Anak Petani dan Sempat Putus Sekolah, Pria Ini Jadi Taipan Kaya Raya
Kesuksesan pria ini menjadi salah satu kisah inspiratif dalam membangun bisnis.
Sosok ini memulai perjalanan karirnya dari nol hingga memiliki beberapa perusahaan besar.
Anak Petani dan Sempat Putus Sekolah, Pria Ini Jadi Taipan Kaya Raya
Liem Sioe Liong atau lebih dikenal dengan nama Sudono Salim merupakan konglomerat yang pernah menjadi orang terkaya di Indonesia.
Kesuksesan Sudono Salim menjadi salah satu kisah inspiratif dalam membangun bisnis. Salim memulai perjalanan karirnya dari nol hingga memiliki beberapa perusahaan besar.
Sudono Salim adalah pendiri Top Family Business di Indonesia (Salim Group), induk perusahaan yang di bawahnya bernaung sejumlah perusahaan besar.
Sebut saja Bank Central Asia (BCA), Indofood Sukses Makmur, Indocement Tunggal Prakarsa, dan sederet perusahaan lainnya.
Dikutip dari berbagai sumber, pria ini dilahirkan di Kota Fuqing, Provinsi Fujian, China. Kehidupannya semasa kecil cukup sederhana.
Anak nomor dua ini besar di keluarga petani gurem. Dia bahkan terpaksa putus sekolah pada usia 15 tahun dan berjualan mie di sekitar tempat tinggalnya.
Kemiskinan itulah yang mendorongnya hijrah ke Indonesia, mengikuti jejak sang kakak yang sudah terlebih dahulu tiba di Tanah Air.
Om Liem hijrah dari kota kelahirannya menuju Medan, Sumatera Utara, dan berdagang minyak kelapa sawit, seperti dikutip dari buku Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches (1995) karya Leo Suryadinata.
Keputusan hijrah itu terbukti mengubah peruntungannya. Dia sukses karena bisa mengembangkan usaha kelapa sawit menjadi pemasok tembakau terbesar di Sumatera Utara, selama kurun 1940-an.
Pada awal berdirinya Republik Indonesia, Liem banyak membantu TNI dengan memasok obat-obatan secara diam-diam. Belanda sempat menuduhnya membantu gerilyawan dengan senjata. Setelah proklamasi kemerdekaan, Liem memilih menjadi warga negara Indonesia.
Kedekatannya dengan tentara pada masa revolusi membuatnya mengenal Soeharto, perwira militer yang karirnya menanjak dan bertugas di Medan.
Banyak yang percaya hubungan keduanya tetap akrab hingga Soeharto menjadi presiden, meskipun Liem membantah bisnisnya berkembang berkat bantuan militer.
Setelah 1952, Liem membangun jaringan dengan pengusaha di Singapura dan Hong Kong. Pada 1969, setelah Instruksi Menteri Dalam Negeri mewajibkan warga keturunan Tionghoa mengganti nama, Liem mengubah namanya menjadi Sudono Salim.
Bisnis Salim berkembang pesat. Dia membuka pabrik sabun yang menjadi cikal bakal Indofood dan pada 1970-an berhasil menjalin kerja sama impor gandum yang digunakan untuk membangun Indocement.
Pada 1997, Salim Group memiliki aset senilai USD20 miliar dengan lebih dari 500 anak perusahaan dan 200 ribu tenaga kerja.
Pada krisis moneter 1998, bisnis Grup Salim mengalami kejatuhan dan terpaksa menyerahkan sejumlah perusahaan untuk membayar utang sebesar Rp52,7 triliun.
Saat kerusuhan melanda Jakarta pada Mei 1998, rumah Sudono Salim di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat, dirusak dan dijarah. Rumahnya di Medan, Sumatera Utara, juga menjadi sasaran amuk massa.
Setelah kejadian tersebut, Sudono menyerahkan kepengurusan bisnis kepada anaknya, Anthony Salim, dan pindah ke Singapura hingga tutup usia.
Beberapa tahun setelah krisis, Grup Salim berhasil bangkit, ditandai dengan dikuasainya kembali Indofood, raksasa industri makanan.
Kini, Anthony Salim dan menantunya, Franciscus Welirang, melanjutkan seluruh usaha yang dirintis oleh Sudono Salim.
Anthony Salim menghadapi tantangan besar saat pertama kali memegang kendali Salim Group.
Untuk melunasi utang, Anthony menjual saham beberapa anak perusahaan, seperti BCA, Indocement, dan Indomobil. Keputusan ini menyelamatkan Salim Group dari kebangkrutan.
Di bawah kepemimpinannya, Indofood dan Bogasari menjadi produsen mie instan dan tepung terbesar di dunia.
Kejayaan Salim Group kini kembali. Anthony Salim juga mulai mengembangkan bisnis di sektor-sektor baru, menjadikan Salim Group sebagai salah satu perusahaan raksasa paling berpengaruh di Indonesia.