Militan Rohingya menolak teroris membantu perjuangan mereka
Merdeka.com - Kelompok militan Tentara Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA) menyangkal mereka terhubung dengan grup bersenjata seperti Al-Qaidah, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Taliban, Abu Sayyaf, atau lainnya. Namun, mereka juga menolak kehadiran pejuang asing di Myanmar karena tidak ingin kawasan itu menjadi basis teroris.
Dilansir dari laman Al Jazeera, Jumat (15/9), dalam pernyataan diterbitkan baru-baru ini, ARSA menyatakan kalau kehadiran pejuang asing di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, bakal memperburuk keadaan.
"Selama bertahun-tahun warga dunia mengetahui kalau tidak ada teroris di Rakhine. Bahkan ARSA memilih menjauh dari mereka. Jadi jelas, kalau siapapun tidak ada yang tertarik dengan perjuangan di sini," tulis ARSA dalam pernyataannya.
-
Apa itu Rohingya? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
-
Siapa yang mau bawa Rohingya ke Malaysia? Polisi mencurigai mereka sebagai TKI ilegal yang mau diberangkatkan. 'Informasinya ada dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Kemudian mereka diperiksa, ternyata ada orang dari etnis Rohingya juga,' jelas Andrian.
-
Dimana Rohingya ditemukan? Mereka terlantar di jalan protokol yakni di pinggir Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru.
-
Dimana Rohingya tinggal? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
-
Apa tujuan Rohingya? Menurut Andi, pengungsi etnis Rohingya itu berangkat dari Bangladesh dengan tujuan Malaysia.
-
Siapa yang membawa Rohingya ke Pekanbaru? Mereka hanya mengikuti perintah dari seseorang yang menyuruh untuk ke Pekanbaru.
ARSA menekankan supaya warga dunia lebih memperhatikan kondisi etnis minoritas muslim Rohingya di Rakhine semakin memburuk dari hari ke hari. Mereka mengajak lembaga bantuan dan pegiat kemanusiaan nirlaba datang buat membantu orang Rohingya yang terdampak kekerasan.
Cikal bakal ARSA adalah perkumpulan bernama Harakah al Yakin. Mereka mulai berubah menjadi kelompok militan sejak Oktober 2016. Saat itu mereka menyerang tiga pos polisi di Kota Maungdaw dan Rathedaung, dan membunuh sembilan aparat.
Dalam sebuah rekaman video, pemimpin ARSA, Ataullah Abu Amar Jununi, menyatakan penyerangan itu adalah aksi membela diri lantaran pasukan Myanmar memulai kekerasan terhadap orang Rohingya.
"Selama 75 tahun orang Rohingya selalu menjadi korban kejahatan. Itu alasan mengapa kami memutuskan menyerang pada 9 Oktober 2016. Itu sebagai pesan kalau kekerasan tidak berakhir, maka kami punya hak membela diri," kata Ataullah.
Beberapa lembaga penelitian soal terorisme menyatakan ARSA memang bukan organisasi teror seperti Al-Qaidah atau ISIS. Menurut peneliti Pusat Studi Eropa soal Ekstremisme, Maung Zarni, ARSA lahir karena keadaan. Sebab orang Rohingya selalu ditindas dan dibantai.
"Mereka adalah orang-orang yang memutuskan membentuk kelompok buat membela diri dan melindungi sesama warga, yang hidup dalam kondisi mirip dengan kaum Yahudi saat berada di kamp konsentrasi Nazi," kata Zarni.
Sedangkan menurut penelusuran International Crisis Group pimpinan Sidney Jones, ARSA tidak mempunyai niat menjadi kelompok ekstrem, dan lebih mengandalkan simpati serta dukungan dari sesama muslim. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Warga menilai pengungsi Rohingya memanfaatkan kebaikan orang Aceh.
Baca SelengkapnyaSebelumnya diberitakan, aksi pengusiran paksa pengungsi Rohingya dilakukan mahasiswa dari berbagai kampus di Banda Aceh.
Baca SelengkapnyaPengungsi Rohingya kini mendapat penolakan dari warga Aceh. Pemerintah diminta bertindak tegas.
Baca SelengkapnyaIsrael sampai saat ini masih memborbardir Jalur Gaza.
Baca SelengkapnyaKonflik Rohingya termasuk kejahatan genosida yang menelantarkan banyak orang.
Baca SelengkapnyaCak Imin menilai, kedatangan pengungsi dari kelompok etnis Rohingya ke Indonesia khususnya di Aceh disetop.
Baca SelengkapnyaPemerintah akan mempelajari mengapa para pengungsi bisa berakhir di Indonesia yang semula bukan negara tujuan atau transit.
Baca SelengkapnyaSatu orang sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus penyelundupan Rohingya ke Aceh.
Baca SelengkapnyaDiketahui jumlah imigran Rohingya yang tiba di Aceh, telah melebihi 800 orang.
Baca SelengkapnyaMahfud mengatakan jumlah pengungsi etnis Rohingya terus bertambah karena adanya jaringan mafia tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Baca SelengkapnyaMereka mendesak UNHCR dan IOM untuk segera memindahkan pengungsi Rohingya dari Aceh.
Baca SelengkapnyaJokowi menyebut, pemerintah Indonesia akan menindak tegas pelaku TPPO.
Baca Selengkapnya