teknologi Kamuflase seperti Bunglon
Senyawa molekuler yang bisa mengubah strukturnya ketika terkena panjang gelombang cahaya tertentu menjadi kunci dari perubahan ini.
Ilmuwan di China mengumumkan bahwa mereka telah mengembangkan bahan yang bisa berubah warna pada tingkat molekuler sesuai dengan cahaya di sekitarnya, ini adalah semacam jenis kamuflase baru yang memungkinkan seseorang untuk berbaur dengan lingkungannya seperti bunglon.
"Dengan kata lain, penerapan teknologi ini pada pakaian dapat membuat seseorang secara efektif 'tidak terlihat'," kata peneliti utama Wang Dongsheng.
-
Apa yang dibuat ilmuwan China? Albert Einstein pernah berbicara tentang penggunaan mesin udara untuk menciptakan kendaraan yang lebih besar dan lebih cepat. Hal itu ternyata menjadi pemicu ilmuwan China untuk membuatnya. Namun dimodifikasi sedemikian rupa. Malah secara tidak langsung negara itu 'berani' mematahkan pendapat Einstein.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di China? Fosil seekor hewan mamalia menyerang dinosaurus ditemukan di China timur laut. Seekor mamalia sejenis luwak sedang menyerang seekor dinosaurus pemakan tumbuhan, menindih mangsanya, dan menggigitnya.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan China? Ilmuwan dari China telah menciptakan desain baterai berbasis air terbaru yang lebih aman dan lebih efisien dalam menyimpan energi dibandingkan dengan baterai ion litium (Li-ion) yang saat ini banyak digunakan oleh manusia.
-
Apa yang dicapai oleh ilmuwan China? Dilaporkan seorang ilmuwan Cina telah berhasil menciptakan magnet resistif terkuat di dunia, yang menghasilkan medan magnet stabil sebesar 42,02 Tesla.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan di China? Ilmuwan menemukan fosil larva cacing yang hidup sekitar 500 juta tahun lalu. Cacing tersebut mati saat belum terbentuk secara sempurna atau masih dalam bentuk larva.
-
Teknologi apa yang dikuasai China? China memimpin dalam 37 dari 44 teknologi yang dilacak dalam proyek selama setahun oleh lembaga thinktank, The Australian Strategic Policy Institute. Bidang itu meliputi baterai listrik, hipersonik, dan komunikasi frekuensi radio canggih seperti 5G dan 6G.
Menurut Wang dan timnya dari Universitas Sains dan Teknologi Elektronik Tiongkok, teknologi ini memiliki potensi aplikasi di berbagai bidang seperti militer dan arsitektur.
Dalam sebuah studi yang diterbitkan bulan lalu di jurnal peer-review Science Advances, para peneliti itu menjelaskan bahwa mereka berusaha untuk membuat kamuflase aktif menjadi fungsi intrinsik dari bahan yang bisa berubah warna melalui proses yang disebut fotokromisme adaptif mandiri (SAP), dikutip dari South China Morning Post, Selasa (10/12).
Senyawa molekuler yang bisa mengubah strukturnya ketika terkena panjang gelombang cahaya tertentu menjadi kunci dari perubahan ini. Bahan akan terlihat menyatu sempurna dengan lingkungannya bagi mata telanjang.
Di alam, bunglon dan gurita pun menggunakan kamuflase aktif untuk menyatu dengan lingkungannya. Sistem buatan manusia biasanya menghasilkan efek ini melalui perangkat elektronik yang rumit, yang membuatnya mahal dan kurang praktis.
Namun, menurut para peneliti teknologi SAP menawarkan solusi yang lebih sederhana dan efisien untuk mencapai efek kamuflase adaptif tanpa memerlukan sumber daya eksternal atau perangkat elektronik yang sulit.
Untuk menunjukkan teknologi ini, mereka menempatkan wadah transparan berisi larutan SAP ke dalam kotak akrilik bening dengan warna berbeda seperti merah, hijau, dan kuning, serta tinta hitam sebagai kontrol, dan mengamati bagaimana larutan tersebut berubah warna sesuai dengan perubahan lingkungan sekitarnya.
Dalam percobaan lain, wadah tersebut justru berhasil menyatu dengan lingkungan sekitarnya saat ditempatkan di gugusan tanaman merah, hijau, atau kuning dalam waktu 30 hingga 80 detik, menurut hasil penelitian.
Teknologi ini juga bisa diterapkan sebagai pelapis. Dengan menggabungkan polikaprolakton (PCL), para peneliti mengembangkan lapisan dan pelapis SAP yang bisa disemprotkan atau diterapkan pada berbagai permukaan, memungkinkan kamuflase adaptif pada material padat.
Menurut penelitian tersebut, kemampuan bahan SAP untuk berubah warna dengan cepat membuka kemungkinan baru yang menarik di bidang kamuflase, enkripsi, dan teknologi siluman. Wang mencatat dalam makalah penelitiannya bahwa bahan SAP mempunyai potensi besar dalam sistem kamuflase, pelapis pintar, dan desain mode.
Bahan ini juga berfungsi dengan baik dalam rentang suhu minus 20 hingga 70 derajat Celsius (minus 4 hingga 158 Fahrenheit), membuatnya cocok untuk aplikasi militer dan arsitektur. Wang dan timnya yang sudah melakukan penelitian mendasar pada molekul dan material peka cahaya sejak 2008, mengatakan kepada South China Morning Post bahwa tahap penelitian berikutnya akan memperluas sifat-sifat material SAP.
"Kami belum sepenuhnya meniru semua warna dalam spektrum cahaya tampak dalam karya ini, hal itu akan terungkap dalam karya kami selanjutnya," katanya. Warna ungu dan biru saat ini tidak ada dalam material SAP, tetapi perbaikan di masa mendatang dapat mengatasi kekurangan ini.
“Dengan menambahkan lebih banyak molekul fotokromik ke material atau menyesuaikan komposisinya, kami bertujuan untuk memperoleh perbedaan warna yang lebih halus, dan kecepatan perubahan yang lebih cepat,” tambahnya.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia