Produsen Alutsista Korea Selatan Ini Jadi Primadona karena Produksi Senjata Harga Murah
Perusahaan ini juga menawarkan kepada pembeli jalur produksi yang lancar, rantai pasokan yang utuh, dan waktu pengiriman yang lebih cepat.
Perusahaan ini juga menawarkan kepada pembeli jalur produksi yang lancar, rantai pasokan yang utuh, dan waktu pengiriman yang lebih cepat.
Produsen Alutsista Korea Selatan Ini Jadi Primadona karena Produksi Senjata Harga Murah
Konflik geopolitik di belahan dunia memberi dampak bagi produsen senjata di sejumlah negara, termasuk Korea Selatan. Pendapatan ekspor produsen senjata terkemuka asal Korea Selatan, Hanwha Aerospace bahkan meningkat 11 kali lipat.
Melansir Bloomberg, Dibandingkan kompetitornya seperti LIG Nex1 dan Hyundai Rotem, Hanwha Aerospace sejatinya masih cukup konvesional di kelasnya.
Para analis militer bahkan melihat Hanwha sebagai produsen kuno karena produknya tidak cukup untuk peperangan abad ke-21.
Namun, sejak perang di Ukraina, yang hampir seluruhnya terjadi di lapangan, telah membuktikan bahwa mereka salah.
Dalam dua tahun sejak invasi Rusia, pendapatan ekspor tahunan Hanwha dari persenjataan tumbuh sebelas kali lipat menjadi USD1,1 miliar atau setara Rp17 triliun.
Harga saham Hanwha di bursa pun naik sekitar 350 persen.
Untuk memenuhi permintaan dunia yang terus meningkat, Hanwha menambah ratusan karyawan baru pada tahun lalu, untuk penelitian dan pengembangan yang lebih besar.
Kini, Hanwha mereka juga berencana untuk mengembangkan mesin untuk jet tempur generasi keenam. Namun senjata yang lebih tradisional akan tetap menjadi produk intinya.
“AS memiliki 40 persen sistem pertahanan dunia, namun tidak dapat melakukan semuanya,” kata Chief Executive Officer Hanwha Aerospace Son Jae-il dalam sebuah wawancara di pabrik senjata perusahaan tersebut di Changwon.
“Kami fokus pada senjata kelas menengah, senjata self-propelled, kendaraan lapis baja, tank. Dalam hal ini, kita sudah mampu bersaing secara global.”
Meski Amerika dan Eropa memproduksi senjata canggih dengan teknologi kelas wahid, hal itu justru menimbulkan kendala yang cukup mengganggu.
Banyak negara menganggap sistem tersebut sangat mahal atau terhambat oleh pelatihan ulang ekstensif yang diperlukan.
Tercatat, pembeli setia senjata Hanwha yaitu Polandia. Setidaknya negara itu telah memesan 670 howitzer K9 self-propelled dan 290 peluncur roket sejak tahun 2022.
Hanwha juga mengekspor howitzer ke Mesir dan amunisi ke Inggris. Jika kesepakatan yang diusulkan dengan Rumania berhasil, maka Hanwha akan menjadi negara ke-10 yang membeli K9.
Tahun lalu,Hanwha juga mengalahkan pesaingnya dari Jerman, Rheinmetall, untuk memasok Australia dengan 129 tank, sebuah kesepakatan bernilai setidaknya USD3,3 miliar dan salah satu proyek militer terbesar dalam sejarah Australia.
Meskipun tidak ada konflik aktif di Semenanjung Korea selama bertahun-tahun, perang tersebut tidak pernah berakhir secara resmi.
Korea Utara terus melakukan uji coba rudal. Kim Jong Un mengatakan awal tahun ini bahwa ia memiliki hak hukum untuk memusnahkan Korea Selatan dan pekan lalu meluncurkan hampir 1.000 balon berisi sampah melintasi perbatasan.
Bagi Hanwha dan produsen senjata dalam negeri lainnya, ancaman yang terus berlanjut menciptakan permintaan domestik yang stabil.
“Di Eropa, sudah ada perdamaian sejak lama. Tetapi Korea Selatan berada dalam posisi di mana industri pertahanannya akan berkembang pesat. Idealnya kita tidak perlu mengeluarkan uang untuk hal ini, tapi kita harus melakukannya karena Korea Utara.”
Kini, ketika kontraktor pertahanan Amerika dan Eropa berupaya untuk memulai kembali atau meningkatkan produksi, Hanwha menawarkan kepada pembeli keuntungan berupa jalur produksi yang lancar, rantai pasokan yang utuh, dan waktu pengiriman yang lebih cepat.
Hanwha dapat merakit howitzer K9 andalannya dalam waktu sekitar 180 hari — dua hingga tiga kali lebih cepat dibandingkan kompetitornya. Dengan biaya overhead yang lebih rendah, produknya juga lebih murah. K9 berharga sekitar USD3,5 juta, sekitar setengah hingga sepertiga harga pesaing global.
Hal ini merupakan keunggulan yang dimiliki oleh seluruh industri dalam negeri, termasuk pesaing lokal Hanwha, LIG Nex1 dan Hyundai Rotem, kata Lami Kim, seorang profesor studi keamanan di Pusat Studi Keamanan Asia-Pasifik Daniel K. Inouye di Hawaii.