Vietnam Salip Singapura Jadi 10 Negara Paling Bahagia, Tidak Ada Indonesia
Puncak daftar kebahagiaan global masih didominasi oleh negara-negara Nordik.

Laporan Kebahagiaan Dunia 2025 yang diterbitkan pada Kamis (20/3) menyebutkan bahwa Taiwan kini menjadi negara paling bahagia di Asia, menggeser posisi Singapura dalam daftar global.
Taiwan, yang merupakan sebuah pulau dengan pemerintahan demokratis namun dianggap sebagai bagian dari wilayah China oleh Beijing, menduduki posisi ke-27 dalam peringkat kebahagiaan global, naik empat peringkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Puncak daftar kebahagiaan global masih didominasi oleh negara-negara Nordik, dengan Finlandia tetap mempertahankan posisi pertama untuk kedelapan kalinya berturut-turut. Denmark, Islandia, Swedia, dan Belanda mengikuti di urutan kedua hingga kelima.
Laporan ini disusun oleh sejumlah pakar di bidang kesejahteraan dan didukung oleh data Gallup World Poll, yang mengukur kualitas hidup individu melalui evaluasi diri responden.
Penilaian ini dihitung berdasarkan enam faktor utama: Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita, dukungan sosial, harapan hidup sehat, kebebasan, kemurahan hati, dan tingkat korupsi.
Meskipun peringkat kebahagiaan didasarkan pada penilaian subjektif, keenam faktor ini memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai perbedaan kesejahteraan antar negara.
Kebahagiaan Taiwan dan Pengaruh Makan Bersama
Salah satu faktor yang menonjol dalam laporan ini adalah kebiasaan makan bersama. Menurut Jan-Emmanuel De Neve, Direktur Pusat Penelitian Kesejahteraan di Universitas Oxford dan editor Laporan Kebahagiaan Dunia, berbagi makanan dengan orang lain memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan subjektif.
"Dampak berbagi makanan terhadap kesejahteraan setara dengan pengaruh pendapatan dan pengangguran," ujar De Neve.
Di Taiwan, masyarakat melaporkan tingkat berbagi makanan yang sangat tinggi, dengan 10,1 dari 14 makanannya dibagi bersama orang lain. Hal ini menempatkan Taiwan di posisi kedelapan dunia dalam hal kebiasaan berbagi makanan.
"Mereka melaporkan bahwa 5,5 dari 7 makan malam dan 4,7 makan siang dibagi bersama orang lain," tambah De Neve.
Namun, kebiasaan makan bersama ini tidak ditemukan di semua negara Asia. Di negara-negara seperti Jepang dan Republik Korea, tingkat berbagi makanan cenderung lebih rendah. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa semakin banyak rumah tangga dengan satu orang penghuni, yang mengarah pada kebiasaan makan sendirian.
Vietnam Alami Peningkatan Signifikan
Vietnam juga mencatatkan peningkatan besar dalam peringkat kebahagiaan global. Negara ini berhasil naik dari posisi ke-54 pada tahun 2024 ke posisi ke-46 pada tahun 2025. Dalam lima tahun terakhir, Vietnam telah melompat hampir 40 peringkat dari posisi ke-83 pada tahun 2020.
Perubahan ini menandakan perbaikan signifikan dalam kualitas hidup masyarakat Vietnam, yang dapat diatributkan pada faktor-faktor seperti peningkatan dukungan sosial dan stabilitas ekonomi negara.
Menumbuhkan Kesejahteraan Sosial di Asia
Laporan ini mendorong kita untuk tidak hanya melihat faktor-faktor tradisional seperti kesehatan dan kekayaan dalam menilai kebahagiaan.
Faktor sosial, terutama kebiasaan berbagi dan saling mempercayai, terbukti memiliki peran yang lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Di tengah meningkatnya isolasi sosial dan polarisasi politik, De Neve menegaskan pentingnya menyatukan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan individu dan kolektif.
"Di era isolasi sosial ini, kita perlu menemukan cara untuk menyatukan kembali masyarakat. Hal ini sangat penting untuk kesejahteraan kita semua," tutup De Neve.