Asal Usul Cahaya Pertama di Alam Semesta Mulai Terungkap
Para ilmuwan mengungkapkan bahwa galaksi kerdil memiliki peran krusial dalam menciptakan cahaya awal di alam semesta.
Studi terbaru mengungkapkan asal mula cahaya pertama alam semesta. Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Nature pada bulan Februari 2024 dan dipimpin oleh Iryna Chemerynska, seorang astrofisikawan dari Institut d'Astrophysique de Paris, bersama tim penelitinya.
Berdasarkan laporan dari Science Alert pada Kamis (14/11), para peneliti menemukan bahwa galaksi kerdil memiliki peran krusial dalam proses pembentukan cahaya pertama di alam semesta. Dalam studi ini, mereka menjelaskan bahwa cahaya yang pertama kali tersebar bebas di ruang angkasa berasal dari galaksi-galaksi kecil yang dikenal sebagai "galaksi kerdil".
-
Dimana gerakan alam semesta dimulai? Menurut Edward Gomez, astrofisikawan dan direktur pendidikan di Las Cumbres Observatory, semua ini dimulai dari peristiwa Big Bang, sebuah ekspansi cepat dari titik yang sangat padat yang kemudian membentuk segala sesuatu yang kita lihat hari ini.
-
Kapan cahaya biru muncul? Dilansir laman the Jerusalem Post, sejumlah kamera pemantau keamanan di salah satu perumahan penduduk menangkap kilatan cahaya biru di langit sekitar tiga menit sebelum gempa terjadi.
-
Apa cahaya misterius yang muncul di langit? Dilansir laman the Jerusalem Post, sejumlah kamera pemantau keamanan di salah satu perumahan penduduk menangkap kilatan cahaya biru di langit sekitar tiga menit sebelum gempa terjadi.
-
Dimana cahaya biru muncul? Seorang saudara dari Maroko mengirimkan cuplikan video ini dari sebuah kamera pengawas di rumahnya di Kota Agadir sesaat sebelum gempa terjadi.
-
Bagaimana bintang pertama terbentuk? Para astronom lainnya kemudian berpendapat, bahwa PAS biasanya terlibat dalam proses kondensasi gas dan debu untuk pembentukan bintang.
-
Bagaimana bintang menghasilkan cahaya? Bintang berasal dari reaksi fusi nuklir yang menyimpan keindahan dan rahasia di langit malam. Proses perubahan hidrogen menjadi helium dan mengalami proses pembakaran yang membuat bintang bercahaya.
Chemerynska menekankan bahwa galaksi kerdil memiliki peran penting dalam melepaskan foton pengion yang berfungsi untuk membersihkan kabut hidrogen yang sebelumnya menghalangi cahaya untuk bergerak bebas di alam semesta.
Pada fase awal setelah peristiwa Big Bang, ruang angkasa dipenuhi oleh kabut hidrogen dan plasma yang sangat panas dan padat. Dalam kondisi ini, banyak partikel terionisasi, seperti elektron bebas dan proton, yang mengambang di ruang angkasa, sehingga cahaya tidak dapat menembus kabut tersebut.
Namun, sekitar 300.000 tahun setelah Big Bang, saat alam semesta mulai mendingin, proton dan elektron mulai bergabung membentuk gas hidrogen netral serta sedikit helium.
Bintang-bintang pertama yang terbentuk di galaksi kerdil ini kemudian mulai memancarkan radiasi yang kuat, yang berfungsi untuk mengionisasi gas hidrogen. Proses ini, yang dikenal sebagai reionisasi kosmik, menyebabkan gas hidrogen netral berubah menjadi plasma terionisasi, sehingga memungkinkan cahaya mulai menyebar bebas di seluruh alam semesta.
Reionisasi ini tidak hanya mengubah sifat kabut hidrogen, tetapi juga membuka jalan bagi cahaya untuk menyebar, mengungkapkan alam semesta yang sebelumnya tersembunyi dalam kegelapan.
Untuk memverifikasi temuan ini, para peneliti menggunakan teleskop James Webb Space Telescope (JWST) yang sangat canggih. Pengamatan yang dilakukan melalui JWST memungkinkan tim peneliti untuk mendalami lebih lanjut proses reionisasi ini.
Mereka menemukan bahwa galaksi kerdil memang memiliki peran penting dalam memulai proses pembersihan kabut hidrogen, yang pada gilirannya memungkinkan cahaya pertama muncul di alam semesta.