Bagaimana Cara Berdakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah, Umat Islam Wajib Tahu
Bagaimana cara berdakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah? Begini penjelasannya yang perlu diketahui.
Bagaimana cara berdakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah? Begini penjelasannya yang perlu diketahui.
Bagaimana Cara Berdakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah, Umat Islam Wajib Tahu
Bagaimana cara berdakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah?
Tidak bisa dipungkiri, masih ada umat Islam yang bertanya pertanyaan seperti itu. Terlebih bagi mereka yang sedang belajar agama Islam maupun tengah mendalami agama.
Nabi Muhammad SAW sendiri berdakwah di Mekkah untuk menyebarkan agama Islam kepada kaumnya. Selain itu agar mereka bisa meninggalkan kepercayaan menyembah berhala.
-
Bagaimana Nabi Muhammad SAW menjelaskan konsep Tauhid kepada kaum kafir Makkah? Nabi Muhammad SAW memberikan contoh yang sangat relevan dan logis bagi masyarakat pada saat itu. 'Hai kaumku, jika kamu menjadi buruh atau pembantu, mana yang lebih kamu sukai: memiliki satu majikan atau banyak majikan?' tanya Nabi.
-
Apa saja kaedah berdakwah? Kaidah dalam Berdakwah 1. Dakwah dengan Ikhlas Mencari Rida AllahAllah Ta’ala berfirman,وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ'Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?' (QS. Fushshilat: 33)
-
Bagaimana Nabi Muhammad berdakwah kepada keluarga? Nabi Muhammad mulai menyebarkan pesan Islam kepada keluarga terdekatnya, termasuk istrinya, Khadijah, dan sepupunya yang merupakan sahabat terdekatnya, Abu Bakar. Beliau berjuang untuk memperoleh dukungan dan pemahaman mereka tentang ajaran-ajaran Islam.
-
Mengapa Nabi Muhammad berdakwah dengan penuh kasih sayang? Nabi Muhammad SAW selalu berprasangka baik kepada orang lain dan penuh kasih sayang dalam berdakwah. Beliau tidak pernah menyalahkan atau menghakimi orang lain secara langsung. Beliau selalu memberikan nasehat dengan lembut dan mencari solusi terbaik untuk setiap masalah. Sikap ini membuat orang merasa dihargai dan lebih mudah menerima pesan dakwah Islam.
-
Bagaimana Nabi Ulul Azmi berdakwah? Mereka semua memiliki kisah hidup yang penuh dengan cobaan, tantangan, dan pengorbanan dalam berdakwah. Namun, mereka tidak pernah menyerah atau putus asa, melainkan selalu bersabar dan bertawakal kepada Allah SWT.
-
Bagaimana Syekh Abdul Muhyi berdakwah? Dahulu, jalur ini digunakan oleh Syekh Abdul Muhyi untuk berdakwah, dan memunaikan ibadah di tanah suci.
Dalam melakukan dakwahnya, Nabi Muhammad SAW menggunakan dua cara atau strategi.
Cara berdakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah ini dilakukan selama 13 tahun. Di mana 3 tahun pertama dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan 10 tahun dengan terang-terangan.
Sementara itu, cara dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah berlangsung selama 10 tahun. Terhitung sejak Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah sampai wafat.
Bagaimana cara berdakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah? Dilansir dari berbagai sumber, Jumat (31/5) berikut ulasannya.
Bagaimana cara berdakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah Selama 3 Tahun Pertama?
Dilansir dari buku Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah Aliyah Kelas X oleh Drs. Imam Subchi dijelaskan pada mulanya Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya secara sembunyi-sembunyi.
Hal itu dilakukan dengan harapan tidak menimbulkan kecurigaan dari kaum Quraisy Mekah.
Nabi Muhammad SAW hanya menyeru kepada keluarga inti dan beberapa kerabat dekatnya.
Pada tahap ini, Nabi Muhammad SAW hanya menyampaikan beberapa ajaran dasar dari agama Islam.
Inti ajaran yang diajarkan mencakup tiga hal, meliputi tentang keesaan Tuhan, penghapusan patung-patung berhala dan kewajiban manusia untuk beribadah ritual dan sosial untuk mencari keridaan Allah SWT semata.
