7 Mitos Gunung Lawu Paling Populer, Pasar Setan Sampai Pantangan Baju Hijau
Simak kumpulan mitos Gunung Lawu berikut ini yang wajib diketahui sebelum mulai mendaki.
Simak kumpulan mitos Gunung Lawu berikut ini yang wajib diketahui sebelum mulai mendaki.
7 Mitos Gunung Lawu Paling Populer, Pasar Setan Sampai Pantangan Baju Hijau
Gunung Lawu menjadi primadona bagi para pendaki di Nusantara. Selain indah dan penuh tantangan, gunung ini juga terbilang unik dengan beragam cerita di dalamnya.
Letaknya yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur membuat Gunung Lawu dianggap menjadi saksi dari keberadaan Kerajaan Majapahit di masa lalu.
-
Di mana Pasar Setan Gunung Lawu? Pasar Setan terletak di sekitar Pos 5 pada jalur pendakian Gunung Lawu.
-
Apa mitos di Grojogan Sewu? Mitos Tawangmangu yang pertama adalah pertemuan roh leluhur. Air Terjun Grojogan Sewu yang terletak di Lereng Lawu memiliki mitos yang erat kaitannya dengan kepercayaan adanya makhluk halus di sekitarnya.
-
Apa itu Pasar Setan di Gunung Arjuno? Konon, pasar ini terletak di salah satu sabana luas yang menjadi jalur pendakian, dimana beberapa pendaki telah mengalami pengalaman yang tak terlupakan. Beberapa di antaranya melaporkan mendengar suara berisik dan keramaian yang mirip dengan suasana pasar, meskipun di jalur tersebut seharusnya sepi dengan hanya sabana luas dan tanah lapang.
-
Apa yang dipercaya sebagai tempat sakral di Gunung Lawu? Gunung Lawu, memiliki tiga puncak utama yang dianggap tempat sakral dan dijadikan pusat aktivitas spiritual oleh masyarakat setempat.
-
Apa mitos harta karun Gunung Sibayak? Cerita legenda yang berkembang adalah kisah dua saudara yang sudah tidak memiliki orang tua. Saat itu, mereka tidak memiliki persediaan makanan yang cukup. Keduanya berinisiatif untuk menanam padi di ladang.
-
Apa mitos yang terkenal di Gunung Papandayan? Mengutip laman Taman Wisata Gunung Papandayan (TWGP), salah satu lokasi yang terkenal di sana adalah kawah pengantin.Kawah ini merupakan dua sumber belerang yang berdempetan (kembar).Dipercaya warga sekitar bahwa terdapat cerita tragis di balik keindahan kawah pengantin, di mana terdapat sepasang pengantin yang terjatuh ke dalam kawah dan tidak terselamatkan.
Tak mengherankan bila banyak cerita hingga mitos beredar di masyarakat perihal Gunung Lawu yang masih dipercaya hingga saat ini.
Mitos seputar pasar setan hingga pantangan memakai baju hijau menjadi yang paling populer di antaranya. Tak sedikit orang yang mempercayai mitos tersebut.
Bahkan mereka meyakini bila seseorang menantang mitos tersebut, akan berhadapan dengan resiko besar.
Lantas apa saja mitos Gunung Lawu yang paling populer? Melansir dari berbagai sumber, Rabu (24/4) berikut informasi selengkapnya.
Mitos Gunung Lawu
1. Pasar Setan
Mitos Gunung Lawu paling populer pertama adalah Pasar Setan Gunung Lawu. Pasar gaib ini disebut juga sebagai tempat sarangnya makhluk halus.
Menurut informasi masyarakat setempat, puncak gunung Lawu yang terkenal adalah Hargo Dalem. Sedangkan puncak tertinggi gunungnya adalah Hargo Dumilah.
Ketinggian gunung yang mencapai tinggi 3.265 mdpl dianggap masih menyimpan cerita tersembunyi tentang kerajaan Majapahit.
Puncak gunung Lawu menjadi tempat dari pasar setan. Menurut cerita para pendaki, mereka pernah mendengar suara delman, suara napas manusia, dan suara misterius lainnya.
Selain itu mereka juga sering mendengar keramaian seperti sedang ada di tengah pasar, namun hanya berupa suara tanpa wujud fisik yang terlihat mata.
Tak sedikit juga pendaki yang mendengar suara orang menawarkan barang ketika perjalanan ke pos lima. Apabila mendengar seseorang menawari barang, disarankan untuk segera mengambil barang di sekitar seperti daun, ranting, dan lainnya.
2. Burung Kyai Jalak
Selain pasar setan, mitos Gunung Lawu selanjutnya adalah keberadaan burung Jalak yang menampakkan diri kepada pendaki.
Apabila pendaki sopan dan berniat baik, maka burung Jalak akan menampakkan diri.
Masyarakat setempat meyakini bila burung tersebut mengikuti pendakian, berarti kedatangan mereka disambut para penguasa.
Kisah burung Jalak diambil dari legenda Prabu Brawijaya V dan penjaga setianya.
Sunan Gunung Lawu dan Kyai Jalan membuat masyarakat sekitar percaya sosoknya benar-benar ada.
Konon muncul cerita bahwa burung jalak itu merupakan sosok dari Kyai Jalak yang berubah menjadi seekor burung.
3. Berperilaku Sopan
Gunung Lawu dipercaya memiliki nyawa sehingga bisa mendengar perkataan manusia.
Semua pendaki selalu diingatkan untuk menjaga sopan santun, tidak merusak alam, dan tidak mengucapkan kata-kata kasar.
Beberapa kasus seperti pendaki hilang atau tersesat di gunung Lawu dipercaya disebabkan karena para pendaki meremehkan dan tidak sopan.
4. Mitos Sendang Drajat
Mitos Gunung Lawu keempat adalah keberadaan sumber mata air gunung yang disebut Sendang Drajat.
Masyarakat setempat meyakini siapapun yang meminum air di sana akan awet muda.
Apabila niatnya baik maka jalannya akan dipermudah. Sebaliknya bila niatnya buruk maka akan ada rintangan yang menghalangi.
5. Diikuti Penunggu
Gunung Lawu dipercaya menjadi rumah bagi para makhluk tak kasat mata. Beberapa pendaki mengaku pernah merasakan diikuti penunggu gunung Lawu.
Para pendaki biasanya akan merasakan hawa sekitar terasa berbeda.
Menurut cerita yang berkembang, pos 4 pendakian dianggap tempat paling angker dan jarang sekali pendaki mendirikan tenda di tempat.
6. Aktivitas Spiritual Gunung Lawu
Gunung Lawu memiliki tiga puncak utama yang menjadi tempat sakral. Tiga puncak gunung tersebut diyakini dipakai sebagai pusat aktivitas spiritual.
Para pendaki pun diwajibkan untuk mematuhi aturan yang berlaku.
Salah satunya ketika malam 1 Suro, puncak gunung Lawu dijadikan tempat bermeditasi para spiritualis.
7. Larangan Baju Warna Hijau
Mitos Gunung Lawu terakhir adalah larangan memakai baju warna hijau. Meski tidak tertulis, peraturan tersebut wajib dipatuhi untuk keamanan selama pendakian.
Warna hijau menjadi warna favorit Ratu Pantai Selatan sehingga muncul keyakinan bahwa bila memakai baju tersebut maka pendaki tersebut akan diculik.
Meski menjadi perdebatan karena lokasi Gunung Lawu dan pantai selatan sangat jauh, masyarakat dan pendaki tetap wajib mematuhi peraturan tidak tertulis itu.