Sempat Bangkrut & Jadi Debt Collector, Cecep Wahyudin Kini Jadi Orang Kaya Cianjur
Sebelum menjadi pengusaha peternakan ayam, Cecep pernah berjualan telur, kardus, bahkan sempat menjadi penagih utang (debt collector).
Sempat Bangkrut & Jadi Debt Collector, Cecep Wahyudin Kini Jadi Orang Kaya Cianjur
Pendiri Resto Ayam Goreng D'Colonel
Mungkin banyak orang yang belum tahu nama Cecep Mohammad Wahyudin, atau populer dengan nama panggilan DC alias Dokter Cecep. Cecep merupakan Pendiri resto ayam goreng D'Colonel yang kini mendapatkan julukan crazy rich Cianjur.
Posisi yang diraih Cecep saat ini, tidak mudah. Sebelum menjadi pengusaha peternakan ayam, dia pernah berjualan telur, kardus, bahkan sempat menjadi penagih utang (debt collector).
Cecep lahir dari keluarga cukup kaya. Ayahnya memiliki 'Rumah Makan Ikan Mas' dari tahun 1957. Di tahun 1985, ayahnya tidak lagi fokus menjalankan bisnisnya. Hingga akhirnya, di tahun 1997 usaha itu harus tutup karena bangkrut.
Kehidupan Cecep dan keluarga kembali ke titik nol. Keluarganya tidak memiliki bisnis apapun, hingga ayahnya meninggal sekitar tahun 2000. Kondisi keuangan keluarganya pun semakin buruk.
Saat SMA, Cecep fokus sekolah karena kakak-kakaknya tidak ada yang sekolah tinggi. Dia pun lantas melanjutkan pendidikan ke kampus IPB jurusan Kedokteran Hewan, tetapi ibunya memintanya mundur karena tidak memiliki biaya.
Namun, Cecep serius untuk mengenyam pendidikan di IPB. Sang Ibu tidak mampu menolak asa Cecep untuk bisa bersekolah. Sang ibu pun mencari pinjaman ke tetangga. Setelah itu, Cecep mengajukan beasiswa dan dia berhasil lolos.
merdeka.com
Cecep kemudian melanjutkan kuliah di IPB sambil mencari penghasilan tambahan, mulai dari pengajar bimbel, berjualan fotocopy-an, hingga membuat diktat. Cecep pun lulus sebagai sarjana, namun dia membutuhkan biaya untuk sekolah profesi, hal itu terkendala karena uang sudah menumpuk.
Hubung Percintaan Kandas
Sampai suatu hari, Cecep bertemu dengan seorang wanita yang usianya jauh lebih tua dari dia. Wanita itu membantu Cecep hingga lulus kuliah. Cecep pun mengakui bahwa wanita itu adalah pahlawan dia sampai lulus kuliah. Cecep membangun hubungan dengan perempuan yang lebih tua dari usianya itu. Namun, hubungan mereka kandas.
Cecep pun sempat mengutarakan bahwa menjadi dokter hewan tak pernah dia bayangkan. Bahkan sebelum menjadi dokter hewan, dia juga pernah bekerja sebagai Technical Service Representative untuk obat-obatan ayam dan hewan di PT SHS/Charoen Pokphan Indonesia.
Cecep menangani area di Sukabumi. Tak hanya bekerja, dia juga diam-diam belajar mengelola perusahaan.
Sekitar dua tahun kemudian, Cecep memutuskan keluar dari perusahaan tersebut.
Dia kemudian bekerja dan mempelajari bisnis di perusahaan ayam. Setelah merasa cukup belajar, dokter hewan ini memutuskan untuk menjadi peternak. Hal ini karena dia melihat bisnis ayam di Indonesia bisa mencapai Rp600-Rp900 triliun per tahun.
Buka Tenda Pecel Lele
Setelah keluar dari pekerjaannya di perusahaan ayam, karir bisnis Cecep dimulai dengan membuka tenda pecel lele yang buka dari jam 4 sore hingga 12 malam. Dia juga berjualan telur keliling, mengirim telur dari warung ke warung di Cianjur.
Mulai Bisnis Ayam
Di awal dia berdagang telur, dia menjual 20 peti telur dalam seminggu. Dia tidak mengeluarkan modal, namun dia harus berutang ke peternak untuk memulai usahanya. Dia harus berutang ke peternak dengan jangka waktu 30 hari, sementara ke pemasok dia minta tempo pembayaran 60 hari.
