Begini Cara Memilih Paus di Vatikan, Ada Aturan Tertutup dan Terkunci
Pahami proses pemilihan Paus dalam Gereja Katolik Roma, dari awal konklaf hingga pengumuman Paus baru.

Pemilihan Paus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma, merupakan sebuah proses yang sarat makna dan penuh tradisi. Proses ini menjadi semakin penting ketika kondisi Paus dalam keadaan kritis, baik karena masalah kesehatan atau keputusan untuk mengundurkan diri.
Dalam situasi seperti ini, konklaf menjadi sangat menentukan bagi masa depan Gereja. Konklaf adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pemilihan Paus yang dilakukan oleh para Kardinal, pejabat senior Gereja di bawah Paus, yang berusia di bawah 80 tahun.
Pemilihan ini berlangsung di Kapel Sistina di Vatikan, dan dilakukan secara tertutup dan rahasia. Proses ini dimulai dengan pertemuan awal para Kardinal setelah Paus meninggal atau mengundurkan diri.
Setelah berkumpul di Roma, para Kardinal menghadiri Misa khusus di Basilika Santo Petrus. Misa ini menjadi momen refleksi dan doa sebelum mereka memasuki Kapel Sistina untuk memulai pemungutan suara. Proses pemilihan ini tidak hanya melibatkan aspek administratif, tetapi juga spiritual, di mana para Kardinal diharapkan untuk mencari petunjuk dari Tuhan dalam memilih pemimpin baru Gereja.
Proses Pemungutan Suara yang Rahasia

Setelah pertemuan awal, pemungutan suara dimulai. Setiap Kardinal memberikan suara secara rahasia dengan menuliskan nama kandidat pilihannya pada kertas suara.
Tidak ada pencalonan resmi sebelumnya, sehingga setiap Kardinal memiliki kebebasan untuk memilih siapa pun yang dianggap layak untuk menjadi Paus. Persyaratan untuk memenangkan pemilihan ini cukup ketat.
Agar seorang kandidat dapat terpilih, ia harus mendapatkan dua pertiga suara mayoritas dari para Kardinal pemilih. Jika tidak ada kandidat yang mencapai angka tersebut, pemungutan suara akan diulang.
Proses ini dapat berlangsung hingga tujuh kali dalam periode tiga hari, menciptakan ketegangan dan harapan di kalangan para Kardinal.
Pengumuman dan Pemilihan Nama Paus

Setelah seorang kandidat terpilih, nama Paus baru akan diumumkan kepada dunia dari balkon Basilika Santo Petrus. Momen ini menjadi sorotan global, di mana jutaan umat Katolik menantikan pengumuman tersebut.
Paus terpilih kemudian memilih nama kepausannya, yang sering kali mencerminkan nilai dan visi yang ingin dibawanya selama masa kepemimpinannya.
Jika nama yang dipilih telah digunakan oleh Paus sebelumnya, angka urut akan ditambahkan di belakang nama tersebut, seperti dalam kasus Paus Yohanes Paulus II. Proses ini tidak hanya simbolis, tetapi juga mengandung makna mendalam bagi umat Katolik di seluruh dunia.
Sejarah Singkat Pemilihan Paus

Sejarah pemilihan Paus sangat kaya dan beragam. Selama beberapa abad, pemilihan uskup Roma dilakukan melalui konsensus di antara para klerus dan umat awam. Namun, sejak tahun 1059, Dewan Kardinal ditetapkan sebagai satu-satunya badan pemilih, yang menandai perubahan signifikan dalam cara pemilihan Paus dilakukan.
Seiring berjalannya waktu, berbagai aturan tambahan diterapkan untuk menjaga kerahasiaan dan mencegah campur tangan politik dalam proses pemilihan. Aturan cum clave, yang berarti tertutup dan terkunci, adalah salah satu langkah yang diambil untuk memastikan bahwa para Kardinal dapat memilih dengan bebas tanpa tekanan dari luar.
Aturan-aturan modern mengenai pemilihan Paus telah ditetapkan dan direvisi oleh berbagai Paus, termasuk Paus Paulus VI dan Paus Yohanes Paulus II. Mereka mengatur usia maksimal para Kardinal pemilih, yang kini ditetapkan di bawah 80 tahun.
Ini bertujuan untuk memastikan bahwa para pemilih adalah individu yang masih aktif dan mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi Gereja.