Perusahaan Punya Utang Besar, Harta Bos Properti di China Anjlok 93 Persen
Merdeka.com - Miliarder di China tengah mengalami masa-masa sulit dalam beberapa tahun terakhir, terutama mereka yang mengumpulkan kekayaan di pasar properti. Salah satunya, kekayaan bersih pendiri pengembang real estate China Evergrande, Hui Ka Yan yang anjlok hampir 93 persen.
Melansir CNN Business, Hui Ka Yan sebelumnya pernah menjadi orang terkaya kedua di Asia, namun kini kekayaan Hui turun dari USD 42 miliar pada puncaknya pada 2017 menjadi sekitar USD 3 miliar atau sekitar Rp 44,9 triliun, menurut Bloomberg.
Sebagai informasi, Evergrande merupakan salah satu perusahaan real estate dengan utang terbesar di China, liabilitas sebesar USD 300 miliar atau Rp 4,4 kuadriliun.
-
Kenapa jumlah miliarder di China turun? China - Total miliarder mencapai 495 orang, turun dibanding tahun 2022 sebanyak 539 orang.
-
Siapa contoh orang kaya yang punya utang? Misalnya Elon Musk, yang punya kekayaan senilai USD187,1 miliar (setara Rp2,58 triliun) ternyata juga masih memiliki utang.
-
Siapa yang mengalami penurunan kekayaan? Pada awal Desember 2023, harta kekayaan Hartono Bersaudara anjlok. Beberapa konglomerat Indonesia terpantau mengalami kenaikan nilai kekayaannya. Prajogo Pangestu, Low Tuck Kwong, hingga Sri Prakash Lohia merupakan segelintir konglomerat yang mengalami kenaikan harta. Kendati demikian, kekayaan Hartono bersaudara terpantau mengalami penurunan.
-
Siapa orang terkaya di dunia? Dikenal sebagai salah satu pengusaha paling inovatif di dunia, Elon Musk telah meraih posisi pertama dalam daftar Orang Terkaya di Dunia versi majalah Forbes.
-
Apa penyebab utama keluarga miliarder jatuh miskin? Mereka harus menghadapi kenyataan bahwa kekayaannya habis akibat utang yang menumpuk dan kebiasaan pengeluaran yang tidak baik.
Hui Ka Yan juga dikenal sebagai Xu Jiayin dalam bahasa Mandarin, menggunakan kekayaan pribadinya untuk menopang perusahaannya yang sedang berjuang, dengan menjual aset-aset mewahnya seperti rumah dan jet pribadi. Tetapi upaya itu belum cukup untuk melunasi utang Evergrande, setelah berjuang selama berbulan-bulan untuk mengumpulkan uang tunai untuk membayar kreditur, pemasok, dan investor.
Pada 2022 lalu, perusahaan gagal menyampaikan rencana awal restrukturisasi utangnya, yang menyebabkan kekhawatiran lebih lanjut tentang masa depannya.
Sebelum terlilit utang besar, Evergrande dikenal sebagai konglomerat real estate ternama di China. Perusahaan ini memiliki sekitar 200.000 karyawan, meraup lebih dari USD 110 miliar dari penjualannya pada tahun 2020 dan memiliki lebih dari 1.300 pengembangan di lebih dari 280 kota di negara itu.
Janji Lunasi Utang Tahun Ini
Sebelumnya, Hui Ka Yan mengatakan, Evergrande berjanji untuk melunasi utangnya tahun ini, setelah dilanda krisis menyusul tindakan keras Beijing terhadap pinjaman berlebihan di sektor real estate.
"2023 merupakan tahun kunci bagi Evergrande untuk memenuhi tanggung jawab perusahaannya dan melakukan segala upaya untuk memastikan penyelesaian proyek konstruksi. Selama semua orang di Evergrande bekerja sama, tidak pernah menyerah, (dan) bekerja keras, kami pasti akan dapat menyelesaikan tugas menjamin pengiriman, membayar semua jenis utang, dan menyelesaikan risiko," tulis Hui dalam pesan email kepada para staff, dilansir Channel News Asia.
Evergrande tahun lalu melanjutkan pekerjaan di 732 lokasi konstruksi dan mengirimkan 301.000 unit rumah untuk pembeli. Evergrande telah bergegas melepas aset dalam beberapa bulan terakhir dan terlibat dalam pembicaraan restrukturisasi setelah menumpuk utang sebesar USD 300 miliar.
Perusahaan itu mengalami krisis terbesar di sektor properti China, yang menyumbang sekitar seperempat dari produk domestik bruto negara itu. Para pengembang besar termasuk Evergrande gagal menyelesaikan proyek perumahan, memicu protes dan boikot hipotek dari pembeli rumah.
Sementara itu, perusahaan-perusahaan yang lebih kecil gagal membayar pinjaman atau mengalami masalah mendapatkan uang tunai sejak Pemerintah China lebih ketat membatasi pinjaman pada 2020. Pada November 2022, dokumen resmi menunjukkan Evergrande menjual tanah yang dialokasikan untuk kantor pusatnya di pusat teknologi Shenzhen seharga USD 1 miliar.
Reporter: Natasha Khairunnisa Amani
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penurunan harga real estat yang berkepanjangan ditambah beberapa kasus gagal bayar yang juga membebani kekayaan miliarder China.
Baca SelengkapnyaTurunnya saham PDD membuat posisi Huang sebagai orang terkaya di dunia, turun ke posisi 50 orang terkaya di dunia.
Baca SelengkapnyaCara orang super kaya di China amankan aset ditengah perekonomian yang melambat.
Baca SelengkapnyaBanyak pengembang terlilit utang hingga gagal membayar utang dan menunda pembangunan proyek perumahan yang telah terjual sebelumnya.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan hasil survei swasta menunjukkan sektor properti yang dilanda krisis.
Baca SelengkapnyaSituasi ini memberikan tekanan pada pasar keuangan dunia.
Baca SelengkapnyaMobil Listrik Pesaing Tesla dari China Kini Dilaporkan Bangkrut
Baca SelengkapnyaMansion ini dibangun pada tahun 2010. Namun ketika proyek ini berjalan dua tahun, pekerjaan tersebut telah dihentikan.
Baca SelengkapnyaPerlambatan ekonomi China memberikan pengaruh ke ekonomi negara lain, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaPerusahaan properti terbesar di China itu terancam gagal bayar utang hingga bangkrut.
Baca SelengkapnyaDi tahun 2021, dia memiliki kekayaan bersih sebesar USD3,2 miliar atau setara Rp49 triliun.
Baca SelengkapnyaIstri yang menyewa rumah tersebut menderita kanker stadium akhir.
Baca Selengkapnya