Ilmuwan Temukan Otak Berusia 500 Juta Tahun Masih Utuh, Ukurannya Sekecil Butiran Pasir
Otak ini milik larva cacing laut yang ditemukan di China.
Ilmuwan Temukan Otak Berusia 500 Juta Tahun Masih Utuh, Ukurannya Sekecil Butiran Pasir
Ilmuwan menemukan fosil larva cacing yang hidup sekitar 500 juta tahun lalu. Cacing tersebut mati saat belum terbentuk secara sempurna atau masih dalam bentuk larva.
-
Fosil hewan purba apa yang ditemukan? Fosil tersebut diperkirakan sebagai spesies dari kelas cestoda, juga dikenal sebagai cacing pita.
-
Di mana fosil hewan purba itu ditemukan? Sebuah penemuan baru dari nenek moyang plesiosaurus bernama Chusaurus xiangensis telah ditemukan di Fauna Nanzhang-Yuan'an di Provinsi Hubei, China.
-
Dimana fosil hewan purba itu ditemukan? Penemuan ini bermula ketika pada 1983, anggota Royal Ontario Museum menjelajahi Canadian Rockies dan menemukan lapangan fosil yang sangat luas di Taman Nasional Yoho, menurut studi yang diterbitkan pada 21 Juni dalam Journal of Systematic Palaeontology.
-
Dimana fosil itu ditemukan? Fosil Gondwanax paraisensis ditemukan oleh Pedro Lucas Porcels Aurelio di kota Paraiso do Sul, Brazil, pada 2014.
-
Siapa yang menemukan fosil hewan purba? Ekspedisi untuk mengumpulkan fosil-fosil ini dilakukan pada tahun 2011 dan 2014 oleh para ilmuwan dari Zoological Society of London (ZSL).
-
Di mana fosil hewan purba ditemukan? Beberapa ribu tahun yang lalu, pulau Sumba di NTT, Indonesia adalah rumah bagi gajah, tikus raksasa, dan naga, menurut penemuan fosil yang dilaporkan dalam jurnal ilmiah bulan lalu.
Dengan temuan ini, para peneliti mengetahui bagaimana otak kelompok hewan terbesar berevolusi, seperti dikutip dari Live Science, Senin (5/8).
Cacing laut tersebut termasuk dalam spesies baru bernama Youti yuanshi, berasal dari bahasa Mandarin yang berarti "larva primitif", menurut para peneliti dalam studinya yang diterbitkan jurnal Nature
Y. yuanshi mendiami lautan Kambrium dan membantu memunculkan artropoda hidup seperti serangga, laba-laba, dan kepiting. Meskipun seukuran sebutir pasir, fosil ini terpelihara dengan sangat baik, sehingga dapat membantu menjelaskan bagaimana arthropoda mengembangkan otak yang kompleks.
“Ketika saya sering melamun tentang satu fosil yang paling ingin saya temukan, saya selalu memikirkan larva arthropoda, karena data perkembangan sangat penting untuk memahami evolusi mereka,” jelas penulis utama studi dan ahli paleontologi di Universitas Durham Inggris, Martin Smith.
“Tetapi larva sangat kecil dan rapuh, kemungkinan menemukan satu larva yang menjadi fosil hampir nol – atau begitulah yang saya kira."
Tim peneliti menemukan fosil tersebut dari formasi batuan Yu'anshan di Provinsi Yunnan, China. Mereka memindai fosil tersebut dengan sinar-X untuk membuat gambar 3D virtual dari struktur internalnya. Gambar-gambar tersebut mengungkapkan otak dan sistem peredaran darah primitif, termasuk jejak saraf yang melayani kaki dan mata sederhana larva.
“Saya sudah mengetahui bahwa fosil sederhana yang mirip cacing ini adalah sesuatu yang istimewa, namun ketika saya melihat struktur menakjubkan yang terawetkan di bawah kulitnya, saya terheran-heran – bagaimana mungkin fitur rumit ini dapat menghindari pembusukan dan masih dapat dilihat selama setengah miliar tahun," papar Smith.
Meskipun para peneliti tidak yakin bagaimana hewan tersebut bisa menjadi fosil yang masih utuh, pada suatu saat setelah kematiannya, jaringan lunaknya digantikan dengan fosfat dan diawetkan dalam batuan.
Smith mengatakan kepada Live Science, pasti ada tingkat fosfor yang lebih tinggi di dalam air yang menyediakan bahan mentah bagi sel-sel makhluk tersebut untuk diubah menjadi mineral fosfat.
Pelestarian yang luar biasa ini memungkinkan para peneliti untuk melihat lebih banyak anatomi arthropoda awal daripada biasanya. Ini termasuk tanda-tanda bahwa otak arthropoda menjadi lebih canggih pada masa Y. yuanshi.