Airlangga Ungkap Urgensi Proyek Giant Sea Wall yang Butuh Anggaran Rp700 Triliun
Menko Airlangga menyebut keberadaan Giant Sea Wall atau tanggul laut raksasa di sejumlah wilayah pesisir sangat penting.
Menko Airlangga menyebut keberadaan Giant Sea Wall atau tanggul laut raksasa di sejumlah wilayah pesisir sangat penting.
Airlangga Ungkap Urgensi Proyek Giant Sea Wall yang Butuh Anggaran Rp700 Triliun
Urgensi Proyek Giant Sea Wall yang Butuh Anggaran Rp700 Triliun
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut keberadaan Giant Sea Wall atau tanggul laut raksasa di sejumlah wilayah pesisir sangat penting.
Proyek yang diprediksi menelan dana Rp700 triliun ini tak hanya melindungi daratan, namun sekaligus menjaga pengembangan kawasan ekonomi di kawasan Pantai Utara (Pantura).
Menurut dia, proyek strategis nasional (PSN) ini sudah dibuat berbagai tahapan.
Diawali dengan kawasan pesisir di Jakarta dengan nilai proyek Rp183 triliun.
merdeka.com
“Giant Sea Wall kan kita sudah buat berbagai tahapan. Mulai dari Jakarta yang besarnya 183 triliun tapi Jakarta baru mulainya nyicil aja sepanjang pantai," kata Airlangga usai Leaders Offsite Meeting (LOM), di Bandung, Jumat (19/1) malam.
Meski demikian, Airlangga bilang proyek tanggul laut raksasa yang sesungguhnya berada di Semarang-Demak.
"Kemudian kita sudah buat model Giant Sea Wall, the real Giant Sea Wall itu adalah yang Demak-Semarang," kata Airlangga.
Persoalan Lingkungan dan Pendanaan Proyek
Airlangga mengaku sudah menerima berbagai persoalan lingkungan yang mewarnai di tengah rencana tersebut yakni mengenai tanah timbul.
Meski begitu, pria yang saat ini menjabat pula sebagai Ketua Umum Partai Golkar menyatakan secara regulasi, proyek ini harus dilanjutkan.
"Itu sebenarnya by regulation sudah kita selesaikan sehingga proyeknya harus dilanjutkan," kata Airlangga.
Dia menjelaskan persoalan tanah tenggelam bukan hanya terjadi di Jawa, tetapi terjadi di sepanjang pantura dari Indramayu, Cirebon ke Tegal, Tegal ke Pekalongan hingga ke Semarang. Makanya proyek ini harus segera di selesaikan.
"Yang kemarin kita selesaikan secara fase per fase. Namun ke depan kita perlu secara lebih masif dan ini bisa dikerjakan dengan Public private partnership (perjanjian atau kontrak antara pemerintah dengan sektor swasta),” Airlangga melanjutkan.
Meski skema pembiayaan proyek tersebut bisa menggunakan Public Private Partnership, hanya saja, Airlangga belum bisa berbicara mengenai investor.
Fase yang harus dilalui mengenai proyek tersebut saat ini adalah studi.
"Kalau saat sekarang kita tidak bicara investor, belum masuk karena sekarang fasenya adalah studi, studi Bappenas sudah, jadi kita buat studi berikutnya," kata Airlangga.
Dia bilang proyek giant sea wall ini merupakan proyek jangka panjang. Eksekusinya secara bertahap sudah dilakukan.
Namun hal ini tidak boleh terjadi karena sebenarnya harus dilakukan serentak.
"Secara potong per potong itu sudah dilakukan tapi kan kita pendekatannya tidak bisa lagi sepotong-sepotong tapi kita harus tuntaskan," kata Airlangga.
Mengingat sisi utara merupakan koridor utama ekonomi Jawa.
"Jangan sampai north Jawa economic corridor termasuk kita juga sudah mengembangkan Patimban, tahu-tahu daratannya kerendem air," jelas Airlangga.
merdeka.com
Di sisi lain, Airlangga mengaku akan menyisir pesisir Utara untuk melihat dampak kepada masyarakat.
Termasuk dampak proyek ini ke kawasan ekonomi yang ada di sana.
“Karena kawasan ekonomi kita sebagian besar di Utara dan ini bisa terancam oleh rob," kata dia mengakhiri.