Kutukan Firaun Bikin Dunia Gempar, 20 Arkeolog Tewas Usai Buka Makam Raja Mesir Kuno
Kematian misterius setelah pembukaan makam Tutankhamun sering dikaitkan dengan kutukan Firaun, namun apa sebenarnya yang terjadi?

Pembukaan makam Firaun Tutankhamun pada tahun 1922 oleh arkeolog Inggris, Howard Carter, menjadi salah satu momen paling bersejarah dalam dunia arkeologi. Namun, setelah penemuan itu, muncul kabar mengenai kutukan Firaun yang konon menyebabkan kematian 20 orang yang terlibat dalam penggalian.
Dilansir dari berbagai sumber, Kamis (27/2/2025), klaim mengenai kutukan Firaun mulai mengemuka setelah kematian 20 orang yang dihubungkan dengan pembukaan makam tersebut.
Banyak yang percaya bahwa kutukan ini adalah bentuk balasan dari Firaun yang merasa terganggu oleh penggalian makamnya. Simak ulasan selengkapnya:
Penemuan Makam Tutankhamun dan Kematian Anggota Tim Ekspedisi

Penemuan makam Tutankhamun adalah pencapaian yang monumental dalam sejarah arkeologi. Makam ini ditemukan di Lembah Para Raja, Mesir, dan dipenuhi dengan harta karun yang luar biasa.
Namun, setelah penemuan tersebut, kabar kematian yang terkait dengan kutukan Firaun mulai menyebar dengan cepat. Kematian pertama yang menjadi sorotan adalah Lord Carnarvon, sponsor ekspedisi yang meninggal karena infeksi setelah digigit serangga.
Kematian ini memicu spekulasi bahwa ia adalah korban pertama dari kutukan Firaun. Dalam beberapa tahun setelah pembukaan makam, lebih banyak kematian dilaporkan, termasuk beberapa anggota tim penggalian.
Namun, penyelidikan lebih lanjut menunjukkan bahwa banyak dari mereka meninggal karena penyakit umum atau kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya. Misalnya, beberapa peneliti menyatakan bahwa kematian yang terjadi lebih disebabkan oleh infeksi yang diperoleh dari lingkungan makam yang tidak bersih.
Kondisi Makam Firaun

Seiring dengan penemuan makam, penting untuk mempertimbangkan faktor lingkungan yang mungkin berkontribusi pada kematian yang dilaporkan. Makam Tutankhamun, yang telah tertutup selama ribuan tahun, kemungkinan mengandung berbagai patogen yang tidak dikenal.
Penelitian menunjukkan bahwa udara di dalam makam dapat mengandung spora jamur dan bakteri berbahaya, yang dapat menyebabkan infeksi serius pada manusia. Selain itu, kondisi kesehatan para arkeolog dan peneliti pada saat itu juga menjadi faktor penting.
Banyak dari mereka mungkin memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah atau terpapar pada kondisi yang tidak sehat selama penggalian. Dengan teknik penggalian yang belum canggih, risiko kecelakaan juga meningkat, menjelaskan mengapa beberapa anggota tim mengalami cedera yang fatal.
Kutukan Firaun: Mitos atau Nyata?

Dengan banyaknya kematian yang terjadi setelah pembukaan makam, cerita tentang kutukan Firaun semakin populer. Namun, para ilmuwan dan arkeolog sepakat bahwa kutukan ini lebih merupakan legenda atau mitos daripada kenyataan.
Kematian yang terjadi lebih mungkin disebabkan oleh faktor-faktor alami dan kondisi lingkungan yang berbahaya, bukan karena adanya kutukan supranatural. Dalam pandangan modern, kutukan Firaun sering kali dianggap sebagai hasil dari ketakutan dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal gaib.
Meskipun cerita ini telah menginspirasi banyak karya fiksi dan film, bukti ilmiah yang ada menunjukkan bahwa kutukan tersebut tidak lebih dari sekadar mitos yang berkembang di masyarakat.