5 Masalah umum keuangan keluarga dan cara mengatasinya
Merdeka.com - Istilah kelas menengah sering didefinisikan sebagai golongan mampu. Hanya saja, mereka masih mungkin mengalami penurunan status sosial dan finansial.
Mereka yang termasuk dalam kelas menengah tidak kaya, tidak juga miskin, tapi berada di tengah-tengah. Istilah ini juga dipakai untuk mendeskripsikan karakter dan angka penghasilan yang wajar. Kelas menengah tidak hidup dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Kehidupan primer dan sekunder mereka telah terpenuhi dan mereka punya akses ke beberapa kebutuhan tersier.
Menurut Wakil Direktur Dewan Ekonomi Nasional Amerika Diana Farrell, seseorang dikatakan kelas menengah ketika sepertiga pendapatan yang tersisa digunakan untuk kebutuhan sekunder dan tersier setelah kebutuhan primer terpenuhi.
-
Apa saja tips kelola keuangan kelas menengah? Tips bagi Masyarakat Kelas Menengah Lebih lanjut, Johanna membeberkan sejumlah tip atau kiat bagi masyarakat kelas menengah untuk bisa bertahan dan mengelola keuangan dengan baik.
-
Bagaimana cara kelola keuangan kelas menengah? Perusahaan konsultan audit dan pajak Grant Thornton Indonesia menyarankan langkah-langkah seperti diversifikasi pendapatan, pengelolaan utang yang bijak, dan peningkatan literasi keuangan agar tetap mampu bertahan bahkan tetap tumbuh di tengah tekanan ekonomi.
-
Siapa yang mengalami kesulitan keuangan? Meskipun kabar suami Zaskia Gotik yang sedang mengalami kesulitan keuangan, rumah tangga mereka dengan Sirajuddin semakin harmonis.
-
Kenapa keuangan seseorang bisa memburuk? Kebiasaan yang tidak baik ini tidak hanya menghambat kesuksesan finansial, tetapi juga dapat memperburuk keadaan keuangan individu.
-
Mengapa kelas menengah perlu kelola keuangan? Perencanaan keuangan yang matang dapat membantu menghadapi tekanan ekonomi saat ini terutama bagi kalangan kelas menengah.
-
Mengapa gaya hidup konsumtif bisa menyebabkan masalah keuangan? Gaya hidup konsumtif sering kali membuat seseorang mengeluarkan uang lebih banyak daripada yang mereka mampu, menggunakan kredit atau pinjaman untuk memenuhi kebutuhan konsumtif mereka. Penggunaan kartu kredit yang berlebihan dan pinjaman konsumtif tanpa perencanaan yang matang dapat menyebabkan tumpukan hutang yang sulit dilunasi.
Namun kini, kebutuhan sekunder terasa semakin sulit dijangkau. Kebutuhan primer seperti perumahan pun juga tak bisa didapat. Tak jarang mereka yang sebenarnya termasuk ke dalam kelas menengah mengalami rangkaian kesulitan finansial.
Berikut 5 masalah keuangan yang sering dihadapi para keluarga kelas menengah seperti dilansir cekaja.com:
Merasa belum mampu beli rumah
Gaji lebih dari cukup, pekerjaan pun terbilang mapan. Tapi membeli rumah masih jadi perkara sulit bagi kebanyakan kelas menengah. Para kelas menengah yang tinggal di kota besar tentunya ingin punya rumah dekat dengan kantor dan fasilitas umum lainnya. Tapi harga rumah di pusat kota tidaklah murah.Harga hunian bahkan bisa melonjak hingga 300 persen dalam 10 tahun ke depan. Wilayah-wilayah yang dulu tidak dilirik kini menjadi mahal setelah pemekaran dan dibukanya akses transportasi. Daripada tidak kunjung punya rumah, kelas menengah sebaiknya mengambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang artinya harus menyisihkan gaji paling sedikit 30 persen untuk membayar cicilan rumah.
