Menkop UKM: 57th APEC SMEWG Jadi Forum Strategis Tuntaskan Tantangan UMKM
Tantangan tersebut mencakup permasalahan akses pembiayaan, akses pemasaran, entrepreneurship dan lainnya.
Tantangan tersebut mencakup permasalahan akses pembiayaan, akses pemasaran, entrepreneurship dan lainnya.
-
Mengapa Kemendag fokus pada UMKM? “Pertemuan AEM-Plus Three menyoroti perkembangan implementasi Kerja Sama Ekonomi ASEAN Plus Three (APT) 2023--2024 dan laporan akhir Proyek Riset APT untuk menjembatani kesenjangan digital pada UMKM.
-
Bagaimana KEMENDAG memperkuat UMKM? Disebutkan juga, hubungan yang mulai terbentuk sejak 1997 ini harus lebih diintensifkan dan meningkatkan dialog di berbagai kegiatan sebagai langkah untuk mempromosikan perdagangan dan investasi antar negara. Selain itu, mengingat tantangan regional dan global yang terus meningkat, fokus terhadap akses digital dan UMKM harus terus ditingkatkan.
-
Kenapa KEMENDAG fokus pada UMKM? 'Pertemuan AEM-Plus Three menyoroti perkembangan implementasi Kerja Sama Ekonomi ASEAN Plus Three (APT) 2023--2024 dan laporan akhir Proyek Riset APT untuk menjembatani kesenjangan digital pada UMKM. Wamendag Jerry menambahkan, diharapkan implementasi program kerja tersebut akan meningkatkan hubungan perdagangan antara ASEAN, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan, khususnya dalam menghadapai tantangan yang muncul dalam perkembangan regional dan global.
-
Bagaimana Kemenkop UKM mendorong UMKM untuk terlibat dalam rantai nilai global? Untuk itu Hanung mendorong agar pelaku UMKM memanfaatkan kebijakan yang mengatur agar Pemerintah Pusat/Daerah dan BUMN berbelanja produk UMKM.
-
Apa itu UMKM? UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis usaha kecil yang dijalankan oleh individu atau kelompok dengan modal terbatas, tetapi memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara.
-
Mengapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menkop UKM: 57th APEC SMEWG Jadi Forum Strategis Tuntaskan Tantangan UMKM
Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki menyatakan forum Asia-Pacific Economic Cooperation Small Medium Enterprises Working Group (APEC SMEWG) menjadi forum yang sangat strategis untuk mengadvokasi berbagai tantangan serius yang dihadapi UKM. Tantangan tersebut mencakup permasalahan akses pembiayaan, akses pemasaran, entrepreneurship, hingga penciptaan ekosistem digital di sektor UKM.
"Kami mengajak seluruh delegasi APEC SMEWG untuk meningkatkan kolaborasi dan kerja sama dalam menghadapi berbagai tantangan baik di kawasan APEC atau global.
Hal ini penting dilakukan karena sektor UKM selama ini menjadi tulang punggung bagi perekonomian," kata Menkop UKM Teten Masduki dalam sambutannya pada pembukaan 57th APEC SMEWG di Merusaka Hotel, Nusa Dua, Bali, Rabu (24/4).
Menurut Teten, forum 57th APEC SMEWG memiliki arti penting bagi ekonomi anggota APEC, khususnya bagi Indonesia karena ajang ini menyediakan platform kolektif untuk mengatasi tantangan bersama dalam pengembangan UKM.
57th APEC SMEWG digelar pada 24-25 April 2024 di Bali dihadiri oleh 19 delegasi dari 21 ekonomi anggota APEC.
Dalam forum ini Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) mewakili Indonesia berperan sebagai focal point sekaligus sebagai tuan rumah. Menteri Teten menegaskan berdasarkan data dari IMF (International Monetery Fund), kegiatan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik berkontribusi terhadap sekitar dua pertiga pertumbuhan ekonomi global.
Rantai pasok dari kegiatan ekonomi di kawasan APEC ini salah satunya ditopang oleh sektor UMKM. Ia juga berharap melalui forum internasional tersebut dapat melahirkan gagasan dan ide bersama untuk meningkatkan daya saing UKM di tengah kemajuan teknologi yang pesat.
"Di forum ini kami saling bertukar wawasan, praktik terbaik dan strategi yang bertujuan memberdayakan UKM untuk berkembang dalam lanskap global yang terus berkembang, dengan sesi berbagi khusus yang berfokus pada strategi pemulihan pandemi di antara anggota APEC," jelasnya.
Teten percaya melalui forum APEC SMEWG dapat menjadi platform utama dari berbagai pihak untuk berbagi praktik-praktik terbaik dari masing-masing anggota. Dia berharap para delegasi yang hadir dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk terlibat dalam dialog aktif dan meningkatkan kolaborasi di kawasan APEC untuk mendorong kemajuan UKM.
"Di forum ini, kita harus manfaatkan kesempatan untuk memperkuat kemitraan, mendorong kolaborasi, dan membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah bagi UKM di kawasan (APEC)," ujarnya.
Di hadapan para delegasi, Menkop UKM menyatakan bahwa saat ini Indonesia sedang membangun industri manufaktur skala menengah berbasis komoditas.
Untuk itu program industrialisasi dan hilirisasi sedang dilakukan melalui pembangunan rumah produksi bersama (RPB) yang terus digalakkan untuk mencapai target tersebut.
"Upaya ini merupakan solusi untuk mewujudkan industri manufaktur skala menengah yang dapat mengatasi masalah urbanisasi, meningkatkan pertumbuhan industri, memperluas lapangan kerja berkualitas, dan menjaga kelestarian sumber daya alam," katanya.
"Tentu kita ingin pelaku UKM kita bisa lebih berdaya saing, lebih mandiri, dan mempunyai kemampuan akses terhadap teknologi dan bisa menyediakan lapangan kerja yang lebih produktif," katanya.
Arif Rahman Hakim menegaskan beberapa produk UKM nasional di sektor perikanan, perkebunan dan pertanian saat ini semakin mampu bersaing dengan anggota APEC. Dia berharap ke depan melalui forum resmi ini, peluang ekspor produk olahan perikanan, perkebunan, dan pertanian semakin terbuka lebar.
"Produk kita terutama yang berbasis lokal cukup bagus seperti hasil olahan perkebunan, pertanian, dan perikanan sudah mampu menambah devisa," terangnya.