Usia Alam Semesta Bikin Aneh Ilmuwan, Sudah 3 Kali Dihitung Hasilnya Beda
Cara menghitung usia alam semesta juga bisa berdasarkan teori bahwa alam semesta terus berkembang atau memuai atau berekstrapolasi.
Alam semesta adalah wilayah yang sangat luas dan rumit, di mana galaksi, bintang, planet, dan materi lainnya berada. Dalam bidang sains, usia alam semesta dapat diperkirakan melalui berbagai teori.
Menurut informasi dari Live Science pada Selasa (15/10), teleskop Ruang Angkasa Planck yang dikelola oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) memperkirakan bahwa usia alam semesta adalah 13,82 miliar tahun.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan mengenai usia alam semesta? Usia alam semesta mungkin hampir dua kali lipat lebih tua dari usia yang kita yakini selama ini, yaitu 26,7 miliar tahun, bukan 13,7 miliar tahun.
-
Bagaimana ilmuwan menemukan usia alam semesta? Para peneliti mencapai kesimpulan tersebut setelah menganalisis data dari planet berwarna merah yang bergerak menjauh dari kita, sehingga cahayanya menjadi lebih merah.
-
Bagaimana ilmuwan menentukan usia Bumi? Sejumlah ilmuwan mencoba menghitungnya menggunakan penanggalan usia radiometrik. Melalui cara ini dianggap perhitungannya presisi.
-
Bagaimana cara ilmuwan menentukan umur Bumi? Metode yang paling umum digunakan untuk menentukan usia Bumi adalah penanggalan radiometrik. Teknik ini memanfaatkan peluruhan unsur-unsur radioaktif yang ada dalam batuan dan mineral.
-
Berapa umur Bumi menurut penelitian terbaru? Menurut penelitian terbaru, para peneliti telah memperkirakan bahwa usia Bumi berkisar sekitar 4,54 miliar tahun.
-
Siapa yang menemukan teori baru tentang usia alam semesta? Rajendra Gupta, seorang profesor fisika di Fakultas Sains, Universitas Ottawa, mengatakan, 'Temuan penelitian ini mengkonfirmasi bahwa penelitian kami sebelumnya tentang usia alam semesta adalah 26,7 miliar tahun telah memungkinkan kami untuk menemukan bahwa alam semesta tidak memerlukan kegelapan penting untuk ada.'
Perkiraan ini didasarkan pada peta paling rinci dari latar belakang gelombang mikro kosmik atau radiasi elektromagnetik yang tersisa dari tahun-tahun awal alam semesta. Gelombang ini memberikan gambaran baru mengenai alam semesta.
Selain itu, estimasi lain berasal dari Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) NASA, yang diluncurkan untuk mengukur variasi suhu di langit terkait dengan latar belakang gelombang mikro kosmik.
Pada tahun 2016, NASA menyatakan bahwa usia alam semesta diperkirakan 13,77 miliar tahun. Sementara itu, berdasarkan Teori Hubble yang menghitung tingkat ekspansi alam semesta, perkiraan usia berkisar antara 13,6 hingga 14 miliar tahun, tergantung pada konstanta Hubble yang digunakan.
Namun, sebuah penelitian terbaru dari Universitas Ottawa menunjukkan bahwa usia alam semesta mungkin dua kali lebih tua dari perkiraan sebelumnya. Penelitian ini memperpanjang waktu pembentukan galaksi selama beberapa miliar tahun, sehingga mengindikasikan bahwa alam semesta berusia 26,7 miliar tahun.
Meskipun terdapat perbedaan dalam hasil penelitian mengenai umur alam semesta, astronom memiliki berbagai cara untuk menghitung usia alam semesta. Salah satu teori yang digunakan, seperti yang dilaporkan oleh NASA pada Senin (14/10/2024), adalah dengan menentukan umur bintang.
