Pernah Tinggal di Gerobak & Sempat Ingin Bunuh Diri, Kini Pemuda 27 Tahun Punya 14 Kolam Tambak Udang
Hingga pada akhirnya, Fikrang berhasil melanjutkan pendidikan ke Universitas Hasanuddin dengan mengambil jurusan perikanan.
Seorang pemuda berusia 27 tahun asal Makassar, Sulawesi Selatan membagikan kisah perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan dan harapan. Melalui tayangan YouTube Kick Andy Show yang dikutip pada Kamis (3/10), Fikrang menceritakan bagaimana dia memulai usaha tambak udang dari modal kolam berukuran 25 meter, hingga meraih kesuksesan yang menginspirasi banyak orang.
Fikrang mengawali ceritanya dengan kenangan masa kecil yang cukup menantang, lantaran hidup dalam ekonomi yang terbatas. Saat Fikrang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Fikrang dan keluarga sempat terpaksa tinggal di gerobak setelah diusir dari tempat tinggal mereka.
"Dulu hidup di gerobak karena memang orang tua ngga punya rumah atau tanah dan kami diusir dari rumah yang kami tempati. Jadi, kami harus tinggal di gerobak sambil ngangkut-ngangkut barang," terangnya.
Selama beberapa hari, Fikrang dan keluarga tinggal sementara di gerobak sampai mereka mendapat tempat untuk menampung barang-barang. Dalam proses mobilisasi barang, mereka dibantu oleh warga sekitar yang dengan sukarela bergotong royong untuk memindahkan barang keluarga Fikrang.
Meski hidup dalam keterbatasan, Fikrang memiliki impian untuk melanjutkan pendidikan tinggi hingga jenjang perkuliahan. Demi mewujudkan impian tersebut, Fikrang berusaha mencari uang dengan menggembala sapi dan mengelola tambak udang tradisional milik ayahnya. Ternyata hal tersebut sudah menjadi rutinitas bagi Fikrang sejak SD sampai kelas 3 SMA.
Hingga pada akhirnya, Fikrang berhasil melanjutkan pendidikan ke Universitas Hasanuddin dengan mengambil jurusan perikanan. Namun, jalan yang dia lalui saat menempuh pendidikan tidaklah mudah.
Fikrang harus menghadapi kesulitan finansial yang serius, bahkan sempat hampir putus kuliah ketika semester dua. Kendati demikian, Fikrang tetap optimis dan bekerja keras sampai dia berhasil mendapatkan beasiswa kuliah di semester tiga.
Memulai Bisnis Tambak Udang
Setelah lulus kuliah, Fikrang memutuskan untuk merintis usaha tambak udang yang dia sebut sebagai “Tambak Milenial”. Tambak tersebut merupakan usaha milik Fikrang, namun dalam pengelolaannya dia melibatkan beberapa tim agar tidak kewalahan serta investor dalam hal pendanaan.
"Alhamdulillah dapat beberapa pendanaan dari Kementerian Riset, Kementerian Koperasi dan UMKM, sama CFCD (Corporate Forum For Community Development) juga," jelasnya.
Selanjutnya, berangkat dari ilmu dan pengalaman yang diperoleh, dia menerapkan teknologi Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan efisiensi tambak maupun hasil panen.
"Kita pakai sistem IoT, jadi udang di dalam kolam bisa kita hitung ada berapa kilogram tanpa harus bermain perasaan. Kalau dulu kan tambak tradisional cuma pake perkiraan dan pas panen hasilnya malah zonk," kata Fikrang.
Ilmu mengenai teknologi IoT dia dapat dari rekan yang kuliah di jurusan teknik informatika dan ilmu komunikasi. Ternyata tidak sia-sia dia memperkuat relasi dan berinteraksi dengan rekan satu kampusnya.
Sementara itu, menurut pengakuan Fikrang, saat pandemi Covid 19 melanda dia sempat mengalami kebangkrutan senilai ratusan juta akibat kemitraan yang buruk dan masalah finansial yang menghimpit. Itu membuat Fikrang mengalami tekanan mental yang sangat berat, bahkan sempat terlintas di benaknya untuk mengakhiri hidup.
Bangkit Kembali
Setelah menghilang selama enam bulan, Fikrang akhirnya memutuskan untuk bangkit kembali. Menurutnya, itu semua berkat bantuan mentor dari inkubator bisnis. Dia berhasil mengatasi masalahnya dan memulai kembali usaha tambak udang.
Kini, Fikrang sukses menjadi CEO Tambakmi (PT Kreatif Laut Indonesia) dan mengelola 14 kolam tambak udang dengan hasil mencapai 30 ton per siklus. Dia juga berhasil mengekspor udangnya hingga ke luar negeri, sebab kualitas dan rasa udangnya yang manis.
Tak hanya itu, dia bisa merekrut lebih dari 60 tenaga kerja untuk membantu mengurus tambak dan memanen udang ketika siklus usai. Hasil panennya bisa menghasilkan omzet sekitar Rp98 juta per satu kali panen.
Meski pernah mengalami jatuh bangun dalam berwirausaha, Fikrang berpesan kepada generasi muda untuk menekankan pentingnya mental yang kuat dalam menjalani usaha. Sekarang sukses bukanlah soal uang atau ide, tetapi mental tangguh yang diperoleh dari dukungan lingkungan, termasuk dari keluarga, institusi pendidikan, dan pemerintah.
Perjalanan hidup yang panjang mulai dari hidup di gerobak hingga jadi pengusaha sukses, menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda yang sedang berjuang untuk menemukan jalannya.
Reporter Magang: Thalita Dewanty