Tak ada dana untuk liburan
Liburan, baik itu ke luar negeri maupun hanya keluar kota tetap membutuhkan biaya. Biasanya kelas menengah harus mengorbankan suatu hal untuk mendapatkan kesempatan berlibur. Jika mengacu pada data di Amerika tahun 2014 lalu, sebanyak 54 persen responden rela tidak membeli barang-barang seperti TV atau elektronik demi bisa berlibur. Pengorbanan lainnya adalah mengurangi intensitas ke bioskop (47 persen), makan di restoran (43 persen), dan menahan diri untuk tidak membeli baju baru (43 persen).Selain itu, iklim kerja yang kompetitif membuat karyawan memilih tidak mengambil cuti mereka. Mereka berpikir cuti dan liburan justru menguras tabungan sehingga mereka lebih memilih masuk kerja. Alasan lain tidak berlibur adalah karena 40 persen dari pekerja di Amerika tidak ingin menghadapi tumpukan pekerjaan setelah selesai berlibur. Padahal, penelitian justru menunjukkan jika liburan dapat meningkatkan produktivitas dan kesehatan.
Tak ada dana asuransi
Kesehatan adalah kebutuhan primer. Namun data yang dirilis Forbes menunjukkan jika pekerja di berbagai perusahaan besar—di mana kebanyakan dari mereka merupakan kelas menengah—hanya mengandalkan asuransi kesehatan dari kantor.Alasannya karena asuransi pribadi terlalu mahal dan bukan kebutuhan mendesak selama biaya asuransi masih dicover oleh kantor. Akibatnya ketika kelas menengah menderita penyakit serius, keuangan mengalami goncangan.Maka dari itu, menyisihkan dana untuk asuransi kesehatan tetap patut diperjuangkan.
Tak mampu bayar perawat anak
Membesarkan anak di era milenium tidak bisa dibilang murah. Kehadiran anak berarti membutuhkan ruangan tambahan yang artinya harus merenovasi rumah. Belum lagi baju yang harus dibeli setiap dua bulan sekali (karena bayi cepat tumbuh besar), popok, susu, mainan, serta kesehatan.Setiap orangtua juga pasti ingin mengupayakan pendidikan yang terbaik untuk anak. Untuk mendapatkan yang terbaik, anak pun dimasukkan ke sekolah tertentu bahkan sejak batita. Tidak jarang biaya masuk TK zaman sekarang sama dengan biaya pangkal masuk kuliah jalur SNMPTN atau sekitar Rp 6 juta.
Bioskop terasa sangat mahal
Nonton film favorit dengan layar lebar dan sound sistem mendukung pasti menyenangkan. Namun tiket bioskop semakin mahal setiap tahunnya. Jika setiap nonton di akhir pekan harus merogoh kocek Rp 50.000 ditambah makan siang Rp 50.000, sedangkan gaji yang diterima sehari yakni Rp 200.000, itu artinya kelas menengah harus menyisihkan 10 persen dari gaji untuk nonton seminggu sekali.Belum lagi jika pergi ke bioskop sekeluarga. Biaya nonton ke bioskop bisa sama mahalnya dengan mengajak anak-anak ke taman bermain.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tekanan yang dihadapi masyarakat kelas menengah juga tercermin dari indikator penduduk berdasarkan golongan pendapatan.
Baca SelengkapnyaSebanyak 12 persen generasi muda mengaku pengeluaran sering melebihi pemasukan.
Baca SelengkapnyaTip atau kiat bagi masyarakat kelas menengah untuk bisa bertahan dan mengelola keuangan dengan baik.
Baca SelengkapnyaMenghabiskan uang demi penampilan akan menjadi kehancuran terbesar.
Baca SelengkapnyaIdeal menabung sejatinya menyesuaikan kondisi keuangan terkini.
Baca SelengkapnyaUpaya seseorang untuk menghemat pengeluaran kecil yang dia lakukan, tetapi justru melakukan pemborosan dengan melakukan pengeluaran dalam jumlah besar.
Baca SelengkapnyaDengan menerapkan hal ini, Anda diharapkan dapat mengatasi stres akibat mengelola keuangan sehingga tidak akan mengganggu atau menimbulkan masalah lain.
Baca SelengkapnyaBukan artinya orang miskin akan terus-terusan terjebak dan tidak bisa mengubah garis hidupnya.
Baca SelengkapnyaPemikiran yang harus dihindari agar keuangan Anda tetap stabil,
Baca SelengkapnyaUmumnya mereka yang tergabung sebagai generasi sandwich kerap merasa kesulitan dalam mengelola keuangan hingga mempersiapkan dana pensiun.
Baca SelengkapnyaAda beberapa alasan mengapa permasalahan keuangan perempuan menjadi lebih parah.
Baca SelengkapnyaApa penyebab fenomena yang satu ini ya? Cari tahu bersama, yuk!
Baca Selengkapnya