Baru Dibentuk Presiden Jokowi, Badan Karantina Indonesia Jadi Garda Terdepan Hadapi Neo Terorisme
Barantin memegang peran strategis perlindungan sumber daya hayati dari ancaman hama penyakit, hewan, ikan, dan tumbuhan berbahaya.
Badan Karantina Indonesia dibentuk melalui Perpres Nomor 45 Tahun 2023.
Baru Dibentuk Presiden Jokowi, Badan Karantina Indonesia Jadi Garda Terdepan Hadapi Neo Terorisme
Presiden Jokowi telah membentuk Badan Karantina Indonesia (Barantin) melalui Perpres Nomor 45 Tahun 2023. Badan ini merupakan peleburan tiga lembaga di bawah Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta fungsi Pengawasan KSDAE Kementrian LHK di tempat pemasukan dan pengeluaran. Pengamat Pertanian, Jaka Widada mendukung langkah Jokowi memperkuat Karantina Indonesia dengan membentuk Badan Karantina Indonesia.
"Karantina harus tetap berjalan, tidak boleh berhenti karena sebagai layanan publik meskipun ada perubahan organisasi dan itu hal yang biasa untuk perbaikan dan penguatan menjadi lebih baik," kata Jaka dikutip Kamis (10/8).
Karantina ini sejatinya telah ada dan telah berjalan dengan baik untuk menjaga marwah sumber daya hayati Indonesia sejak zaman Belanda sampai saat ini. Melalui Perpres baru Jokowi ini menggabungkan lembaga karantina yang sudah ada yaitu Badan Karantina Pertanian dan sebagian Badan Karantina Ikan (BKIPM) yang sebelumnya masing-masing di bawah Kementan dan KKP, sekarang ini ditambah dengan tugas-tugas baru yang lebih luas seperti pengawasan keamanan pangan, SDG, Satwa/tumbuhan langka di tempat pemasukan/pengeluaran.
"Dengan integrasi menjadi Badan Karantina Indonesia ini langsung di bawah presiden, saya berkeyakinan, karantina ke depan menjadi lebih baik memberikan layanan ke publik, lebih efisien, lebih kuat, lebih independent dan diperhitungkan negara lain," tambah Jaka.
Kebijakan Jokowi dinilai sangat tepat, peran karantina sangat strategis & banyak negara telah melakukan penguatan-penguatan karantina sebagai lembaga teknis di wilayah border seperti di USA dengan Custom Border Protection (CBP), China dengan General Administration of Customs of the People’s Republic of China (GACC), sehingga sangat diperhitungkan oleh negara-negara lainnya.
"Peran strategis perlindungan sumber daya hayati dari ancaman hama penyakit, hewan, ikan, dan tumbuhan berbahaya bahkan sebagai economic tool dalam perdagangan dunia untuk negara. Perang kita tidak lagi perang fisik tetapi yang lebih berbahaya perang ekonomi melalui hama penyakit termasuk bioterorisme di bidang hewan, ikan, tumbuhan dan kehutanan," ujar Jaka.
Barantin adalah garda terdepan pertahanan negara dari serangan neo terorisme.
"Negara tidak boleh main-main dengan kepala badan ini. Ini pertahanan negara, begitu lemah sedikit saja, hancur pertahanan dan perekonomian negara," kata Jaka.
Jaka mencontohkan negara Brasil produsen karet dunia. Dengan merebaknya penyakit hawar daun Amerika Selatan (SALB) Mycrocyclus ulei menyebabkan hancurnya perkebunan karet di semua sentra karet Brasil. Semua upaya pengendalian yang sejauh ini dilakukan sejak 1910 telah berakhir dengan kegagalan yang menyedihkan.
Selain itu juga terdapat contoh yaitu keong emas Pomacea canaliculata yang awalnya sebagai hiasan dalam aquarium dari luar negeri kemudian secara invasif menyebar di area persawahan dan aliran rawa sehingga berperan sebagai hama yang sangat merusak pada tanaman padi muda di Indonesia.
Jaka juga mencontohkan problem-problem lain yang luput di perkarantinaan dan harus ditingkatkan kewaspadaannya. Dia mengatakan banyak orang luar mencuri kekayaan Indonesia dengan cara sederhana seperti mencuri plasma nutfah dan menggunakan sepatu sebagai media pembawa penyebaran biji tanaman. "Kalau bawa tanah langsung enggak boleh. Karantina juga harus ketat dan kuat melindungi sumberdaya hayati kita, jadi pemahaman teknis pejabat karantina sangat penting," ujar Jaka.
Oleh karena itu, Jaka menilai idealnya Barantan dipimpin oleh seorang professional yang berintegritas memahami pengetahuan teknis karantina. "Karantina ini kan tentara virtual. Karantina itu posisinya sangat penting karena pintu masuk ancaman. Jadi harus orang yang paham di situ," kata Jaka. Tak cukup professional dan integritas, Jaka mengatakan seorang Kepala Barantan mesti memiliki kemampuan manajerial yang mumpuni.“Kalau hanya pengetahuan dan integritas saja sementara tidak bisa mengelola atau sebaliknya punya pengetahuan dan kemampuan manajerial saja tapi tidak punya integritas akan mudah diganggu dan berpotensi tidak akan mengedepankan kepentingan negara," ungkap Jaka.
Selain itu, sumber daya manusia di Barantin ke depan, selain memiliki integritas, memahami atau sadar diri bahwa mereka bekerja untuk negara dan masyarakat dalam menjaga keutuhan negara. “Mereka ini duta negara yang harus menyelematkan Indonesia agar aman dari ancaman entah itu hama penyakit hewan, ikan, tumbuhan dan kehutanan atau kaitannya dengan pencurian sumber daya hayati dan sebagainya,” kata Jaka. Reporter: Septian Deny Sumber: Liputan6.com