Bukan dengan Kereta Cepat dan Jalan Tol, Ini Strategi AMIN Kejar Indonesia Emas 2045
Namun jalan yang ditempuh bukan dengan program pembangunan mega proyek seperti kereta cepat dan jalan tol.
Namun jalan yang ditempuh bukan dengan program pembangunan mega proyek seperti kereta cepat dan jalan tol.
Bukan dengan Kereta Cepat dan Jalan Tol, Ini Strategi AMIN Kejar Indonesia Emas 2045
Strategi AMIN Kejar Indonesia Emas 2045
Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, Anies Baswedan-Cak Imin (AMIN) berjanji akan berusaha mengejar target Indonesia Emas 2045. Namun jalan yang ditempuh bukan dengan program pembangunan mega proyek seperti kereta cepat dan jalan tol.
Sekretaris Dewan Pakar Tim Pemenangan Nasional Anies-Cak Imin (Timnas AMIN) Wijayanto Samirin mengatakan, pembangunan infrastruktur berskala besar seperti itu belum dirasakan merata di seluruh Tanah Air.
"Indonesia memang beragam, negeri yang penuh dengan paradoks. Ada kereta cepat, ada tol hebat, tapi ada jalan-jalan yang di desa-desa penuh lobang, dan becek ketika hujan,"
ujar Wijayanto di acara Indonesia Digital Summit 2023 di Four Seasons Jakarta, Selasa (28/11).
Tak hanya itu, dia juga mengkritik banyak petani dan nelayan miskin di Indonesia.
Padahal Indonesia dikenal sebagai negara matirim dan tanah subur di mana-mana.
merdeka.com
"Negara maritim, negara pertanian, tetapi mayoritas petani dan nelayan itu miskin. Jadi Indonesia penuh dengan paradoks, paradoks-paradoks yang ada di Indonesia ini yang membuat Indonesia masih timpang," keluhn Wijayanto.
Menurutnya, impian pasangan AMIN untuk Indonesia Emas 2045, bukan tentang GDP per kapita USD30 ribu saja.
Tapi fokus pada kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat.
"Bayangan itu ialah Indonesia yang ketika kita mendarat di ujung Papua, di Kalimantan, Flores, Aceh, Jawa, Natuna, kita merasa ini Indonesia karena ada kesamaan infrastruktur, kondisi ekonomi, kesehatan masyarakat, level pendidikan,"
papar Wijayanto.
Wijayanto lantas menyamakannya dengan negara-negara maju, sebagai gambaran pembangunan merata yang tidak hanya terfokus di pusat saja.
"Sama kayak bapak-bapak ke Aussie, mendarat di kota manapun merasakan ini Aussie. Di Jepang, Amerika, bahkan di Malaysia dan Thailand ada kesamaan itu," pungkas Wijayanto.
merdeka.com