Orang-orang yang pertama kali menerima ajakan dan seruan Nabi Muhammad SAW disebut dengan as-sabiqunal awwalun atau orang-orang yang pertama masuk Islam.
Mereka terdiri dari Khadijah (istri Nabi Muhammad SAW), Zaid bin Harisah (anak angkat Nabi Muhammad SAW), Ali bin Abi Thalib (sepupu Nabi Muhammad SAW) dan Abu Bakar (sahabat karib Nabi Muhammad SAW).
Pada perkembangan berikutnya, mereka pun turut serta menyebarkan ajaran agama Islam. Mereka pun berhasil mempengaruhi beberapa orang di sekitarnya.
Misalnya Abu Bakar yang berhasil mengajak lima orang untuk memeluk agama Islam, yaitu Sa'ad bin Abi Waqash, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf, dan Utsman bin Affan.
Selain keluarga dan kerabat dekat, Nabi Muhammad SAW juga menyampaikan dakwahnya kepada orang-orang. Baik itu yang sudah dikenalnya secara baik maupun orang-orang yang mengenal baik kepribadian beliau.
Sikap mereka pun dikatakan langsung menerima dakwah Nabi Muhammad SAW. Hal ini berkat keyakinan kuat bahwa apa yang disampaikannya adalah benar adanya.
Dakwah secara sembunyi-sembunyi terus berlangsung selama 3 tahun. Dalam jangka waktu itu, mula-mula Nabi Muhammad SAW dan beberapa sahabatnya hanya berhasil membentuk sebuah kelompok kecil (umat Islam).
Hingga pada akhirnya turun wahyu yang mengharuskan beliau menyampaikan dakwah secara terang-terangan.
Menurut para ahli, wahyu ini dinilai sebagai awal kegiatan dakwah secara terang-terangan. Allah SWT berfirman:
وَاَنۡذِرۡ عَشِيۡرَتَكَ الۡاَقۡرَبِيۡنَۙ
Artinya:
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat," (Asy-Syu'ara': 214)
Bagaimana cara berdakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah Selama 10 Tahun Berikutnya?
Nabi Muhammad SAW kemudian barulah memulai dakwah secara terang-terangan. Nabi Muhammad SAW kemudian mengumpulkan orang-orang dari Bani Al-Muthalib dan Bani Abdi Manaf.
Di mana dikatakan jumlah mereka yang hadir dalam pertemuan tersebut sekitar 45 orang.
Nabi Muhammad SAW bermaksud menyampaikan dakwah Islam pada pertemuan tersebut, akan tetapi belum sempat berbicara, Abu Lahab sudah menyela terlebih dahulu seraya berkata,
“Mereka yang hadir di sini adalah paman-pamanmu beserta anak-anaknya, maka bicaralah jika ingin berbicara dan tidak perlu bersikap kekanak-kanakan. Ketahuilah, bahwa tidak ada orang Arab yang berani mengernyitkan dahi terhadap kaummu. Dengan begitu aku berhak menghukummu. Biarkanlah urusan keluarga bapakmu. Jika engkau tetap bertahan pada urusanmu ini, maka akan lebih mudah bagi seluruh kabilah Quraisy untuk menerkammu dan semua bangsa Arab ikut campur tangan dalam urusanmu. Karena sesungguhnya engkau tidak pernah melihat seseorang dari mereka yang pernah berbuat macam-macam seperti yang engkau perbuat saat ini,"
Mendengar ucapan Abu Lahab, Nabi Muhammad SAW hanya diam dan tidak berkata sepatah kata pun.
Pada kesempatan lain, Nabi Muhammad SAW mengundang mereka untuk kedua kalinya. Baru saat itulah Nabi Muhammad SAW bersikap lebih mantap dan bersabda,
"Segala puji bagi Allah SWT dan aku memujiNya, memohon pertolongan, percaya dan tawakal kepadaNya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah SWT semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya seorang pemandu itu tidak akan mendustakan keluarganya.
