Bintang Tertua di Alam Semesta Ditemukan, Berada di Dekat Galaksi Bima Sakti
Penemuan ini memberikan perspektif unik tentang proses pembentukan elemen-elemen awal di galaksi selain Bima Sakti
Penemuan ini memberikan perspektif unik tentang proses pembentukan elemen-elemen awal di galaksi selain Bima Sakti
-
Apa yang ditemukan astronom tentang Galaksi Bima Sakti? Para astronom telah menemukan kembaran galaksi Bima Sakti yang terjauh dari yang pernah diamati.
-
Dimana letak Galaksi Bima Sakti di alam semesta? Berbagai studi menunjukkan bahwa Bima Sakti berada jauh dari struktur besar alam semesta yang menyerupai jaring kosmik raksasa. Oleh karena itu, para ilmuwan menyebut galaksi Bima Sakti sebagai bagian dari kawasan kosong yang dikenal sebagai Kekosongan Keenan, Barger, dan Cowie (KBC).
-
Kapan ditemukannya galaksi selain Bima Sakti? Tiga abad kemudian, setelah Galileo Galilei menemukan kumpulan bintang di langit, akhirnya para astronom membuat teleskop yang cukup besar untuk menunjukkan bahwa yang disebut dengan Bima Sakti bukanlah satu-satunya galaksi yang ada di alam semesta.
-
Dimana galaksi ini ditemukan? Melalui proses yang sangat panjang, dan menggunakan berbagai alat pendeteksi benda langit, ketika pertama ditemukan oleh kamera Teleskop James Clerk Maxwell di Hawaii, galaksi ini pertama kalinya terdeteksi sebagai gumpalan yang penuh dengan emisi debu.
-
Apa yang ada di pusat galaksi Bima Sakti? Di pusat galaksi Bima Sakti terdapat sebuah lubang hitam yang dikenal dengan nama Sagittarius A.
-
Kapan bintang pertama terbentuk? Hal ini seakan-akan menjawab teka-teki tentang pembentukan bintang pertama sejak 1,5 miliar tahun setelah peristiwa Big Bang, dan membenarkan prediksi Einstein mengenai pembentukan alam semesta.
Bintang Tertua di Alam Semesta Ditemukan, Berada di Dekat Galaksi Bima Sakti
Bintang tertua di alam semesta baru-baru ini ditemukan di sebelah galaksi Bima Sakti. Bintang ini, yang dikenal sebagai LMC 119, ditemukan di Awan Magellan Besar yang mengitari Bimasakti dan merupakan bintang pertama dari generasi kedua yang ditemukan di galaksi lain.
Sumber: Sciencealert
"Bintang ini memberikan jendela unik ke dalam proses pembentukan elemen yang paling awal di galaksi selain galaksi kita," kata astrofisikawan Anirudh Chiti dari Universitas Chicago, yang memimpin penelitian ini.
"Kami telah membangun gambaran bagaimana bintang-bintang yang diperkaya secara kimiawi oleh bintang-bintang pertama di Bima Sakti, tapi kami belum tahu apakah beberapa tanda tangan ini unik, atau apakah ada hal yang sama di galaksi-galaksi lain" sambungnya.
Penemuan ini memberikan perspektif unik tentang proses pembentukan elemen-elemen awal di galaksi selain Bima Sakti. Para ilmuwan mempelajari bagaimana bintang pertama di Bima Sakti mempengaruhi bintang-bintang yang muncul setelahnya, tetapi masih belum diketahui apakah gambaran ini berlaku juga bagi galaksi lain.
Bintang pertama di alam semesta terbentuk dari awan hidrogen dan helium setelah Big Bang, dengan inti mereka menjadi mesin fusi yang memancarkan cahaya di tengah kegelapan.
Bintang-bintang ini mengubah hidrogen menjadi helium, kemudian helium menjadi karbon, dan seterusnya, hingga besi untuk bintang-bintang yang paling masif. Ledakan dan tabrakan bintang-bintang ini menghasilkan unsur-unsur yang lebih berat.
Setelah unsur-unsur ini tersebar di alam semesta, mereka kemudian terbawa ke bintang-bintang generasi selanjutnya. Tingkat kandungan logam dalam sebuah bintang menjadi salah satu ukuran untuk mengetahui usia bintang tersebut. Semakin sedikit logam yang terdapat dalam sebuah bintang, berarti bintang itu lahir lebih awal di alam semesta ketika kandungan logam masih sangat sedikit.
Bintang-bintang generasi pertama, yang tidak mengandung logam sama sekali, seperti Cawan Suci, belum ditemukan. Namun, bintang-bintang generasi kedua seperti LMC 119, dengan kandungan logam yang sangat sedikit, dapat memberikan informasi penting tentang distribusi materi di alam semesta awal.
Terdapat keunikan dalam komposisi kimia LMC 119 jika dibandingkan dengan bintang-bintang generasi kedua di Bima Sakti, yaitu kurangnya karbon dan besi. Penelitian ini menjelaskan bahwa dengan menemukan bintang yang sangat tua dan mengetahui komposisi kimianya, kita bisa memahami bagaimana komposisi kimia alam semesta saat bintang tersebut terbentuk, miliaran tahun yang lalu.
Bintang-bintang seperti ini sangat langka, kurang dari satu dari 100.000 bintang yang merupakan bintang generasi kedua. Namun, mereka layak untuk dicari, kata para peneliti.
Untuk menemukan bintang-bintang purba ekstragalaksi, Chiti dan rekan-rekannya mengalihkan perhatian mereka ke Awan Magellan Besar, satelit Bima Sakti yang mengorbit pada jarak sekitar 160.000 tahun cahaya. Di sinilah mereka menemukan LMC 119, sebuah bintang yang sangat miskin unsur berat sehingga ia pasti anggota bintang generasi kedua.
Penemuan ini memberikan pengetahuan baru tentang proses dan komposisi alam semesta awal, serta membantu memahami distribusi materi di alam semesta yang lebih luas.