Serapan Tenaga Kerja Minim Meski Realisasi Investasi Positif, Ini Penjelasan Bahlil

Merdeka.com - Realisasi investasi di Indonesia pada kuartal pertama di tahun 2023 tembus Rp328,9 triliun. Adapun jumlah tenaga kerja yang terserap dengan realisasi investasi tersebut yaitu 384.892 orang.

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyampaikan penyerapan tenaga kerja di investasi high technology memang sulit untuk dioptimasi.

Makanya Bahlil mengatakan pemerintah perlu melakukan upaya blending investasi yang diterapkan di Indonesia. Caranya dengan memilah pekerjaan yang bisa dilakukan oleh tenaga manusia dapat diutamakan.

"Maka kita blending ada bagian yang memang kita harus padatkan, lapangan pekerjaan, dan ada bagian teknologi yang memang harus kita akui bahwa tanpa teknologi enggak bisa kita membangun industri yang skala besar," ujar Bahlil dalam konferensi pers, Jumat (28/4).

Bahlil menyampaikan, UMKM dapat berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja di tengah investasi high technology. Hanya saja, jika disinggung jumlah individu yang terserap dari realisasi investasi pada kuartal 1 tahun 2023, Bahlil mengatakan belum ada data lengkap.

"Biasanya lapangan kerja itu muncul di akhir tahun, ketika UMKM kita tarik datanya karena UMKM datanya bukan per triwulan tapi per tahun nanti di situ baru terakumulasi lapangan pekerjaan diciptakan lewat UMKM," jelasnya.

Sebagaimana diketahui, realisasi investasi di kuartal 1 tahun 2023 sebesar Rp328,9 Triliun. Sementara penyerapan tenaga kerja dalam negeri sebanyak 384.892 orang dan 5.334 untuk tenaga kerja asing.

"Kami selalu menyarankan dan meminta agar sekalipun investasi itu high technology tetapi begitu bagian yang bisa dipekerjakan oleh manusia itu tetap harus menjadi prioritas dalam rangka memberikan keseimbangan antara penciptaan lapangan kerja," kata Bahlil.

Untuk Sektor terbesar investasi di kuartal pertama 2023 yaitu industri logam dasar barang logam bukan mesin dan peralatannya Rp46,7 triliun, kemudian transportasi gudang dan telekomunikasi sebesar Rp36,1 triliun

Selanjutnya, pertambangan Rp33,5 triliun, dan perumahan kawasan industri dan perkantoran Rp27,9 triliun, dan industri kimia dan farmasi Rp22,6 triliun.