Usai Dilantik Jadi Menteri ESDM, Bahlil Tancap Gas Tingkatkan Produksi Migas Dalam Negeri Agar Lepas Ketergantungan Impor
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2024, target lifting migas ditetapkan sebesar 635.000 barel per hari (BPOD).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan dua program kerja utama usai dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Senin (19/8) pagi. Bahlil menyebut, program kerja utama ialah akan mendorong realisasi lifting minyak dan gas bumi yang tak kunjung mencapai target.
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2024, target lifting migas ditetapkan sebesar 635.000 barel per hari (BPOD) dan lifting gas bumi sebagai sebesar 1,33 juta barel oil equivalent per hari.
"Karena lifting kita turun terus," kata Bahlil dalam acara Serah Terima Jabatan Menteri ESDM di Kementerian ESDM, Jakarta Senin (19/8).
Bahlil menekankan, peningkatan realisasi lifting migas penting untuk segera dilakukan untuk menekan impor minyak dan gas. Mengingat, kian meningkatnya permintaan domestik akan minyak dan gas.
"Konsumsi naik, impor terus, barang kita ada. Kalau memang itu persoalannya ada di regulasi, apanya yang kita harus ubah? sweetener (insentif)," beber Bahlil.
Atas permasalahan tersebut, Bahlil meminta SKK Migas untuk menindaklanjuti kendala terkait capaian lifting migas yang tak kunjung mencapai target. Dia ingin agar konsumsi gas impor bisa di tekan dalam waktu dekat.
"Pak Dwi (Kepala SKK Migas), ini senior saya, saya minta betul data untuk menindaklanjuti apa yang disampaikan oleh Pak Arifin terhadap impor gas kita yang terlalu banyak," ucap dia.
Kedua, Bahlil ingin membentuk hilirisasi gas minyak cair atau Liquefied Petroleum Gas (LPG). Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Jokowi sekaligus presiden terpilih Prabowo Subianto yang ingin menekan Impor gas LPG yang terus mengalami peningkatan.
"Apa yang disampaikan oleh Pak Arifin terhadap impor gas kita yang terlalu banyak. Di mana arahan Pak Presiden Prabowo sama Pak Jokowi, segera kita membangun hilirisasi LPG," ucapnya.
Dia meminta PT Pertamina Persero untuk menindaklanjuti permasalahan sulitnya menekan angka impor LPG. Mengingat, Indonesia memiliki potensi besar akan pemanfaatan gas.
"Nanti Dirut Pertamina, jangan harga LPG dalam negeri lebih murah banyak sekali daripada impor. Ini nggak benar nih. Jadi itu tugas saya yang saya harus selesaikan dalam waktu dua bulan. Jadi Pertamina nanti kita duduk bareng," tegas Bahlil.
Produksi lifting migas terus turun
Pemerintah menurunkan target lifting minyak dan gas (migas) dalam RAPBN 2025, dari sebelumnya 635.000 barel minyak per hari di APBN 2024, menjadi 600.000 barel per hari dalam RAPBN 2025.
Pun untuk target lifting gas bumi di APBN 2025 yang dipatok 1,005 juta barel setara minyak per hari. Adapun dalam APBN 2024 angkanya ditargetkan sebesar 1,033 juta barel setara minyak per hari.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang saat itu diemban oleh Arifin Tasrif memaparkan sejumlah alasan kenapa target lifting migas tahun depan turun karena produksi migas yang memang sudah melemah, hingga ratusan sumur minyak seperti di Blok Rokan yang sempat terkendala banjir.
"Ya lapangannya kan memang drop-nya drastis. Sekarang kan sudah mulai kita coba recover. Kemarin di Cepu ada tambahan. Mudah-mudahan akhir tahun bisa nguber tuh," kata Arifin.
Sebagai langkah terobosan, pemerintah mendorong pengembangan migas non konvensional (MNK). Untuk jangka panjang, pemerintah menyiapkan sejumlah lapangan minyak yang punya harta Karun minyak dan gas, seperti di Buton.
"Kita kerjasama dengan China juga untuk angkat recovery factor. Tadinya selama ini kita kan andelinnya sama KKKS yang sebelah sono. Sekarang kita lihatnya yang sebelah sini. Punya pengalaman juga," imbuhnya.
"Itu sudah didorong. Mudah-mudahan akhir tahun ini udah bisa jalan. Tapi ya untuk ngangkat produksinya butuh waktu," pungkas Arifin.