Nenek Rusmina, Pejuang Kemerdekaan Asal Cirebon Rela Minum Darah saat Lawan Belanda
Merdeka.com - Nenek Rusmina merupakan satu dari sekian pejuang kemerdekaan yang namanya selalu terkenang. Pahlawan kelahiran Cirebon 22 Agustus 1916 ini berani mengambil peran di pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang, Sumatera Selatan pada tahun 1947.
Pada masa itu, masih banyak serangan dari kolonial walau Indonesia sudah merdeka dua tahun. Salah satu aksi heroik Rusmina adalah meminum darah untuk mengusir tentara Belanda. Berikut kisah Nenek Rusmina, perempuan pejuang yang berani turun langsung mengusir penjajah.
Berani Jadi Tentara di Usianya Belia
-
Siapa pahlawan yang berjuang melawan penjajah di Sumatera Utara? Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
-
Siapa yang disebut sebagai Pejuang Rupiah? Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa, yang kerja kerasnya tak terlihat tetapi terasa dampaknya.
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Siapa yang berjuang mempertahankan kemerdekaan di Padang? Bagindo Aziz Chan sendiri adalah tokoh penting bagi Kota Padang saat pihak kolonial Belanda menjajah wilayah tersebut.
-
Apa yang diwariskan pahlawan kepada rakyat Sumatera Selatan? 'Semua bisa berdiri di sini, bisa bekerja, bisa berkembang, bisa berkeluarga, bisa macam-macam bisa kita lakukan, karena itu semua adalah jasa para pahlawan,' kata Bahtiar, usai upacara.
-
Siapa pahlawan nasional dari Langkat? Amir Hamzah merupakan salah sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru.
©2015 Merdeka.com
Rusmina sudah memiliki semangat perjuangan sejak usia belia. Diketahui saat Merdeka menyambanginya di di Panti Jompo Tresna Werdha Teratai Palembang, beberapa waktu lalu.
Rusmina mengaku merasa geram saat melihat tentara penjajah yang pernah menguasai negaranya. Ia tak rela Indonesia dipecah belah, hingga semangatnya berkobar untuk membunuh mereka dengan melamar menjadi tentara di usia 19 tahun.
"Waktu itu semangat saya berkobar, kalau lihat Belanda atau Jepang langsung emosi, biar tak bunuh saja," ungkapnya dengan antusias.
Bambu Runcing Jadi Senjata Utama
Sebagai perempuan yang masih berusia belia, niat jadi tentara amat sulit diterima orang-orang terdekat hingga kalangan prajurit di tempat ia melamar.
Namun berkat keberaniannya berhasil membunuh sejumlah pasukan Belanda dan Jepang dengan bambu runcing, ia akhirnya diterima sebagai prajurit wanita muda untuk maju ke medan perang.
Rusmina mengaku sempat merasa berat meninggalkan keluarganya di Cirebon, namun rasa marahnya terhadap penjajah mengobarkan semangat juangnya. Ia pernah ditempatkan di beberapa daerah di Pulau Jawa untuk mengusir Belanda hingga akhirnya ditempatkan di pertempuran lima hari lima malam di Palembang.
Tegas Melawan Stigma
Ada tantangan lain untuk Rusmina, yaitu soal stigma perempuan yang tidak layak ikut perang. Ia sempat mendapat penolakan saat mengutarakan niat menjadi tentara. Namun tantangan itu sirna setelah ia meyakinkan kedua orang tuanya sebelum berangkat.
Rusmina saat itu hanya berbekal sepotong bambu runcing untuk membunuh para penjajah.
"Orang bilang perempuan itu di rumah saja, ngapain ikut perang. Nyusahin aja nanti," beber Rusmina.
Rela Minum Darah Rekannya
Rusmina (sebelah kiri) ©2015 Merdeka.com
Sebagai seorang yang kerap berjibaku dengan suasana peperangan, ada salah satu keadaan yang membekas di benak Rusmina hingga kini.
Melansir laman cirebonbanget, Ia mengaku pernah hampir tewas saat dikempung Belanda dan payudaranya tertembak. Beruntung ia segera ditangani tim medis hingga peluru yang bersarang berhasil diangkat.
Selain itu, momen tak terlupakan lainnya ialah melihat rekan-rekannya tewas di depan mata. Saat itu ada rekannya yang tertembak di bagian leher, dan darah terus mengalir. Tanpa pikir panjang, Rusmina langsung memeluk rekannya dan meminum darah sahabat karibnya itu. Ia dengan tegas mengatakan, darah yang diminum merupakan simbol perjuangan antar keduanya.
Selain itu, darah tersebut merupakan unsur persaudaraan yang Rusmina jaga agar tetap mengalir di dalam tubuhnya.
"Saya tidak ingin dihargai sebagai pejuang, tapi saya minta jangan rusak pengorbanan kami sebelum Indonesia merdeka," katanya. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.
Baca SelengkapnyaSetelah berhasil memproklamasikan kemerdekaan, Indonesia masih harus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan. Itu disebut dengan Revolusi Fisik.
Baca SelengkapnyaKabarnya, julukan ini melekat karena teriakannya amat mengerikan dan bikin penjajah ketar-ketir.
Baca SelengkapnyaWanita ini memimpin 30 perempuan dalam pertempuran melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaPada 1947, umat islam Tanah Air berperang melawan Belanda pada hari ketiga puasa.
Baca Selengkapnya74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.
Baca SelengkapnyaSikap progresif dan kritis dari Reza Rahadian menurun dari neneknya, Fransisca Casparina Fanggidaej. Ia adalah tokoh pergerakan wanita Indonesia asal Timor
Baca SelengkapnyaMuseum ini dibangun untuk mengenang seluruh jasa para pejuang Palembang yang diinisasi dari berdirinya monumen perang lima hari melawan tentara Belanda.
Baca SelengkapnyaWanita ini pernah diberikan emas oleh Soekarno, namun ditolak mentah-mentah.
Baca SelengkapnyaKetika melawan Belanda, Radin Intan II dikenal sebagai sosok pemimpin panglima perang di usianya yang masih 16 tahun.
Baca SelengkapnyaWalaupun masing-masing punya cara yang berbeda, mereka punya peran besar bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah
Baca SelengkapnyaHari ini adalah 128 tahun wafatnya Teuku Nyak Makam yang patut dikenang oleh masyarakat Indonesia.
Baca Selengkapnya