Temuan Mengejutkan, Ilmuwan Ungkap Ada Bongkahan Planet Alien di Dalam Bumi
Temuan Mengejutkan, Ilmuwan Ungkap Ada Bongkahan Planet Alien di Dalam Bumi
sekelompok ilmuwan dari China Academy of Sciences mengklaim mereka menemukan bukti itu.
-
Apa yang dilihat alien di Bumi? Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa menggunakan sebuah teknologi yang setara dengan Teleskop James Webb, alien pasti dapat menyimpulkan bahwa ada sebuah peradaban modern di Bumi.
-
Apa penemuan 'anomali' yang diklaim sebagai alien? Avi Loeb, ahli astrofisika terkemuka dari Harvard, mengklaim lebih dari 50 bola logam 'anomali' yang ditarik dari Samudra Pasifik mungkin berasal dari alien cerdas.
-
Dimana planet mirip bumi itu ditemukan? Ia terletak 4.000 tahun cahaya dari Bumi.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di dalam bumi? Penelitian yang bertujuan untuk menelusuri asal muasal air di bumi telah membawa para ilmuwan pada suatu penemuan yang benar-benar luar biasa—adanya samudera yang tersembunyi di dalam lapisan mantel bumi, 700 kilometer di bawah permukaan.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di lapisan tersembunyi Bumi? Dalam penyelidikan mereka, tim menemukan bagian yang menebal di area transisi mantel yang bertentangan dengan model-model saat ini.
-
Di mana alien terlihat? Mereka terlihat di pulau Ilha do Mel, Brasil.
Temuan Mengejutkan, Ilmuwan Ungkap Ada Bongkahan Planet Alien di Dalam Bumi
Selama ini ilmuwan meyakini Bulan terbentuk akibat tabrakan antara Bumi dan sebuah objek besar atau planet alien yang disebut Theia sekitar 4,5 miliar tahun lalu. Kecelakaan besar ini menyebabkan pecahan dari Bumi yang akhirnya menyatukan diri membentuk Bulan.
Baru-baru ini, sekelompok ilmuwan dari China Academy of Sciences mengklaim mereka menemukan bukti tambahan yang mendukung kebenaran teori ini. Mereka berpendapat potongan besar dari Theia mungkin terperangkap dalam lapisan dalam Bumi.
Dilansir dari laman Greek Reporter, sejumlah ilmuwan telah mengkaji dua massa besar materi yang dinamai sebagai "bidang besar dengan kecepatan rendah (LLVP)" yang terletak dalam kedalaman Afrika dan Samudra Pasifik. Dalam laporan terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature, mereka menggunakan simulasi komputer kompleks untuk mengevaluasi asal-usul benjolan tersebut.
Dengan melakukan simulasi benturan objek besar seperti Theia dengan Bumi, mereka menyimpulkan benturan tersebut akan menyebabkan lelehan pada bagian atas mantel Bumi. Akibatnya, sekitar sepuluh persen dari objek tersebut dapat menembus Bumi, mendekati intinya.
Selanjutnya, massa-massa tersebut akan mencampur dan membesar karena pergerakan material panas dalam Bumi yang dikenal sebagai arus konveksi. Inilah yang menjadi awal mula terbentuknya kedua LLVP.
Sebelumnya, simulasi lain menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari Theia yang melebur ke dalam Bumi. Namun, penelitian terbaru ini mengungkapkan sekitar sepuluh persen dari Theia, jumlah yang mencakup sekitar dua hingga tiga persen dari total materi di Bumi, sebenarnya terperangkap di dalam planet Bumi.
Penelitian ini dipimpin oleh ilmuwan Qian Yuan dari Caltech yang menyatakan dalam sebagian besar simulasi pembentukan Bulan, sebagian besar materi Bulan berasal dari objek yang menabrak Bumi.
Oleh karena itu, di masa depan, ketika melakukan misi ke Bulan, ilmuan dapat mengumpulkan sampel batuan dari mantelnya dan membandingkannya dengan massa mantel yang terperangkap di dalam Bumi. Jika kedua sampel tersebut memiliki komposisi kimia yang serupa, hal ini dapat menjadi dukungan bagi teori baru ini, seperti dikutip Science Alert.
Walaupun ide dari para ilmuwan ini menarik, tidak semua rekan peneliti sepenuhnya yakin kedua LLVP tersebut sebagian besar berasal dari sisa-sisa tabrakan yang terjadi 4,5 miliar tahun lalu.
Menurut Robin Canup, seorang peneliti planet yang bekerja di Southwest Research Institute di Boulder, Colorado, penemuan para ilmuwan tersebut dianggap sebagai "menarik dan provokatif."
Namun, Canup juga menyatakan masih menjadi misteri bagaimana potongan-potongan Theia dapat tetap terpisah dari mantel Bumi selama 4,5 miliar tahun.
Maxim Ballmer, seorang peneliti di University College London, berpendapat tidak semua materi dari benturan akan sepenuhnya tercampur. Meskipun begitu, ia menyatakan penelitian ini mungkin tidak mempertimbangkan sejauh mana pencampuran tersebut terjadi.