Di ISF 2023, Mari Elka Singgung JEPT yang Tak Kunjung Cairkan Dana Pensiun Dini PLTU Batubara Rp306 Triliun
Padahal mereka menjanjikan bantuan dana sebesar USD20 miliar, atau setara Rp 306 triliun
Padahal mereka menjanjikan bantuan dana sebesar USD20 miliar, atau setara Rp 306 triliun
Di ISF 2023, Mari Elka Singgung JEPT yang Tak Kunjung Cairkan Dana Pensiun Dini PLTU Batubara Rp306 Triliun
JEPT Tak Kunjung Cairkan Dana Pensiun Dini PLTU Batubara Rp306 Triliun
Utusan Khusus Presiden dalam Global Blended Finance Alliance, Mari Elka Pangestu, menyayangkan janji Just Energy Transition Partnership (JETP) terkait pemberian donor untuk pensiun dini PLTU batubara yang belum kunjung cair.
Padahal mereka menjanjikan bantuan dana sebesar USD20 miliar, atau setara Rp306 triliun (kurs Rp 15.300 per dolar AS).
Mari berkata Pemerintah RI telah berkoordinasi soal rencana pensiun dini PLTU batubara tersebut. Bahkan pemerintah sudah menyampaikan hal-hal yang diperlukan.
"Yang perlu terjadi adalah koordinasi dari segi donor, bagaimana mereka juga harus berkoordinasi. Sehingga tidak hanya pledge, tapi juga benar-benar ada dana yang bisa keluar," ujar Mari Elka Pangestu di Indonesia Sustainability Forum (ISF) di Park Hyatt Jakarta, Jumat (8/9).
Mari Elka pun sepakat dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
LLuhu pernah bilang, melepas ketergantungan terhadap batubara butuh waktu.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga telah menyampaikan perkembangan rencana pensiun dini PLTU batubara. Katanya, sejak Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-26 (COP26) pada 2021 lalu, Indonesia terus berprogres.
"Gimana kita membuktikan bahwa ini bisa dilakukan, early coal exit, terus renewable replacement-nya, dan mengatasi masalah sosial dan environment yang timbul," imbuh Mari.
Guna mencapai tujuan itu, pemerintah juga telah menggalang dukungan dana dari berbagai pihak. Baik dari sisi swasta, lembaga internasional seperti Bank Dunia dan ADB, hingga dana filantropi seperti yang dijanjikan JETP.
"Kalau itu sudah bisa kita hasilkan, di situlah kuncinya, replikasi dari model yang sudah bisa dibuktikan. Dari replikasi itu kita baru bisa dapat scaling up. Itu mudah-mudahan bisa cepat bisa lambat. Tapi kita harap kalau berhasil bisa lebih cepat," tuturnya.