Penyebab Bangsa Eropa Zaman Dulu Jorok Malas Mandi, Ternyata Ada Pengaruh Islam Jadi Berubah
Persepsi kebersihan di Eropa Abad Pertengahan sangat dipengaruhi oleh norma sosial, kelas, dan agama, dengan perubahan signifikan menjelang Renaisans.

Bangsa Eropa di abad pertengahan ternyata diketahui malas dan jarang mandi. Akibatnya, bau mereka bahkan sampai disebut seperti binatang saking busuknya.
Persepsi tentang kebersihan dan bau badan di Eropa Abad Pertengahan menunjukkan kompleksitas yang jauh lebih dalam dibandingkan dengan standar modern.
Berbagai faktor seperti kelas sosial, lokasi geografis, dan kepercayaan agama memainkan peranan penting dalam membentuk pandangan masyarakat terhadap kebersihan. Meskipun sering diasumsikan bahwa orang Eropa pada masa itu jarang mandi, kenyataannya tidak sesederhana itu.
Simak ulasannya dilansir dari berbagai sumber, Kamis (13/2/2025).
Norma Sosial dan Praktik Kebersihan

Kelas atas di Eropa Abad Pertengahan memiliki akses lebih baik terhadap air bersih dan fasilitas mandi. Mandi dianggap sebagai aktivitas yang mewah, meskipun frekuensi mandi mereka jauh lebih rendah dibandingkan dengan standar kebersihan saat ini.
Saat itu, mandi sering kali dianggap berpotensi berbahaya bagi kesehatan, sehingga kelas atas lebih memilih menggunakan parfum dan wewangian untuk menutupi bau badan mereka.
Praktik mencuci tangan sebelum dan sesudah makan cukup umum, menunjukkan adanya kesadaran akan kebersihan dasar meskipun alat makan seperti garpu belum menjadi bagian dari kebiasaan sehari-hari.
Di sisi lain, kelas pekerja dan petani mengalami keterbatasan dalam akses terhadap air bersih. Praktik kebersihan mereka lebih berfokus pada kebersihan dasar, seperti mencuci tangan dan wajah, dan bau badan menjadi lebih umum di kalangan masyarakat Eropa saat itu.
Pembuangan limbah yang tidak memadai di kota-kota juga berkontribusi pada lingkungan yang tidak higienis, sehingga meningkatkan risiko penyakit. Saat itu bahkan jalan-jalan banyak ditemui kotoran manusia.
Pengaruh Agama dan Takhayul

Agama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap praktik kebersihan di Eropa Abad Pertengahan. Beberapa kepercayaan menganggap mandi berlebihan sebagai tindakan pemanjaan diri atau bahkan dosa.
Hal ini menyebabkan kurangnya antusiasme terhadap mandi di kalangan sebagian masyarakat. Selain itu, berbagai takhayul tentang air, seperti anggapan bahwa mandi dapat menyebabkan penyakit atau kerasukan iblis, juga berkontribusi pada penolakan untuk mandi secara teratur.
Meskipun demikian, orang-orang pada masa itu memahami pentingnya kebersihan dasar. Kota-kota dan desa-desa sering dibangun di dekat sumber air, dan air bersih disuplai melalui sumur atau pipa.
Banyak referensi sastra dan karya seni menggambarkan orang-orang sedang mandi, menunjukkan bahwa mandi merupakan bagian dari rutinitas sehari-hari bagi banyak orang, meskipun tidak sesering standar modern.
Perkembangan Kebersihan dan Pengaruh Islam

Perubahan persepsi tentang kebersihan dan bau badan mulai terlihat secara bertahap di Eropa, terutama pada masa Renaisans. Peningkatan pengetahuan medis dan ilmiah, serta perkembangan teknologi sanitasi, berkontribusi pada kesadaran akan pentingnya kebersihan pribadi.
Selain itu, masuknya pengaruh Islam ke Eropa juga berperan dalam meningkatkan kesadaran akan praktik mandi yang lebih baik. Dalam tradisi Islam, kebersihan dianggap sebagai bagian penting dari ibadah, sehingga pengaruh ini mulai meresap ke dalam budaya Eropa.
Revolusi mandi yang dimulai pada abad ke-18, ditandai dengan munculnya pemandian umum dan peningkatan akses terhadap air bersih, secara signifikan mengubah praktik dan persepsi kebersihan di Eropa. \
Dengan semakin banyaknya fasilitas mandi umum, masyarakat mulai lebih memperhatikan kebersihan pribadi dan mengadopsi praktik yang lebih baik.