Demi Allah SWT yang tiada tuhan selain Dia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian secara khusus dan kepada manusia secara umum. Demi Allah, kalian benar-benar akan mati layaknya sedang tidur nyenyak dan akan dibangunkan lagi layaknya bangun tidur. Kalian akan benar-benar dihisab (dihitung amal perbuatannya) terhadap apa pun yang kalian perbuat. Lalu di sana ada Surga yang abadi dan neraka yang abadi pula."
Mendengar ucapan Nabi Muhammad SAW, Abu Thalib berkata,
"Kami tidak suka menolongmu, menjadi penasehatmu dan membenarkan perkataanmu. Orang-orang yang menjadi keluarga bapakmu ini sudah bersepakat. Aku hanyalah segelintir orang di antara mereka. Namun, akulah orang pertama yang mendukung apa yang engkau sukai. Maka lanjutkanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Demi Allah, aku senantiasa akan menjaga dan melindungimu, namun aku tidak mempunyai pilihan lain untuk meninggalkan agama Bani Abdul Muthalib."
Kemudian Abu Lahab berkata, "Demi Allah, ini adalah kabar buruk. Ambillah tindakan kepada dirinya sebelum orang lain yang melakukannya." Abu Thalib kembali berkata, "Demi Allah, kami akan tetap melindunginya selama kami masih hidup."
Setelah Abu Thalib mengeluarkan pernyataan sekaligus jaminan untuk senantiasa menjaga keselamatan, Nabi Muhammad SAW pun semakin berani melakukan dakwah secara terang-terangan.
Di samping itu, entah secara langsung maupun tidak langsung, pernyataan Abu Thalib merupakan dukungan atas kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Tidak lama setelah pertemuan tersebut, perlahan-lahan tapi pasti, semakin banyak penduduk Mekkah yang memeluk agama Islam. Perkembangan ini juga mendorong Nabi Muhammad SAW untuk menampakkan kegiatan dakwahnya secara formal dan terang-terangan.
Oleh karenanya, pada suatu kesempatan Nabi Muhammad SAW mengundang seluruh penduduk Mekkah ke Bukit Shafa untuk mendengarkan khutbahnya.
Dalam khutbahnya Nabi Muhammad SAW menyampaikan inti ajaran agama Islam yang dibawanya. Nabi SAW juga menegaskan bahwa dirinya adalah utusan Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW pun kemudian mengajak mereka kepada agama tauhid (mengesakan Allah SWT), beriman kepada risalahnya dan kepada hari akhir atau hari kiamat.
Karena dakwah yang disampaikan Nabi Muhammad SAW benar-benar menjadi hal baru dan berkaitan dengan masalah agama yang dalam perspektif ilmu sosiologi dan antropologi adalah termasuk masalah yang sangat sulit berubah karena berkaitan dengan keyakinan, maka muncul lah berbagai reaksi dari kaum Quraisy Mekkah.
Sebagian kecil dari mereka ada yang langsung percaya dan mengimani Islam, namun sebagian besar lainnya menolak.
Terlebih dari para tokoh dan pembesar Quraisy yang memang telah merasa mapan dengan kepercayaan lama.
Reaksi keras datang dari pembesar Quraisy yaitu Abu Lahab. Usai mendengar khutbah Nabi Muhammad SAW, Abu Lahab marah dan berkata,
"Celakalah engkau wahai Muhammad untuk selama-lamanya, untuk inikah engkau mengumpulkan kami semua di sini?"
Setelah ucapan tesebut keluar dari mulut Abu Lahab, Allah SWT berfirman yang artinya:
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia! Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dori sabut yang dipintal." (Al-Lahab: 1-5).
Gertakan dan ejekan Abu Lahab ketika beliau menyampaikan dakwahnya di Bukit Shafa tersebut tidak membuat semangat dakwah Nabi Muhammad SAW surut apalagi berniat menghentikan kegiatan dakwah. Sebaliknya, dengan turunnya surah Al-Lahab di atas, beliau semakin gigih, bersemangat, dan gencar dalam berdakwah.
Seruan beliau terus bergema di pelosok kota Mekah hingga kemudian turun ayat yang artinya:
"Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik." (Al-Hijr 94).
Ayat tersebut di atas semakin mengukuhkan posisi Rasulullah sebagai seorang rasul utusan Allah SWT guna menyampaikan risalahnya secara tegas dan terang-terangan, serta menentang perbuatan orang kafir Mekah.