Kudanil Ternyata 'Pakai Sunblock' buat Melindungi Kulitnya, Produk Perawatan Alami dari Sinar Matahari
Kuda nil pakai perawatan alami dengan keringat 'darah'.

Pernahkan Anda melihat kuda nil? Kebanyakan kuda nil memiliki warna yang cenderung abu-abu tua di bagian atas dan merah jambu/abu-abu kemerah-merahan di bagian bawah, dengan warna merah muda di sekitar mata, telinga, dan bibir.
Namun, tak jarang kuda nil terlihat sangat kemerahan atau coklat kemerahan. Lantas apakah memang warna tersebut adalah warna dasar kuda nil?

Ternyata penyebabnya adalah keluarnya cairan kemerahan, berminyak dan lengket yang khas pada kuda nil, sering disebut sebagai “keringat darah” (karena penampilan dan warnanya).
Mengutip dari Science History Institute, Selasa (18/2) warna tersebut dahulu sempat dikira darah oleh pengetahuan Mesir Kuno sebelum akhirnya penelitian berlanjut.
Bahkan warna darah kuda nil dikaitkan dengan legenda aneh yaitu kuda nil dengan sengaja melukai dirinya sendiri pada saat ada tekanan. Pengetahuan Mesir kuno menyebut ketika kuda nil di dekat Sungai Nil menjadi terlalu gemuk atau merasa sakit, mereka akan menusuk dirinya pada alang-alang, membuka pembuluh darahnya agar darah mengalir keluar.
Meski begitu, nyatanya kuda nil justru tampak lebih sehat atau lebih kuat dari perkiraan. Alhasil para dokter di Mesir memutuskan bahwa praktik ini pasti ada manfaatnya dan mulai meresepkannya untuk pasien manusia.
Dunia Barat mewarisi pengobatan ini sebagai pertumpahan darah, yang masih menjadi pengobatan umum hingga tahun 1800-an.
Dengan cara ini, salah tafsir sederhana mengenai sejarah alam memunculkan salah satu praktik medis yang paling tersebar luas dan tidak berguna sepanjang masa.
Penelitian Modern Kulit Kuda Nil
Para ahli kimia belum lama ini meneliti keringat kuda nil secara mendetail untuk memastikan bahwa warnanya tidak ada hubungannya dengan darah.
Beberapa ahli kimia Jepang datang ke kandang kuda nil di kebun binatang setempat untuk menyeka hewan-hewan tersebut dengan tisu.
Namun rencana mereka gagal. Molekul dalam keringat kuda nil ternyata cukup rapuh secara kimiawi, rentan terurai jika terjadi perubahan suhu atau pH sekecil apa pun.
Keringat kuda nil sangat halus sehingga butuh tujuh tahun untuk menemukan metode pengumpulan yang memungkinkan mereka mengawetkan molekul cukup lama untuk menentukan strukturnya yang berarti menyeka alis banyak hewan yang panas dan kasar.
Para ahli kimia akhirnya menemukan bahwa keringat kuda nil adalah cairan bening yang keluar dari kulit, hanya setelah beberapa menit terpapar udara barulah keringat berubah menjadi merah.
Kemudian, mereka menelusuri perubahan warna itu ke dua molekul, yang mereka beri nama, asam hipposudorat dan asam norhipposudorat.
Setiap asam terdiri dari tiga cincin karbon, yang bereaksi di udara dan bergabung menjadi rantai polimer panjang berwarna.
Pakai 'Sunblock' Alami
Mengutip dari Zooniverse, Selasa (18/2) meskipun kulitnya tebal, kuda nil rentan terhadap sengatan matahari. Namun ketika asam dalam keringat kuda nil saling membentuk rantai, mereka menyerap sinar matahari dengan cukup efektif, terutama cahaya yang berukuran antara 290 dan 400 nanometerckisaran ultraviolet yang ditakuti. Keringat kuda nil, dengan kata lain, merupakan tabir surya alami.
Cairan kental dan berminyak ini dikeluarkan dari kelenjar lendir khusus di kulit kuda nil. Awalnya tidak berwarna, tetapi dengan cepat berubah menjadi merah-oranye, akhirnya menjadi coklat tua.
Penelitian telah mengungkapkan dan menunjukkan bahwa sekresi unik ini mengandung dua pigmen penting yang berwarna merah dan oranye.
Kedua pigmen ini melindungi kuda nil dari sengatan matahari dengan cara menyerap radiasi ultraviolet, dan pigmen merah juga memiliki sifat antibakteri dan berfungsi sebagai antibiotik yang baik.
Produk kecantikan alami ini dalam banyak hal bermanfaat bagi kuda nil dalam gaya hidup semiakuatiknya, baik di darat maupun di air.
Itu membuat kulit mereka tetap sejuk dan lembab saat keluar dari air, membantu mengatur suhu tubuh dan juga melindungi kulit mereka dari sengatan matahari.
Di dalam air, cairan tersebut dapat melindungi kulit agar tidak tergenang air. Kuda nil juga sering berkelahi satu sama lain, menimbulkan luka terbuka yang parah, sehingga rentan terhadap infeksi.
Sifat antibakteri dari sekresi ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit sehingga juga membantu penyembuhan luka lebih cepat.
Bisakah untuk Manusia?
Sejumlah ahli kimia mulai mengeksplorasi apakah keringat kuda nil bisa berfungsi sebagai tabir surya bagi manusia. Seorang ahli biologi pun menyebut perlu waktu lama untuk menggunakannya.
“Cairan [keringat] memiliki konsistensi yang lengket seperti putih telur dan berbusa hingga menjadi busa kental,” jelasnya.
Karakter kulit kuda nil yang dapat menyerap busa dengan cepat, membawa angin segar bahwa produk ini dapat berfungsi sangat baik sebagai lip balm.
Sekalipun keringat kuda nil tidak pernah diproduksi secara komersial, ini adalah contoh menarik dari kreativitas alam dan pengingat yang baik. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dari inovasi tersebut.