Proyek lapangan migas laut dalam Chevron bisa berproduksi sekitar 2023
Merdeka.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendapat komitmen dari Chevron, untuk mempercepat pengembangan lapangan minyak dan gas bumi (migas) laut dalam (Indonesian Deep water Development/IDD). Saat ini Chevron sedang menggarap proyek IDD tahap 2 Gendalo-Gemem.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, petinggi Chevron dari Amerika Serikat (AS) telah menemuinya dan berjanji akan mempercepat pengembangan proyek IDD.
"IDD kita development secepatnya, saya minta dari Houston langsung mereka datang, Chevron mereka janji akan dipercepat," kata Arcandra, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (17/5).
-
Apa yang dilakukan Kementerian ESDM untuk mendukung teknologi CCS? 'Pak Menteri ESDM sudah menetapkan keputusan bahwa biaya CCS dapat masuk dalam cost recover,' ujar Noor.
-
Di mana Pertamina mengembangkan proyek CCS/CCUS? Terdapat dua lokasi di Sumatera, empat lokasi di Jawa, dan dua di Sulawesi.
-
Apa target Pertamina dalam pengembangan energi panas bumi? Berdasarkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN tahun 2021-2030 dan dokumen hijau Pertamina Geothermal Energy, secara keseluruhan industri panas bumi Indonesia diperkirakan akan berkontribusi hingga 16 persen dari total target dekarbonisasi nasional di tahun 2030.
-
Dimana Pertamina bantu? Menyikapi kondisi musim kemarau yang berkepanjangan dan terjadinya kebakaran lahan di beberapa wilayah Sumatera Selatan, Pertamina Group berkolaborasi bersama berbagai pihak untuk membantu menanggulangi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah tersebut dengan mengerahkan 206 personel Fireman tersertifikasi serta peralatan pendukung penanggulangan bencana.
-
Apa fokus Pertamina di bidang energi? Sebagai BUMN Energi nasional, Pertamina fokus menjawab 3 (tiga) isu strategis yakni Energy Security (ketahanan energi), Energy Affordability (keterjangkauan biaya energi), dan Environmental Sustainability (keberlanjutan lingkungan).
-
Apa yang sedang difokuskan oleh Pertamina? Pertamina saat ini sedang fokus menyelesaikan Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, dimana proyek tersebut memasuki milestone baru yaitu program Turn Around (TA) Revamp yang ditargetkan selesai di awal Mei 2024.
Menurut Arcandra, dengan dipercepatnya proses pengembangan proyek IDD, maka target waktu produksi lapangan migas dimajukan paling cepat 2023 dan lambat 2024. Dia pun optimistis, target tersebut bisa dicapai.
"Yang jelas mereka akan schedulenya cepat sudah dibikin kok kemarin, cepat kok, first gas 2023-2024 sebelumnya kan jauh kebelakang. 2023 lah saya optimis," ucap Arcandra.
Arcandra mengungkapkan, salah satu strategi untuk mempercepat proses pengembangan proyek IDD adalah, mengoptimalkan proses kajian awal (Front End Enginering Design/FEED), dari cara ini dia menargetkan bisa menghemat waktu satu hingga dua tahun.
"Ada beberapa contract strategy yang saya sarankan. Misalnya FEED nya tidak lagi yang kontraktor FEED tidak boleh EPC A, nah ini kita design sehingga nanti dieksekusi cepat, hemat waktu 1-2 tahun," tandasnya.
Sebelumnya, Chevron berkomitmen untuk mendukung pengembangan sumber daya energi di Indonesia baik di darat maupun lepas pantai. Saat ini perusahaan tersebut tengah mengembangkan lapangan migas IDD tahap 2 Gendalo-Gehem.
Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit Chuck Taylor mengatakan, proyek IDD tahap pertama yang berada di Lapangan Bangka telah berhasil berproduksi pada Agustus 2016. Proyek tersebut menghasilkan delapan kargo gas alam cair (LNG) yang sudah dikapalkan dari Terminal LNG Bontang.
Saat ini, Chevron tengah mengembangkan proyek IDD tahap kedua yaitu untuk lapangan Gendalo–Gehem. Proyek ini akan memaksimalkan nilai dari aset-aset gas laut dalam.
"Kami memiliki rekam jejak kemitraan yang baik dengan Indonesia. Kami harap pengembangan lapangan gas ini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mampu mendukung pengembangan masyarakat di wilayah kami beroperasi," jelas Taylor.
Dalam pengembangan proyek IDD tahap dua, Chevron sedang melakukan studi dan konsep kelayakan pekerjaan keteknikan dan desain, atau pre-Front End Engineering and Design (FEED). Proses tersebut telah dimulai pada Desember 2017 dan berjalan dengan baik.
Optimalisasi konsep pengembangan dan dasar penyederhanaan rancangan menunjukkan pengembangan modal dan pengurangan biaya operasional yang signifikan.
Reporter: Pebrianto Eko Wicaksono
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
IDD merupakan proyek terintegrasi dari beberapa lapangan dan wilayah kerja di laut dalam Kutai Basin, dengan kedalaman mencapai 1.000-2.000.
Baca SelengkapnyaRaksasa Migas Italia Bakal Tanam Modal Rp250 Triliun di Indonesia
Baca SelengkapnyaSKK Migas mencatat, ada sejumlah aspek yang membuat proyek Abadi Masela terhenti.
Baca SelengkapnyaSouth Andaman menyimpan potensi produksi gas dengan jumlah besar. Blok yang digarap Mubadala Energy ini disebut menyimpan potensi hingga 8 TCF.
Baca SelengkapnyaPeningkatan produksi minyak dan gas tidak terlepas dari penambahan produksi minyak minyak pertama dari Proyek Banyu Urip Infill Clastic
Baca SelengkapnyaPenandatanganan Perjanjian-Perjanjian Way Ratai Sebagai Tindak Lanjut Kerja Sama antara Chevron & Pertamina Geothermal Energy
Baca SelengkapnyaPenemuan sumber migas baru di Tambun, Bekasi ditajak pada 18 Agustus 2023 lalu.
Baca SelengkapnyaJika pengembangan lapangan migas terus tertunda, maka diperkirakan di tahun 2042, Indonesia akan menjadi negara pengimpor net migas.
Baca SelengkapnyaInsentif fiskal diperlukan mengingat negara lain juga berupaya menarik investor.
Baca SelengkapnyaPipa transmisi gas Ruas Cirebon-Semarang ditaksir memakan biaya Rp3,3 triliun.
Baca SelengkapnyaIndonesia bakal mendapat tambahan lebih dari 100 ribu barel per hari (BOPD) produksi minyak pada 2028.
Baca SelengkapnyaDua proyek migas raksasa ini bakal jadi pemasok penting produk gas alam cair ke sektor industri dalam negeri.
Baca Selengkapnya