Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Era Disrupsi, Bagaimana Nasib Bank-Bank Kecil?

Era Disrupsi, Bagaimana Nasib Bank-Bank Kecil? Ilustrasi Bank. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Saat ini, penetrasi teknologi semakin luas dan cepat. Hampir seluruh sektor terkena dampak perkembangan teknologi ini, tidak terkecuali ekonomi. Teknologi membuat pola konsumsi, produksi dan distribusi berubah. Preferensi masyarakat beralih dari cara tradisional ke cara modern.

Tak ketinggalan, sektor perbankan melakukan upaya keras agar tak terhalau gelombang modern yang mengubah total aktivitas nasabah mereka. Perbankan berlomba-lomba memodernisasi sistem mereka demi mempertahankan loyalitas nasabah.

Namun, bagaimana dengan nasib bank-bank kecil yang penetrasinya tak sebesar bank-bank besar?

Ekonom sekaligus Komisaris Independen BCA Raden Pardede menyatakan, memang dalam beberapa waktu ke belakang, data OJK dan BI menyebutkan bahwa kinerja bank-bank buku 1 dan 2 (bank dengan modal inti Rp 1 triliun hingga Rp 5 triliun) melambat karena aliran Dana Pihak Ketiga (DPK) juga melemah.

"Kalau lihat dari data OJK dan BI, bank-bank buku 1 dan 2 DPKnya melemah dan melambat, bahkan kadang mendekati 0, atau negatif. Sehingga kalau DPKnya lemah, tentu profitabilitynya juga terancam," ujar Raden di Jakarta, Jumat (31/1).

Apalagi, setelah OJK memutuskan menaikkan batas modal minimal menjadi Rp 3 triliun, mungkin saja bank-bank kecil ini akan beralih menjadi bank-bank spesifik.

Cara Bertahan

Oleh karenanya jika bank-bank kecil ini mau bertahan, mereka tidak bisa mengandalkan pendapatan dari aliran DPK saja, tapi juga fee based income, contohnya fee pembayaran transaksi dan lainnya. Bank buku 4 sekalipun saat ini sudah melakukan investasi besar-besaran untuk sistem dan teknologi demi meraup fee based income.

Namun demikian, masih ada tantangan yang harus dihadapi jika bank-bank kecil ingin mendapatkan fee based income.

"Nah, sekarang, agak sulit untuk bank kecil investasi di sini karena modal mereka juga terbatas, makanya harus dipikirkan apakah mereka harus gabung dengan bank besar atau kolaborasi," imbuh Raden.

Sumber: Liputan6

Reporter: Athika Rahma

(mdk/did)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Tak Lagi Butuh Dompet, Begini Gaya Hidup Masyarakat Modern
Tak Lagi Butuh Dompet, Begini Gaya Hidup Masyarakat Modern

Dompet digital semakin marak digunakan sejak pandemi COVID-19.

Baca Selengkapnya
Begini Pentingnya Teknologi dalam Transformasi Digital Perbankan dan Jasa Keuangan
Begini Pentingnya Teknologi dalam Transformasi Digital Perbankan dan Jasa Keuangan

Kini semakin banyak perusahaan yang memanfaatkan perubahan peraturan yang menguntungkan yang dibawa oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Baca Selengkapnya
Dampak Globalisasi Teknologi, Manfaat, dan Faktor-Faktor Pendorongnya
Dampak Globalisasi Teknologi, Manfaat, dan Faktor-Faktor Pendorongnya

Adanya globalisasi teknologi membawa dampak signifikan bagi kehidupan manusia, baik itu yang baik maupun yang buruk.

Baca Selengkapnya
Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial di Masyarakat, Ketahui Faktor Pemicunya
Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial di Masyarakat, Ketahui Faktor Pemicunya

Perubahan sosial dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,

Baca Selengkapnya
Survei: 78 Persen Nasabah Indonesia Kini Gunakan Perbankan Digital
Survei: 78 Persen Nasabah Indonesia Kini Gunakan Perbankan Digital

Sekitar 78 persen nasabah Indonesia kini menggunakan perbankan digital secara aktif, meningkat secara signifikan dari 57 persen pada 2017.

Baca Selengkapnya
Transaksi Digital Banking Meningkat Tajam, Kartu Kredit Justru Menurun
Transaksi Digital Banking Meningkat Tajam, Kartu Kredit Justru Menurun

Nilai transaksi digital banking mencapai Rp5.163 triliun.

Baca Selengkapnya