Penjelasan Sains tentang Usia Bulan yang Ternyata Lebih Tua dari Bumi
Bulan membutuhkan waktu sekitar 29,5 hari untuk menyelesaikan satu revolusi penuh mengelilingi Bumi.
Bulan merupakan satelit alami tunggal yang dimiliki oleh Bumi. Satelit ini memiliki peran krusial dalam sistem tata surya dan secara konsisten bergerak mengelilingi Bumi dalam lintasan berbentuk elips.
Setiap 29,5 hari, Bulan menyelesaikan satu revolusi penuh terhadap Bumi, yang dikenal sebagai periode sinodis. Periode ini sangat terkait dengan siklus fase Bulan yang dapat kita amati dari Bumi.
-
Apa usia pasti Bulan menurut penelitian terbaru? 'Sungguh menakjubkan bisa mendapatkan bukti terbaru yang merupakan bagian tertua dari Bulan. Temuan ini merupakan titik acuan untuk lebih banyak menyingkap rahasia tentang Bumi. Terlebih, ketika berhasil mengungkap usia suatu benda, maka akan lebih memahami lagi sejarah yang belum terungkap,'
-
Berapa umur Bumi menurut penelitian terbaru? Menurut penelitian terbaru, para peneliti telah memperkirakan bahwa usia Bumi berkisar sekitar 4,54 miliar tahun.
-
Berapa usia Bumi? Dilaporkan ScienceFocus, Jumat (7/7), faktanya Bumi telah berusia 4,54 miliar tahun. Dengan demikian, planet kita telah berusia di bawah separuh usia Galaksi Bima Sakti yakni 11-13 miliar tahun dan sekitar sepertiga usia Alam Semesta berkisar 10-15 miliar tahun.
-
Apa perbedaan waktu antara Bumi dan Bulan? Dengan menggunakan teori relativitas yang dikemukakan oleh Albert Einstein, Bijunath Patla berhasil menemukan perbedaan ketepatan waktu antara Bumi dan Bulan sebesar 56 mikrodetik.
-
Bagaimana selisih waktu antara Bumi dan Bulan? Kedua efek ini saling berkompetisi, tetapi pada akhirnya menghasilkan perbedaan waktu sebesar 56 mikrodetik per hari, di mana waktu di Bulan tetap lebih cepat secara keseluruhan.
-
Apa yang terjadi dengan waktu di Bulan dibandingkan dengan Bumi? Dalam penelitian terbaru, fisikawan mengonfirmasi bahwa waktu di Bulan berjalan lebih cepat dibandingkan dengan waktu di Bumi.
Baru-baru ini, sebuah penelitian yang melibatkan ilmuwan dari Amerika Serikat, Prancis, dan Jerman mengungkapkan informasi baru mengenai usia Bulan.
Dalam studi yang dipublikasikan oleh jurnal ilmiah Nature pada tahun 2024, peneliti menyatakan bahwa Bulan mungkin telah terbentuk sekitar 4,53 miliar tahun yang lalu, atau ratusan juta tahun lebih awal dari estimasi sebelumnya.
Temuan ini memberikan wawasan baru yang signifikan tentang sejarah awal tata surya. Penelitian ini dipimpin oleh Francis Nimmo, seorang ahli geologi dari University of California Santa Cruz.
Nimmo menjelaskan bahwa penemuan ini merupakan langkah penting dalam menjawab berbagai misteri terkait Bulan, seperti mengapa terdapat lebih sedikit cekungan tumbukan besar dibandingkan dengan yang diperkirakan, serta alasan di balik komposisi logam Bulan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan Bumi.
Sebelumnya, para ilmuwan sepakat bahwa Bulan terbentuk melalui proses tabrakan besar yang terjadi pada masa awal pembentukan tata surya, sekitar 4,6 miliar tahun lalu. Pada masa itu, matahari dikelilingi oleh piringan gas dan debu yang merupakan sisa-sisa pembentukannya.
Material ini kemudian bergabung menjadi planetesimal yang saling bertabrakan, menciptakan kondisi kacau yang memunculkan objek-objek baru dalam tata surya.
Teori lainnya menyebutkan bahwa Bulan terbentuk akibat tabrakan antara Bumi purba yang masih panas dan lembek dengan objek besar seukuran Mars yang dikenal sebagai Theia.
Tabrakan dahsyat ini menyebabkan sebagian besar massa Bumi terlontar ke orbit, dan material yang terlontar tersebut kemudian bersatu membentuk Bulan. Setelah terbentuk, Bulan diyakini memiliki lautan magma global yang secara perlahan mendingin dan mengeras menjadi permukaan padat.
Tentukan Usia dalam Bulan
Usia Bulan yang ditentukan sebelumnya didasarkan pada sampel batuan yang diambil dari misi Apollo NASA. Namun, penelitian terbaru kini lebih menyoroti butiran kecil mineral zirkon yang terdapat di permukaan Bulan.
Menurut Science Alert pada Selasa (31/12), kristal zirkon tersebut sangat penting untuk menentukan usia Bulan, karena mengandung uranium tanpa adanya timbal pada saat terbentuk. Seiring berjalannya waktu, uranium dalam zirkon akan meluruh menjadi timbal, dan rasio antara keduanya dapat digunakan untuk menghitung usia Bulan dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa beberapa kristal zirkon di Bulan berusia lebih dari 4,35 miliar tahun, dengan beberapa di antaranya bahkan mencapai usia antara 4,46 hingga 4,51 miliar tahun. Temuan ini mengindikasikan bahwa Bulan terbentuk jauh lebih awal daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Nimmo dan timnya menggunakan analisis serta pemodelan untuk menjelaskan perbedaan usia yang ditemukan. Mereka berhipotesis bahwa setelah terbentuk, Bulan berada dalam orbit eksentrik yang cukup untuk menyebabkan peleburan ulang permukaannya sekitar 4,35 miliar tahun lalu. Ini menjelaskan mengapa terdapat zirkon yang lebih tua dan batuan permukaan yang lebih muda.
Penelitian ini juga berhasil mempersempit rentang usia Bulan menjadi antara 4,43 hingga 4,53 miliar tahun, menjadikannya salah satu objek tertua di tata surya. Dengan memperhatikan bahwa Bumi diperkirakan berusia sekitar 4,54 miliar tahun, dapat disimpulkan bahwa Bumi dan Bulan telah menjadi "pasangan" kosmis hampir sepanjang sejarah Bumi.
Penemuan ini tidak hanya memberikan wawasan baru mengenai pembentukan Bulan, tetapi juga membantu para ilmuwan dalam memahami evolusi tata surya secara keseluruhan.