Mengungsi ke Padang Karena Ayah Dituduh Pemberontak, Begitu Dewasa Jadi Orang Nomor Satu di Kopassus
Sosok ini dikenal sebagai seseorang yang nasionalis.
Sosok ini dikenal sebagai seseorang yang nasionalis.
Mengungsi ke Padang Karena Ayah Dituduh Pemberontak, Begitu Dewasa Jadi Orang Nomor Satu di Kopassus
Mengungsi ke Padang Karena Ayah Dituduh Pemberontak
Hidup di lingkaran politik seperti menjadi takdir sosok ini. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga menempuh perguruan tinggi, dia harus berpindah-pindah tempat tinggal karena intrik politik.
Sosok ini dikenal sebagai seseorang yang nasionalis. Sejak dulu namanya tak lekang lintas zaman.
Tahun 1957, dia harus mengungsi ke Padang, Sumatera Barat, karena sang ayah dituduh terlibat dalam pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Namun pengungsian di Padang tidak lama.
Dia dan keluarganya kembali mengungsi.
Kali ini, mereka mengungsi ke Singapura pada tahun 1958.
Di Singapura, lelaki ini mengenyam pendidikan di British Elementary School.
Namun gejolak politik di Singapura kala itu yang lebih memilih menjaga hubungan baik dengan Presiden Soekarno membuat sosok ini beserta orang tuanya pindah ke Hongkong pada tahun 1962.
Di Hongkong, sang ayah mendaftarkan dia dengan saudaranya di Glenealy Junior School.
Ayahnya kemudian membuka bisnis konsultan ekonomi di sana. Namun dia hanya tinggal dua tahun di Hongkong dan pindah ke Kuala Lumpur, Malaysia.
Tahun 1963, pria ini kembali hijrah. Alasannya, sang ayah secara terang-terangan membela Indonesia.
Bangsanya sendiri walaupun kala itu ia sering menentang Presiden Soekarno.
Sang ayah kembali memboyong keluarganya mengungsi ke Zurich, Swiss. Di negara tersebut, sosok ini bersekolah di American International School dan mulai belajar bahasa Jerman dan Prancis.
Namun belum lama di sana, pemerintah Swiss menolak suara politik dari keluarganya.
Mereka pun kembali melanglang dengan tujuan Inggris. Beruntung kala itu, pemerintah Inggris mau memberikan mereka izin tinggal permanen bagi mereka sekeluarga.
Sekitar tahun 1968, dia kembali ke Indonesia. Di tahun 1970, memulai kariernya sebagai anggota tentara dengan mendaftarkan diri di Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah.
Sosok ini adalah Prabowo Subianto.
Lama tinggal di luar negeri tak menyurutkannya menjadi barisan terdepan melindungi negara.
Bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Tahun 1976, ia ditugaskan sebagai Komandan Pleton Para Komando Grup I Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha).
Tugasnya sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor Timur.
merdeka.com
Banyak Kontroversi
Sepanjang kariernya di Indonesia, Prabowo kerap dibelit sejumlah kontroversi.Pada tahun 1983, ketika dia masih berpangkat Kapten, Prabowo diduga pernah mencoba melakukan upaya penculikan sejumlah petinggi militer.
Sasarannya, termasuk Jenderal LB Moerdani seperti yang diceritakan oleh Letjen Sintong Panjaitan dalam bukunya ‘Perjalanan Prajurit Para Komando‘ terbitan Kompas.
Upaya yang dilakukan Prabowo ini digagalkan oleh Mayor Luhut Panjaitan yang saat itu menjabat sebagai Komandan Den 81/Antiteror.
Kala itu Prabowo merupakan wakil Luhut Binsar Pandjaitan.
Pada tahun 1990-an, Prabowo diduga terkait dengan sejumlah kasus pelanggaran HAM di Timor Timur.
Pada tahun 1995, ia diduga menggerakkan pasukan ilegal atau pasukan ‘ninja’ yang melancarkan aksi teror ke warga sipil.
Peristiwa ini membuatnya nyaris baku hantam dengan Komandan Korem Timor Timur saat itu, Kolonel Inf Kiki Sjahnakrie, di kantor Pangdam IX Udayana menurut Buku Biografi Prabowo yang ditulis oleh Femi Adi Soempeno.
Prabowo kemudian memutuskan berhenti berkarier di militer
. Dia beralih menjadi pengusaha yang ditandai dengan membeli perusahaan yang sebelumnya milik Bob Hasan.
Seorang pengusaha yang dekat dengan Presiden Soeharto.
Prabowo Subianto membeli Kiani Kertas menggunakan pinjaman senilai Rp1,8 triliun dari Bank Mandiri.
Selain mengelola Kiani Kertas, yang kini menjadi Kertas Nusantara, kelompok perusahaan Nusantara Group yang dimiliki oleh Prabowo juga menguasai 27 perusahaan di dalam dan luar negeri.
Usaha-usaha yang dimiliki oleh Prabowo bergerak di bidang perkebunan, tambang, kelapa sawit, dan batu bara.
Prabowo juga aktif berkecimpung di dunia politik. Dia merupakan Ketua Umum Partai Gerindra, dan beberapa kali mengikuti kontestasi Pilpres.
Meski hingga saat ini dia belum terpilih menjadi orang nomor satu di Republik Indonesia.
Kini, di Pilpres 2024, Prabowo kembali mencoba peruntungannya.
Sosok yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan itu digadang-gadang akan berduet dengan putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka.