Smelter Nikel di Morowali Terbakar, Dikelola Perusahaan Raksasa China
Akibat kebakaran tersebut, 51 orang dikabarkan menjadi korban.
Akibat kebakaran tersebut, 51 orang dikabarkan menjadi korban.
Smelter Nikel di Morowali Terbakar, Dikelola Perusahaan Raksasa China
Salah satu pabrik nikel di kawasan industri Morowali terbakar pada Minggu (24/12) jam 05.30 WITA.
PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menyebut kebakaran berasal dari ledakan tungku smelter dari pabrik milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS).
"Hasil investigasi awal, penyebab ledakan diperkirakan karena bagian bawah tungku masih terdapat cairan pemicu ledakan," tulis manajemen PT IMIP dalam keterangan tertulisnya, dikutip di Jakarta, Minggu (24/12).
Akibat ledakan pagi tadi, 51 orang dikabarkan menjadi korban. Rinciannya, 13 orang meninggal dunia terdiri dari 7 tenaga kerja Indonesia dan 6 tenaga kerja asing. Sedangkan sisanya, 39 orang mengalami luka-luka dan tengah mendapatkan perawatan medis.
"Data terbaru korban meninggal 13 orang. Enam korban adalah tenaga kerja asing," kata Kepala Divisi Media Relations PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Dedy Kurniawan melalui keterangan tertulisnya, Minggu (24/12).
Sebagai informasi, PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) merupakan bagian dari grup Tsingshan Steel asal China, Wenzhou yang berdiri sejak tahun 1980-an. Perusahaan besar ini memang fokus produksi dan peleburan baja anti karat atau stainless steel.
Merdeka.com
Mengutip dari laman resminya, Tsingshan telah menjadi perusahaan grup internasional. Saat ini, Dewan Direksi Industri Tsingshan berbasis di Shanghai dan Wenzhou, dan kini mengelola empat grup, yaitu Tsingshan Holding Group Co., Ltd., Shanghai Decent Investment (Group) Co., Ltd., Tsingtuo Group Co., Ltd. dan Eternal Tsingshan Group Co., Ltd., dan lebih dari 100 anak perusahaan.
Grup Tsingshan Abadi telah menyelesaikan tata letak strategis internasional di India, Singapura, India, Amerika Serikat, dan negara-negara lain, serta mengelola lebih dari 15 anak perusahaan/kantor perwakilan.
Sementara itu ITTS yang beroperasi di kawasan Industri Morowali Indonesia menjadi proyek luar negeri pertama dari Grup Tsingshan Abadi.
Grup Tsingshan memiliki aset seluas 2.000 hektar yang digunakan oleh PT. Taman Industri Indonesia Morowali (IMIP), PT. Sulawesi Mining Investment Indonesia (SMI), PT. Guangqing Nickel Corporations Indonesia (GCNS), PT. Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), PT. Indonesia Ruipu Nichrome (IRNC), PT. Tsingshan Steel Indonesia (TSI), dan PT. Dexin Baja Indonesia (DSI).
"Dipimpin oleh rantai industri nikel, taman ini mampu mendorong pengembangan klaster industri," dikutip dari laman . www.etsingshan.com, Minggu (24/12).
Kawasan ini juga telah membentuk rantai industri pertama di dunia yang menghubungkan pertambangan, peleburan nikel-kromium-besi, peleburan baja tahan karat, pengerolan panas, pencucian dan anil asam, pengerolan dingin dan pemrosesan hilir.
Selain itu, proyek pelengkap seperti pembangkit listrik tenaga panas, piroelektrik, kokas, semi kokas, pembuatan asam, ferrosilicon, silikomangan, dan dermaga logistik tersedia di taman ini.
Secara khusus, total kapasitas pembangkit listrik terpasang pembangkit listrik milik sendiri tersebut lebih dari 2.000MW, kapasitas produksi feronikel 1,8 juta ton, kapasitas produksi ferrochromium 300.000 ton, kapasitas pembuatan baja 3 juta ton, dan kapasitas hot rolling 3 juta ton.
Merdeka.com