Hingga 2005, dia mulai bisnis ayam hidup dari Cianjur ke Jakarta. Dari awal satu mobil pickup, hingga bisa menjual 5-6 truk ayam hidup dengan omzet Rp100 juta per hari. Jika dikalkulasi, nilainya Rp3 miliar per bulan dan hanya memiliki dua orang staff.
Awal Mula Usaha Sangat Berat
Dari peternakan, dia mengembangkan produksi ayam pedaging. Cecep tidak menampik awal merintis usaha ini sangatlah berat. Pukul empat pagi dia harus menjajakan ayam ke pasar Cianjur sampai subuh. Setelah ayam laku di pasar, dia tidak lekas pulang ke rumah, tetapi menjual telur ayam ke rumah-rumah.
Peternakannya yang dibangunnya perlahan maju. PT Trimitra yang didirikannya merupakan perusahaan yang fokus ke penjualan telur ayam, ayam day old chick (DOC), ayam broiler, dan pakan ayam.
Sempat Rugi Rp1,4 Miliar
Cecep mendapat pukulan telak ketika tahun 2007 muncul kasus flu burung yang membuat usahanya bangkrut. Harga ayam terjun bebas. Bahkan banyak yang tidak mau membeli ayam. Dia bangkrut. Ayam yang dia ternak banyak yang mati. Dia mengalami kerugian hingga Rp1,4 miliar.
Di saat kebingungan, kawannya mengajak Cecep menjadi debt collector. Pendapatannya sebagai tukang tagih utang itu minimal 20 sampai 80 persen. Di tengah persoalan itu dia juga terpaksa menjual seluruh ayamnya seharga Rp40 ribu per ekor untuk membayar utang.
Dia tetap tidak dapat menutupi semua utangnya. Dengan pengorbanan, dia menggadaikan mobil dan tanahnya. Semua utang pun selesai dan kembali normal.
Setelah mampu membayar utangnya, dia kembali menjalani usaha ayam tersebut. Karena menurutnya hanya dari ayamlah rezekinya.
Bertemu Perusahaan Kakap
Di tahun 2009, Cecep dipertemukan dengan presiden direktur QL Resources Bhd Malaysia (QRL). Dia lalu bermitra dan membangun QL Tri Mitra. Perusahaan QL Tri Mitra merupakan joint venture antara QL Resources Bhd Malaysia (QLR) dan Trimitra Group Indonesia (Trimitra) yang bergerak di bidang peternakan ayam terintegrasi.
Pada tahun 2010, perusahaan pun semakin membesar dan bermitra dengan perusahaan-perusahaan besar pula. Tak lama kemudian, pada 2010 QLT sudah memiliki unit usaha melalui anak perusahaan PT QL Agrofood (QLA) yang memproduksi telur konsumsi yang mampu menghasilkan kapasitas produksi hingga 1 juta butir telur sehari.
Lanjut Kuliah
Cecep kemudian lanjut kuliah S2 Jurusan bidan hukum di Universitas Suryakencana dan lulus pada tahun 2008. Dia mengambil jurusan ini karena melihat bisnis ayam seperti hukum rimba. Niatnya mempelajari dan memperdalam hukum perbankan, korporasi, keuangan, dan sekuritas.
Belakangan, pengusaha asal Sunda ini melepas saham QL Trimitra karena ingin lebih leluasa membangun pengembangan ekonomi kerakyataan berbasis koperasi. Di samping itu, dia juga tengah fokus dalam mengembangakan usahanya melalui Perwiratama Group.
Kembangkan Usaha Pangan dan Restoran D'Colonel
Di bawah bendera Perwiratama Group, Cecep mengembangkan usaha pangan. Di antaranya, PT Solusi Pangan Perwiratama sebagai bendera bisnis untuk digital platform Etanee Food Supply Chain dan PT Cipta Kuliner Perwiratama untuk Restoran D’Colonel.
Ayam goreng D'Colonel menjadi bisnisnya yang ketujuh. D'Colonel memiliki 4 restoran di sekitar Cianjur, Bogor dan Bandung, juga 80 mini restoran lainnya yang tumbuh hanya dalam dua tahun berjalan.