Pernah Melihat Hewan atau Tumbuhan Mengeluarkan Cahaya? Ini Penjelasannya
Enzim dalam reaksi bioluminesensi adalah luciferase. Luciferase membantu mengkatalisis, atau mempercepat, reaksi kimia antara luciferin dan oksigen.
Cahaya yang dihasilkan oleh sejumlah hewan dan tumbuhan, seperti udang, jamur, dan kunang-kunang, merupakan fenomena menarik yang dikenal sebagai bioluminesensi.
Bioluminesensi, atau bioluminescence, merujuk pada kemampuan makhluk hidup untuk memancarkan cahaya dari tubuh mereka sendiri. Fenomena ini melibatkan organisme yang mampu menghasilkan cahaya melalui serangkaian reaksi kimia.
-
Kenapa cumi-cumi kolosal bercahaya? Di kedalaman lautan di mana hanya sedikit cahaya yang masuk, Reid menduga cumi-cumi raksasa adalah pemburu penyergap yang menunggu dengan sabar sampai mangsanya berada dalam jangkauannya, lalu menggunakan lengan panjangnya untuk memasukkan hasil tangkapannya ke dalam paruhnya. Dia mengatakan mata raksasa cumi-cumi ini mungkin mahir dalam melihat bioluminesensi, yang dapat memperingatkan mereka akan paus sperma yang lapar yang menghampiri mereka.
-
Bagaimana ular bersinar terlihat berkilau? Ular ini unik karena saat matahari menyentuh sisiknya, kulitnya bisa berubah mengkilap. Seperti tumpahan minyak ketika terkena sinar matahari.
-
Apa itu Fenomena Alam? Peristiwa-peristiwa non artifisial yang dihasilkan oleh misteri alam tersebut dikenal dengan istilah fenomena alam.
-
Bagaimana cahaya bisa menyebar di alam semesta? Proses ini, yang dikenal sebagai reionisasi kosmik, menyebabkan gas hidrogen netral berubah menjadi plasma terionisasi, sehingga memungkinkan cahaya mulai menyebar bebas di seluruh alam semesta.
-
Apa cahaya misterius yang muncul di langit? Dilansir laman the Jerusalem Post, sejumlah kamera pemantau keamanan di salah satu perumahan penduduk menangkap kilatan cahaya biru di langit sekitar tiga menit sebelum gempa terjadi.
-
Bagaimana ilmuwan merekam makhluk bercahaya di laut? Tepat setelah pukul 10.00 pagi waktu setempat pada 6 Januari 2023, di Lautan Selatan sekitar 1.100 kilometer di selatan Argentina, kamera bawah air Matthew Mulrennan menangkap penampakan yang tidak biasa.
Menurut laman National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) pada Kamis (17/10), bioluminesensi adalah cahaya yang dipancarkan oleh organisme hidup melalui reaksi kimia (kemiluminesensi) yang terjadi di dalam tubuh mereka.
Biasanya, bioluminesensi berwarna biru atau biru-hijau, ungu terang, hijau-kekuningan, dan yang paling jarang, merah. Proses yang menghasilkan bioluminesensi ini tidak menghasilkan suhu panas. Oleh karena itu, bioluminesensi sering disebut sebagai "cahaya dingin," yang berarti kurang dari 20 persen energi yang diubah menjadi radiasi termal atau panas.
Sebagian besar energi dalam bioluminesensi diubah langsung dari energi kimia menjadi energi cahaya yang terlihat. Bioluminesensi merupakan hasil dari reaksi enzimatik, di mana enzim mempercepat reaksi kimia dengan membantu substrat bereaksi.
Enzim tersebut digunakan kembali dalam reaksi ini, bukan diubah menjadi molekul lain. Enzim yang terlibat dalam reaksi bioluminesensi adalah luciferase, yang membantu mengkatalisis, atau mempercepat, reaksi kimia antara luciferin dan oksigen.
Mengalami Proses Oksidasi
Selama proses reaksi kimia ini, molekul luciferin mengalami oksidasi yang menghasilkan cahaya dan senyawa baru bernama oxyluciferin. Setelah reaksi berlangsung, luciferase dapat didaur ulang, yang memungkinkan enzim ini terus memproduksi cahaya dalam bentuk bioluminesensi selama luciferin dan oksigen tersedia.
Reaksi ini dapat berlangsung baik di dalam organisme maupun di air. Pada udang bioluminesensi yang mengeluarkan cahaya, reaksi terjadi di luar tubuhnya, sementara pada beberapa hewan lainnya, reaksi berlangsung di dalam sel. Ada juga hewan yang bergantung pada bakteri yang hidup di dalam tubuh mereka untuk menghasilkan reaksi tersebut. Meskipun terdapat variasi, reaksi dasar antara enzim luciferase dan substrat luciferin tetap menghasilkan cahaya.
Berbagai spesies organisme menggunakan jenis molekul luciferin yang berbeda, menunjukkan bahwa kemampuan untuk memproduksi cahaya telah berevolusi di berbagai makhluk pada waktu yang berbeda. Beberapa hewan menggunakan cahaya sebagai mekanisme untuk memperingatkan predator; misalnya, udang yang memancarkan cahaya saat terancam dapat mengejutkan atau mengalihkan perhatian pemangsa.
Di sisi lain, kunang-kunang memanfaatkan cahaya sebagai sinyal untuk menarik pasangan. Pola dan warna cahaya yang dipancarkan dapat memberikan informasi tentang jenis dan kualitas individu.