Sosok Wanita Paruh Baya Juru Masak Jenderal Soedirman Masih Segar dan Sehat, Ungkap Menu yang Dimakan Sang Jenderal
Mbah Jirah adalah perempuan paruh baya yang dulu menjadi juru masak Jenderal Soedirman saat perang gerilya.
Di sebuah kampung di Dusun Magersari, Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur terdapat patung sekaligus monumen perang Gerilya Jenderal Soedirman saat melakukan perang gerilya.
Monumen dibangun karena desa tersebut merupakan lokasi menginap Jenderal Besar Soedirman. Di sana juga ada seorang wanita sepuh yang dahulu menjadi juru masak sang jenderal.
Di usia senjanya, wanita juru masak tersebut masih tampak sehat dan segar dan menjadi saksi sejarah perjuangan Jenderal Soedirman dalam melawan penjajah. Simak ulasannya sebagai berikut.
Kampung Singgah Jenderal Besar Soedirman
Dalam video yang diunggah oleh channel Youtube Kung Danuji memperlihatkan sebuah lokasi monumen di Dusun Magersari, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Diketahui, pada masa perang Agresi Militer II Belanda, Jenderal Soedirman sempat tinggal di desa tersebut selama 9 hari.
Di dekat moumen, terdapat sebuah rumah yang dulu menjadi saksi perjuangan Jenderal Soedirman. Saat perang gerilya, Jenderal Soedirman tinggal di rumah tersebut yang dibuat dengan kayu dan atap alang-alang.
“Jadi pak Dirman (Soedirman) selama 9 hari itu tidur juga di rumah yang sangat sederhana pada tempo dulu. Sekarang sudah direnovasi. Kita membayangkan betapa beratnya perjuangan pak Jenderal Soedirman untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” ucap pria pemilik channel Kung Danuji.
Kesaksian Tukang Masak Jenderal Soedirman
Selain menjadi tempat singgah Jenderal Soedirman, di kampung tersebut juga masih tinggal seorang wanita sepuh yang dulu merupakan juru masak sang jenderal besar. Ia adalah Mbah Jirah, yang saat ini sudah berusia kurang lebih 110 tahun.
Mbah Jirah menuturkan jika Jenderal Soedirman dahulu tidur di rumah tersebut dengan menggunakan tempat tidur yang seadanya. Yaitu sebuah dipan yang terbuat dari potongan bambu, tikar dari daun sebagai alas tidur, dan selimut sarung.
“Tidur ya pakai mbayang (dipan bambu) dan pakai alas kloso pandan (tikar dari daun pandan) dan selimutnya pakai sarung,” ucap Mbah Jirah.
Jenderal Soedirman Makan Seadanya
Menurut keterangan Mbah Jirah jika Jenderal Soedirman dahulu datang dengan dikawal oleh 60 pengawal. Selama tinggal di sana, Mbah Jirah adalah tukang masak yang setiap hari bertugas memenuhi kebutuhan pokok Jenderal Soedirman dan rombongannya.
Mbah Jirah mengatakan jika menu makanan yang disantap oleh Jenderal Soedirman pun sangat sederhana, yaitu nasi dan sayur nangka. Nasi yang dimasak pun sangat sedikit karena saat itu beras masih langka.
“Makannya ya nasi, sayurnya nangka muda, ya nangka muda saja. Ya kadang ada kelapanya (santan) kalau nggak ada ya biasa. Nasinya segini (satu kepal),” ucap Mbah Jirah.