Umur bintang dapat ditentukan melalui studi gugus bola, yang merupakan kumpulan padat sekitar satu juta bintang. Gugus bola dianggap sebagai jam kosmik karena semua bintang di dalamnya terbentuk hampir bersamaan. Para astronom dapat menghitung umur bintang berdasarkan massanya.
Hitung-hitungan
Usia alam semesta dapat dihitung berdasarkan teori bahwa alam semesta mengalami pemuaian atau perkembangan. Para ilmuwan memperkirakan usia ini dengan mengukur konstanta Hubble (H0), yang berkaitan dengan Teori Big Bang—teori yang menjelaskan ledakan yang memulai pembentukan alam semesta dan proses pengembangannya hingga saat ini. Terdapat berbagai teknik untuk menentukan nilai konstanta Hubble, dan masing-masing teknik memberikan hasil yang berbeda.
Namun, perbedaan nilai tersebut semakin mengecil, sehingga angka yang dihasilkan menjadi lebih konsisten. Asumsi dasar mengenai umur alam semesta adalah bahwa usia alam semesta pasti lebih tua daripada bintang tertua yang ada.
Jika perhitungan usia alam semesta menunjukkan angka yang lebih kecil dibandingkan usia bintang tertua, maka perlu dipertanyakan apakah ada yang salah dengan Teori Big Bang, apakah teori relativitas perlu dimodifikasi, atau mungkin kita perlu meninjau kembali pemahaman kita tentang evolusi bintang.
Bintang Tertua di Alam Semesta
Bintang Methuselah, yang juga dikenal sebagai HD 140283, merupakan salah satu bintang tertua yang telah teridentifikasi di alam semesta. Diperkirakan, usianya mencapai sekitar 14,46 miliar tahun, menjadikannya hanya sekitar 200 juta tahun lebih muda dibandingkan dengan usia alam semesta. Hal ini menempatkan Methuselah sebagai salah satu bintang tertua yang masih ada hingga kini.
Menurut informasi dari laman Space pada Senin (14/10/2024), bintang ini terletak di antara rasi bintang Ophiuchus dan Zubeneschamali (beta Librae), bintang paling terang dalam rasi bintang Libra. Bintang Methuselah pertama kali ditemukan pada tahun 1912 oleh astronom asal Amerika, Walter Adams. Dengan menggunakan Teleskop Antariksa Hubble, para astronom memperkirakan bahwa bintang Methuselah berjarak 190,1 tahun cahaya dari Bumi.
Pada tahun 2000-an, sekelompok astronom dari European Space Agency (ESA) berusaha menentukan usia bintang ini dengan bantuan satelit Hipparcos. Hasil perhitungan yang dipublikasikan menunjukkan bahwa usia bintang Methuselah adalah 16 miliar tahun.
Jika benar demikian, maka bintang ini akan berusia 2,2 miliar tahun lebih tua dari alam semesta, yang secara logika tidak mungkin terjadi karena bintang tidak dapat terbentuk sebelum bahan-bahan pembentuknya ada. Oleh karena itu, para ilmuwan tidak menerima begitu saja hasil penelitian sebelumnya mengenai usia bintang Methuselah. Berbagai penelitian terus dilakukan untuk mengungkap kebenaran tentang usia bintang ini.
Bond dan timnya melakukan penelitian lebih lanjut dengan Teleskop Antariksa Hubble. Pada tahun 2013, mereka mempublikasikan hasil yang menyebutkan bahwa usia bintang Methuselah adalah 14,46 miliar tahun, dengan kesalahan perhitungan sekitar 0,8 miliar tahun. Meskipun masih tergolong tua, usia ini jauh lebih muda dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya.
Kemudian, pada tahun 2021, Tang dan timnya menerbitkan jurnal yang merevisi usia dan massa bintang Methuselah. Dalam jurnal tersebut, Tang menyimpulkan bahwa usia bintang ini adalah 12,01 miliar tahun, dengan kesalahan perhitungan sekitar 0,5 miliar tahun, sehingga bintang Methuselah diperkirakan 1-2 miliar tahun lebih muda dari alam semesta.